SEBELUM mengajak anak Anda khitan, sunat, atau secara medis dikenal dengan istilah sirkumsisi, para orangtua biasanya akan melakukan survei terlebih dahulu. Selain survei seputar harga dan tempat khitan, biasanya orangtua juga akan bertanya pada teman atau kerabat, kapan sebaiknya si kecil dikhitan, dan adakah usia optimalnya?
Usia terbaik untuk khitan
“Dari sisi medis, tidak ada usia tertentu yang dipandang optimal untuk melakukan prosedur khitan. Apabila tidak ada masalah atau indikasi medis tertentu, khitan dapat dilakukan kapan saja,” ungkap Dokter Spesialis Bedah Anak Subspesialis Bedah Digestif Anak dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Yessi Eldiyani dalam keterangan resmi yang diterima Media Indonesia, Selasa (2/7).
Demi ini, semakin banyak orang tua yang tidak segan membawa anaknya untuk dikhitan sejak dini, bahkan sebelum si kecil berusia 1 tahun.
Baca juga : Sempat Viral di Pontianak, Ini Fakta Mengenai Sunat Laser
MI/HO—Dokter Spesialis Bedah Anak Subspesialis Bedah Digestif Anak dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Yessi Eldiyani
Selain karena adanya indikasi medis, juga untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Manfaat yang didapat dengan khitan yang dilakukan ketika bayi tidak jauh berbeda dengan tindakan khitan yang dilakukan ketika anak berusia sekolah.
Bedanya, penggunaan anestesi pada pasien bayi dapat lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang berusia lebih besar. Lampau, ketika masih bayi, si kecil belum terlalu banyak bergerak, sehingga proses penyembuhan pun dapat lebih cepat. Risiko khitan saat bayi, usia balita, hingga usia sekolah juga relatif sama.
Baca juga : Pertengkaran Anak-anak saat Liburan, Ini Langkah Mengatasinya
Pasien yang tidak boleh khitan
Selain memerhatikan usia yang tepat untuk menjalani proses khitan, orangtua juga perlu memerhatikan kondisi kesehatan si kecil.
“Terdapat beberapa kondisi medis tertentu yang tidak disarankan untuk dilakukan tindakan khitan karena dapat berisiko terjadinya komplikasi,” ujar Yessi.
Kondisi medis yang membuat anak tidak disarankan untuk khitan, di antaranya:
Baca juga : Bakti Sosial, Khitan Gratis untuk Anak-Anak di Sekeliling Bandar Udara Soekarno-Hatta
- Terdapatnya hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian ventral penis. Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan
- Terdapatnya epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian dorsal penis, dengan gejala yang sama
- Anak mengalami kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia aplastik
Oleh karena itu, ada baiknya tindakan khitan dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau dokter spesialis bedah anak, agar apabila ditemukan adanya kelainan organ atau kondisi medis tertentu, dokter dapat memberikan penjelasan dan penanganan yang lebih tepat.
Krusialnya edukasi pasien setelah khitan
Setelah tindakan khitan, pasien akan mengalami beberapa reaksi jangka pendek yang tidak membahayakan. Oleh karena itu, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain seperti rasa ngilu pada kepala penis yang baru dikhitan.
“Hal tersebut wajar terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau ketika kontak dengan celana dalam. Rasa ngilu akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua hingga empat minggu,” kata Yessi.
Karenanya, lanjutnya, pasien disarankan untuk menggunakan celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam sunat. Apabila selesai berkemih jangan lupa bersihkan sisa air dengan tisu atau kasa pada tiga hari pertama setelah khitan.
Selanjutnya, pada seminggu awal khitan, sebaiknya mengurangi sejumlah aktivitas tertentu seperti naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda untuk mengurangi gesekan antara luka khitan dengan sadel. (Z-1)