BAYI yang lahir prematur dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam perkembangan neurologis dan kesehatan secara keseluruhan.
Dokter Anak lulusan Universitas Indonesia (UI) Achmad Rafli mengatakan peran nutrisi, stimulasi, dan pemantauan intensif dalam seribu hari pertama kehidupan bayi prematur menjadi hal yang Krusial.
“Bayi prematur Mempunyai risiko gangguan perkembangan otak, karena proses pembentukan otak yang belum sempurna Begitu Kelahiran. Pada trimester pertama hingga ketiga, perkembangan otak terjadi secara bertahap, mulai dari kemampuan motorik hingga sinergi fungsi vital seperti pernapasan dan menelan,” kata Dokter Anak Subspesialis Neurologi dari RSIA Bunda itu Begitu temu media memperingati World Prematurity Day, Rabu (20/11).
Rafli menambahkan stres pada ibu hamil Bisa berdampak negatif pada perkembangan otak janin, sehingga ibu perlu menjaga kesehatan fisik dan mental selama kehamilan.
Selain itu, kolostrum, nutrisi pertama dari ASI juga menjadi Krusial Demi mendukung perkembangan otak dan sistem kekebalan bayi prematur.
Dalam seribu hari pertama kehidupan, bayi prematur memerlukan stimulasi yang intensif Demi mencegah gangguan perkembangan, seperti gangguan motorik, bicara, dan autisme.
Ia menuturkan stimulasi pada anak Bisa ditingkatkan melalui beberapa Langkah, seperti mengajak anak berkomunikasi, mengajak bermain, memperlihatkan gambar pola, hingga memutarkan musik.
Rafli juga menegaskan perlunya pemantauan lingkar kepala sebagai salah satu indikator perkembangan otak.
“Bayi prematur membutuhkan tim medis yang terintegrasi Demi mengawasi perkembangannya, mulai dari dokter anak, neurolog, hingga Spesialis gizi,” ujarnya.
Bagi para orangtua, perawatan bayi prematur adalah tantangan yang membutuhkan dedikasi tinggi.
Tetapi, dengan nutrisi yang Akurat, stimulasi Pagi, dan pemantauan rutin, bayi prematur Mempunyai Kesempatan besar Demi tumbuh sehat dan optimal seperti anak yang lahir cukup waktu. (Ant/Z-1)
