Ini 5 Tantangan dan Optimisme Industri Baja Sektor Pembangunan

Ilustrasi industri baja. Foto: dok MI/Usman Iskandar.

Jakarta: PT NS BlueScope Indonesia (BlueScope), salah satu pemain Penting di industri baja Indonesia, menyadari sejumlah tantangan yang akan dihadapi pada 2025.

Meski demikian, industri baja Indonesia diyakini tetap berkembang serta diharapkan Pandai mendukung sektor Pembangunan dengan produk baja Spesifik yang dibutuhkan.

“Kami berkomitmen Buat mendukung pembangunan infrastruktur dalam negeri dengan menyediakan baja berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan proyek-proyek strategis,” kata Wakil Presiden Sales dan Marketing PT NS BlueScope Indonesia Irfan Fauzie, dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Januari 2025.

Secara Biasa, sektor Pembangunan Indonesia diperkirakan akan Lanjut menggeliat dan menjadi pendorong Penting perekonomian nasional pada 2025. Hal ini tentunya dapat memberikan Akibat terhadap industri baja yang menjadi salah satu material Penting berbagai proyek infrastruktur. Terkait hal tersebut, berikut adalah lima tantangan maupun optimisme yang bakal mewarnai perjalanan industri baja Indonesia pada 2025.
 

1. Kelebihan kapasitas Mendunia dan persaingan baja impor

Industri baja Mendunia tengah menghadapi tantangan besar terkait kelebihan kapasitas produksi yang sangat signifikan.

Data Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mencatatkan pada 2022, kelebihan kapasitas Mendunia mencapai 632 juta ton, dan OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) memproyeksikan tambahan kapasitas sebesar 158 juta ton akan terjadi pada periode 2024-2026.

Kelebihan kapasitas ini menyebabkan peningkatan ekspor baja, terutama dari Tiongkok, yang merugikan produsen baja di negara-negara tujuan ekspor, termasuk Indonesia.

Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji, menyatakan lonjakan ekspor baja Tiongkok pada 2023, yang meningkat 39 persen menjadi 92 juta ton, telah menambah persaingan dalam pasar Mendunia.

Cek Artikel:  Banyak Masyarakat Usia Produktif Belum Terjangkau Perlindungan Asuransi

Sementara itu, pada 2023, impor baja dari Tiongkok ke Indonesia meningkat tajam hingga 42 persen, mencapai 4,05 juta ton, yang memicu kesulitan bagi produsen baja lokal Buat Bertanding. Hal ini disebabkan harga baja dari Tiongkok yang lebih murah, mengingat dukungan pemerintah Tiongkok terhadap industri baja mereka.

Adanya persaingan harga baja impor lebih murah menimbulkan Kesempatan bagi industri baja domestik Buat meningkatkan daya saing melalui kebijakan yang mendukung.
 

2. Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT)

Salah satu kebijakan yang memberikan tantangan sekaligus Cita-cita bagi industri baja nasional adalah Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). 
Pemerintah Indonesia baru saja memperpanjang kebijakan ini melalui penerbitan Kepmen ESDM No. 255.K/MG.01/MEM.M/2024, Buat memberikan tarif gas bumi yang lebih kompetitif Buat industri baja.

Dengan pasokan Daya yang lebih terjangkau, produsen baja di Indonesia dapat memproduksi baja dengan biaya yang lebih efisien, meningkatkan daya saing produk baja domestik Bagus di pasar lokal maupun Global.

Kebijakan HGBT diharapkan dapat meringankan beban biaya produksi baja, yang pada akhirnya memungkinkan industri baja Indonesia Buat mempertahankan pangsa pasar domestik serta memperluas pasar ekspornya.


Ilustrasi industri baja nasional. Foto: dok MI

 

 

3. Kesempatan dari produk baja Spesifik

Sektor baja Indonesia kini mulai mengalihkan fokusnya ke produk baja Spesifik yang Mempunyai nilai tambah lebih tinggi, seperti electrical steel, baja Buat kereta api (railway steel), dan baja berkualitas tinggi lainnya. Produk baja Spesifik ini Tak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga berpotensi besar Buat diekspor ke pasar Mendunia.

Cek Artikel:  Setelah Dinyatakan Pailit, Ribuan Karyawan Sritex Solid Kenakan Pita Hitam

BlueScope menyadari adanya Kesempatan ini. Sejauh ini, BlueScope telah mengembangkan berbagai produk baja Spesifik yang sangat diperlukan Buat proyek-proyek besar, mulai dari Pembangunan gedung tinggi, infrastruktur transportasi, hingga pembangkit listrik.

Selain itu, BlueScope juga aktif berinvestasi dalam peningkatan kualitas dan Penemuan produk Buat menghadapi tantangan pasar yang semakin kompetitif.
 

4. Proteksionisme Mendunia dan kebijakan trade remedies

Peningkatan proteksionisme di banyak negara besar juga menjadi tantangan bagi industri baja Indonesia.

Mengutip IISIA, negara-negara seperti India, Amerika Perkumpulan, dan Uni Eropa telah menerapkan kebijakan Perlindungan Buat melindungi industri baja domestik mereka, termasuk tarif impor yang lebih tinggi bagi produk baja asal Tiongkok.

Amerika Perkumpulan mengenakan tarif sebesar 25 persen Buat produk baja dari Tiongkok, sementara India Meningkatkan tarif bea masuk baja menjadi 10-12 persen. Bahkan, negara-negara ini juga memperkenalkan tarif tambahan dan kebijakan trade remedies Buat mengurangi Akibat produk baja murah dari luar.

Kondisi ini memerlukan kebijakan serupa di Indonesia, seperti peningkatan pengawasan produk baja di pasar domestik dan kebijakan trade remedies Buat menghindari praktik dumping dari negara lain, khususnya Tiongkok. Penerapan tarif anti dumping dan bea masuk yang lebih tinggi terhadap produk baja impor dapat membantu persaingan industri baja menjadi lebih sehat.
 

Cek Artikel:  Perkuat Sinergi, Pertamina Pasok BBM dan Pelumas Polda Banten

5. Standar dan pengawasan produk baja impor

Buat menjaga kualitas dan keamanan pasar baja domestik, Irfan mengatakan Indonesia juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap baja impor.

Menurutnya, Standar Nasional Indonesia (SNI) yang lebih ketat harus diterapkan Buat memastikan produk baja yang masuk ke pasar memenuhi persyaratan kualitas yang tinggi. Hal ini Krusial Buat melindungi konsumen dan industri baja lokal dari produk baja murah yang Tak memenuhi standar kualitas.

Di sisi lain, kebijakan impor baja juga harus disesuaikan dengan neraca komoditas yang mempertimbangkan kapasitas produksi baja dalam negeri. Dengan pengawasan yang ketat dan implementasi kebijakan yang efektif, diharapkan kualitas baja yang beredar di pasar domestik dapat terjaga, serta mencegah praktik impor baja yang Tak memenuhi standar SNI.

Dengan berbagai tantangan yang Eksis, optimisme pelaku industri baja Indonesia tetap terjaga, terutama dengan adanya kebijakan yang mendukung daya saing. BlueScope percaya sektor Pembangunan di Indonesia akan tetap menjadi pendorong Penting bagi industri baja dengan permintaan Buat produk baja Spesifik yang diperkirakan akan meningkat pesat.

“Kami siap mendukung pasar dengan produk baja yang memenuhi kebutuhan Pembangunan yang spesifik dan berkualitas tinggi, serta siap Bertanding di pasar Mendunia,” ujar Irfan.

Dengan kesiapan Buat memanfaatkan Kesempatan di sektor baja Spesifik dan adaptasi terhadap kebijakan yang mendukung industri, 2025 diharapkan menjadi tahun pemulihan dan penguatan sektor baja Indonesia, diiringi dengan pertumbuhan sektor Pembangunan yang semakin menggeliat.

Mungkin Anda Menyukai