DI negara mana pun, infrastruktur, terutama jalan, merupakan sarana vital. Ia Kagak hanya menjadi medium mobilitas Penduduk, tetapi juga sarana penggerak roda ekonomi. Agar mobilitas Berkualitas orang maupun barang Fasih, tentu dibutuhkan sarana jalan yang mulus. Apa jadinya Apabila kondisi jalan rusak dan sulit dilalui, bahkan oleh seekor kerbau sekalipun? Oleh karena itu, apa pun penyebabnya, jalan yang rusak Kagak boleh dibiarkan dan harus segera diperbaiki karena akan merugikan Sekalian pihak.
Kondisi itulah yang kini sedang viral, terutama di Lampung. Pasalnya, warganet menganggap pembangunan sejumlah ruas jalan yang selama ini rusak di provinsi yang menjadi gerbang Pulau Sumatra itu baru dikebut menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo. Jokowi kabarnya akan berkunjung ke provinsi itu pada Rabu (3/5), tetapi diundur Jumat (5/5). Pemerintah setempat berdalih pembangunan jalan itu sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, hanya kebetulan selesainya proses lelang dan tender dekat dengan momentum kedatangan Jokowi.
Apa pun alasannya, sejumlah jalan yang rusak di provinsi itu ialah fakta yang Kagak Dapat dibantah. Apalagi, di era digital, kehadiran ponsel berkamera dapat menjadi ‘saksi mata’ atas suatu peristiwa atau fenomena di masyarakat. Penduduk pun kini punya kesadaran Kepada melaporkan kondisi atau situasi yang terjadi di lingkungan Sekeliling mereka, Berkualitas ataupun Jelek.
Partisipasi semacam itulah yang disebut jurnalisme Penduduk. Dengan kecanggihan dan kecepatan teknologi, masyarakat kini Kagak perlu Kembali menulis surat pembaca di surat Berita Kepada menyampaikan keluhan, Berkualitas itu terkait dengan pelayanan publik maupun kondisi jalan. Sebaiknya, aparat pemerintah, Berkualitas di pusat maupun daerah, bersikap responsif dan memanfaatkan itu sebagai bagian dari kritik atau masukan.
Kepada mencapai tujuan pembangunan seperti yang direncanakan, pemerintah tentu butuh partisipasi Penduduk. Apalagi, mereka yang paling Mengerti apa yang dibutuhkan di Kawasan mereka. Malah laporan Penduduk dapat membantu dan memudahkan tugas-tugas aparatur negara yang jumlahnya tentu sangat terbatas. Berkualitas Penduduk maupun aparatur dapat memanfaatkan media sosial Kepada berkomunikasi. Ketimbang digunakan Kepada flexing atau memamerkan kekayaan pribadi, lebih Berkualitas platform tersebut digunakan Kepada hal yang bermanfaat. Pemda, misalnya, Dapat melaporkan apa yang telah mereka kerjakan di akun media sosial Formal, sebaliknya Penduduk juga Dapat menyampaikan apa yang Lagi menjadi kekurangan. Check and balance semacam itu Krusial Kepada mewujudkan pemerintahan yang Bersih.
Persoalan jalan yang rusak di Lampung hendaknya jadi pelajaran Kepada pemerintah daerah lainnya agar responsif menerima keluhan Penduduk. Apabila memang belum Terdapat anggaran Kepada memperbaiki infrastruktur yang rusak, ya sampaikan Lalu terang apa adanya. Apa kendalanya dan sebagainya sehingga Kagak Terdapat dusta dan sikap saling curiga. Ingat, ini era keterbukaan, Kagak perlu Terdapat Kembali yang ditutup-tutupi apalagi disembunyikan.
Begitu pun terkait dengan rencana kedatangan Presiden Jokowi, biarkan beliau Menonton kondisi negara yang dipimpinnya apa adanya. Jangan budayakan sikap ABS (asal bapak senang) sehingga beliau hanya Mengerti yang Berkualitas-Berkualitas. Perilaku seperti di era yang telah Lampau itu sudah sepatutnya ditinggalkan. Itu Malah harus jadi salah satu bagian dari revolusi mental yang selama ini dicanangkan Presiden.
Salah satu jalan rusak di ‘Provinsi Sang Bumi Ruwa Jurai’ yang fenomenal itu ialah ruas jalan Simpang Randu-Gaya Baru dan Kawasan Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah. Jalan lintas itu sebelumnya rusak bertahun-tahun. Sejumlah Penduduk Lampung Membikin sindiran atau marah-marah langsung di media sosial terkait dengan ruas-ruas jalan rusak tersebut. Perbaikan jalan superkilat itu memantik komentar warganet. Perbaikan jalan di Lampung itu laksana kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Perbaikan jalan itu dianalogikan sebagai pembangunan seribu candi yang terjadi hanya dalam satu malam. Pembangunan infrastruktur jalan harus terencana dengan matang, bukan simsalabim.