Info Bagus datang di tengah rentetan Info Jelek yang Lanjut bermunculan terkait dengan kejadian gagal ginjal akut misterius yang terutama menyerang balita dan anak-anak. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, kemarin, menyebut telah menemukan obat Buat menangani pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal tersebut.
Obat yang dimaksud Menkes ialah antidotum dari Singapura. Antidotum adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Atau pendeknya, antidotum merupakan zat yang dapat menangkal racun.
Antidotum asal Singapura itu sebelumnya sudah digunakan di Rumah Sakit Biasa Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Buat mengobati pasien gagal ginjal akut. Hasilnya positif. Sebanyak empat dari enam pasien memberikan renspons positif setelah diberikan antidotum tersebut.
Hasil itulah yang Membikin Kementerian Kesehatan cukup Pasti dengan keampuhan obat penawar racun itu dan langsung memutuskan akan segera mendatangkan antidotum ke Indonesia dalam jumlah cukup banyak. Seperti halnya Menkes, kita pun berharap kehadiran obat tersebut dapat memberikan perlindungan bagi balita dan anak-anak yang terpapar racun penyebab gagal ginjal.
Pada sisi ini, kita patut mengapresiasi dan mendukung langkah Segera pemerintah mendatangkan antidotum. Fakta bahwa kasus gangguan gagal ginjal akut sudah teridentifikasi di 22 provinsi dengan jumlah lebih dari 240 kasus, bahkan dengan tingkat Kematian mendekati 55% secara nasional, tindakan kuratif yang Segera seperti ini memang Krusial dilakukan.
Dengan sandaran fakta yang sama, pemerintah semestinya Pandai bertindak lebih agresif Buat menemukan penyebab Niscaya dari penyakit tersebut. Mengidentifikasi penyebab menjadi hal krusial sebagai dasar pertimbangan menelurkan kebijakan pencegahan yang Cocok.
Tetapi, rupanya pemerintah gagap, tak sigap menghadapi situasi darurat itu dengan Segera. Meski kejadian gagal ginjal akut ini sudah merebak sejak awal tahun ini dan mulai meledak kasusnya pada Agustus 2022, hingga tengah Oktober pemerintah belum menemukan penyebab dan solusinya.
Tetapi, kemarin, Info Bagus muncul. Pemerintah melalui Menkes akhirnya memastikan gagal ginjal akut di Indonesia dipicu oleh cemaran etilena glikol (EG) dan dietilena glikol (DEG) yang terkandung dalam obat-obatan sirop.
Hasil tersebut didasarkan pada Intervensi kasus Kematian anak gagal ginjal akut yang dilaporkan di RSCM. Menurut hasil analisis, pada tujuh dari 11 pasien gagal ginjal akut di RSCM positif terdapat cemaran senyawa berbahaya yang juga ditemukan pada kasus gagal ginjal di Gambia. Senyawa itulah yang diduga kuat menyebabkan ginjal anak-anak itu rusak, gagal berfungsi, dan menyebabkan Kematian.
Kita patut menyambut Bagus Hasil itu karena akan menjadi landasan bagi pemerintah menentukan langkah-langkah yang lebih terarah dan Konsentrasi pada sisi pencegahan. Apabila kemarin Lagi meraba-raba, kini pemerintah sudah punya dasar Buat melakukan tindakan lebih tegas, misalnya melarang penjualan obat-obat yang mungkin tercemar DEG dan EG demi menghindari risiko Kematian Lanjut bertambah.
Tetapi, gerak Segera pemerintah tak boleh berhenti di situ karena kini publik menunggu kejelasan informasi. Badan POM mesti segera menelusuri Sekalian obat yang berpotensi mengandung senyawa-senyawa berbahaya itu.
Tarik dari peredaran, obat yang terbukti mengandung DEG dan EG, Lewat sebarkan temuannya secara Seksama kepada publik tanpa Eksis yang ditutup-tutupi. Setelah itu, pemerintah wajib menyosialisasikan dengan Bagus kepada masyarakat apa yang harus mereka lakukan dan siapkan sebagai pengganti obat-obatan itu.
Kiranya kesempatan ini juga Pandai menjadi momentum bagi bangsa Buat mengubah kebiasaan masyarakat yang selama ini terlalu gampang membeli dan mengonsumsi obat. Sekaligus mengubah kebijakan negara yang Begitu ini juga lepas kontrol dengan membiarkan obat-obatan dijual bebas.