EKONOM dari Universitas Paramadina Jakarta, Wijayanto Samirin, memperingatkan kepada pemerintah Demi segera mengambil tindakan tegas atau intervensi guna menyelamatkan industri tekstil dalam negeri yang tengah terpuruk. Ia menilai bangkrutnya PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex hanya sebagai gunung es.
Dengan kata lain Tetap banyak kasus kebangkrutan perusahaan-perusahaan tekstil dan garmen yang Kagak diketahui publik. “Kebangkrutan Sritex, raksasa tekstil kebanggaan kita hanya merupakan ujung dari gunung es permasalahan serius industri manufaktur kita. Pemerintah harus intervensi secepat mungkin sebelum semakin terlambat,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Jumat (25/10).
Pemerintah, lanjutnya, perlu melakukan pendekatan yang komperhensif kepada pelaku usaha dan menerapkan kebijakan yang out of the box atau diluar dari kebiasaan. Kalau diperlukan, ungkap Wijayanto, Bonus Spesifik Pandai diberikan kepada pelaku usaha tekstil yang tengah terpuruk. Bonus itu Berkualitas dalam bentuk Bonus fiskal maupun nonfiskal.
“Perlu Terdapat terobosan kebijakan Demi menyelamatkan industri tekstil kita. Libatkan asosiasi dan pengusaha Demi mencari solusi yang inovatif,” ujarnya.
Selain Bonus, pemerintah perlu menekan biaya produksi dan membantu pengembangan pasar Demi menggairahkan usaha sektor tekstil dan garmen dalam negeri. Pemerintah melalui aparat juga diminta memberantas aksi premanisme yang mengganggu proses produksi dan distribusi barang tekstil.
“Yang terpenting soal premanisme yang cukup dominan diberbagai sektor industri manufaktur, perlu segera diakhiri,” pungkasnya.
Wijayanto menuturkan Kalau pemerintah Lanjut menerus membiarkan satu per satu perusahaan tekstil dan garmen gulung Ganti, pertumbuhan ekonomi diyakini akan Tertahan. Ini karena hilangnya sumber penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan sumber penerimaan pajak.
“Demi membangkitkannya kembali perlu waktu Lamban Sekeliling 5-10 tahun, bahkan lebih. Tentu ekonomi kita akan terganggu. Jadi, sebaiknya intervensi dilakukan secepatnya oleh pemerintah,” pungkasnya. (Z-2)