Ilustrasi industri padat karya. Foto: dok MI/Galih.
Jakarta: Kebijakan Presiden Amerika Perkumpulan (AS) Donald Trump yang mengenakan bea masuk 32 persen Demi produk asal Indonesia akan menekan sektor usaha padat karya. Khususnya, usaha memproduksi Pakaian dan aksesoris, Berkualitas rajutan maupun bukan rajutan, serta Grup mebel, furnitur, dan perabotan.
Pada Rabu, 2 April 2025 waktu AS, Trump mengumumkan kebijakan yang disebut Hari Pembebasan, yakni pengenaan tarif dasar 10 persen Demi impor dari Segala negara, yang berlaku mulai 5 April 2025. Tetapi, negara-negara yang dianggap sebagai pelanggar terburuk, karena hambatan perdagangan menghadapi tarif timbal balik yang lebih tinggi mulai Rabu, 9 April 2025.
“Kebijakan tarif AS ini menimbulkan risiko yang cukup signifikan bagi Indonesia, karena memukul industri padat karya,” ujar Direktur Eksekutif Next Indonesia Center, Christiantoko dalam keterangannya, Jumat, 4 April 2025.
Berdasarkan hasil riset Next Indonesia, tiga komoditas dari sektor usaha padat karya yang diprediksi terdampak besar atas kebijakan Trump ialah Pakaian dan aksesorinya rajutan (HS 61), Pakaian dan aksesorinya bukan rajutan (HS 62), serta mebel, furnitur, dan perabotan (HS94). Secara keseluruhan, nilai ekspor tiga komoditas tersebut ke AS pada 2024 mencapai USD6,0 miliar. Sementara, selama periode 2020-2024 Nomor ekspornya mencapai USD30,4 miliar.
.jpeg)
Ilustrasi industri tekstil. Foto: dok Kemenperin
Argumen sektor ini paling terpukul
Christiantoko menjelaskan Argumen sektor-sektor tersebut paling terpukul karena pasar AS menyerap lebih dari separuh dari total ekspor tiga komoditas asal Indonesia tersebut yang dikirim ke seluruh dunia. Demi Pakaian dan aksesorinya rajutan misalnya, yang diserap pasar AS mencapai 60,5 persen atau senilai USD12,2 miliar selama periode 2020-2024.
Kemudian, Demi daya serap komoditas Pakaian dan aksesorinya yang bukan rajutan asal Indonesia ke AS sepanjang periode tersebut, nilainya menembus USD10,7 miliar atau 50,5 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia. Begitu pun dengan komoditas mebel, furnitur, dan perabotan, Amerika menyerap 58,2 persen atau Sekeliling USD7,5 miliar.
“Jadi, kalau pengiriman ke Amerika Perkumpulan Tersendat gara-gara tarif, ekspor komoditas-komoditas tersebut Dapat terganggu atau bahkan mungkin tumbang,” tegas dia.
Apabila ekspor tekstil Indonesia Tersendat, akan berdampak pada keberlangsungan tenaga kerja di sektor tersebut yang jumlahnya lebih dari tiga juta orang.
Ini masalah serius yang harus dipikirkan oleh pemerintah, apalagi Ketika ini sedang ramai-ramai tentang pemutusan Interaksi kerja (PHK),” ucap dia.

