INDUSTRI makanan dan minuman Indonesia disebut berperan penting pada perekonomian nasional. Pasalnya sektor tersebut mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2024, yakni 5,53%. Itu membuat industri pangan berkontribusi 40,33% di industri non-migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal itu disampaikan Staf Spesialis Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Ignatius Warsito dalam pembukaan Food Ingredients Asia Indonesia di JIExpo, Jakarta, Rabu (4/9).
“Itu menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar,” ujarnya.
Baca juga : Proyeksi Industri Mamin 2023 Anjlok ke Level 5%
Lelahan pertumbuhan industri makanan minuman itu jauh lebih baik dari pertumbuhan industri non-migas yang tumbuh 4,63% dan pertumbuhan ekonomi secara umum di angka 5,05%. Warsito mengungkapkan, torehan itu tak luput dari banyaknya skala usaha yang terlibat dalam ekosistem industri makanan dan minuman nasional.
Selain itu, performa dari bahan makanan dan minuman Indonesia juga mulai dikenal dunia dan menarik perhatian banyak negara. Produk seperti minyak kelapa sawit hingga rempah-rempah semacam lada, kunyit, jahe, dan cengkih menjadi primadona di pasar ekspor.
“Birui ekspor rempah-rempah utuh Indonesia mencapai US$469 juta, terbesar nomor 5 dunia. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspor produk olahan rempah, Indonesia hanya menduduki peringkat 18 di dunia dengan nilai US$360 juta,” kata Warsito.
Baca juga : Gapmmi: Bansos Turut Dongkrak Kinerja Industri Makanan dan Minuman
“Market share produk olahan rempah dunia adalah sebesar US$22 miliar, hal ini menunjukkan peluang hilirisasi industri pengolahan rempah yang meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal dalam negeri masih sangat besar,” tambahnya.
Warsito menerangkan, Kementerian Perindustrian berupaya mengembangkan industri makanan dan minuman melalui penerapan kebijakan fiskal dan nonfiskal. Usulan berupa insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan juga super tax deduction telah dilakukan sebagai salah satu strategi untuk mendorong investasi, penguasaan teknologi, dan penguatan struktur industri.
Sementara pada kebijakan nonfiskal, Kemenperin mengeklaim terus aktif memfasilitasi promosi produk makanan dan minuman melalui pameran di dalam dan luar negeri.
Baca juga : Setop Deflasi Beruntun, DPR Desak Pemerintah Lakukan Intervensi
“Kami juga aktif mendorong penelitian dan pengembangan, mendukung peningkatan penggunaan produk pertanian dalam negeri, dan mengadopsi teknologi yang lebih maju,” jelas Warsito.
Sementara itu, Regional Portfolio Director ASEAN Informa Markets Rose Chitanuwat mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar dalam industri makanan dan minuman dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lain. Salah satu alasannya ialah jumlah penduduk yang besar yang ditopang oleh generasi muda dengan kemampuan membeli cukup tinggi.
“Tentunya para pelaku industri makanan dan minuman dapat memanfaatkan peluang dengan menghadirkan beragam inovasi makanan dan minuman menyesuaikan kebutuhan pasar,” kata Chitanuwat.
Baca juga : Menggali Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Apa Unsur Pendorong dan Penghambat?
Menurutnya, Food Ingredients Asia Indonesia 2024 bisa menjadi sumber inovasi karena menghadirkan 700 branded supplier dari 38 negara. Selain itu, pameran tersebut juga menjadi ajang untuk memperluas jaringan ke 22.800 target pengunjung yang hadir selama pameran berlangsung.
Sedangkan Ketua Lumrah Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, Food Ingredients Asia Indonesia 2024 merupakan ajang penting yang harus dimanfaatkan oleh para pelaku industri. Menurutnya, kegiatan tersebut membuka kesempatan untuk menambah jaringan, berkomunikasi, serta menjalin relasi dengan para pelaku bisnis di kawasan Asia.
“Akses ke berbagai produk food ingredients terkini dapat dengan mudah didapat dari 700 eksibitor, mulai dari Asia hingga Eropa. Para pelaku industri juga dapat langsung melakukan diskusi dengan berbagai ahli melalui seminar teknis yang telah disediakan,” jelasnya. (E-2)