Indonesia Menjadi Teladan Bagi Dunia Dalam Pencegahan DBD

Indonesia Menjadi Contoh Bagi Dunia Dalam Pencegahan DBD
Ilustrasi.(ANTARA)

SEBAGAI salah satu negara yang paling terdampak oleh Demam Berdarah Dengue (DBD), keluarga dan sistem kesehatan nasional Indonesia menghadapi beban cukup berat akibat dengue. Biarpun begitu, Indonesia tetap menunjukkan kepemimpinan kuat dalam memerangi DBD, melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (SNPD) 2021-20251 yang memprioritaskan upaya pencegahan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, praktisi kesehatan, sektor swasta, serta masyarakat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat dengue pada tahun 2030.

Takeda Dunia mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini. President Dunia Vaccine Business Unit Takeda, dr. Derek Wallace mengatakan, merupakan sebuah kehormatan dapat mengunjungi Indonesia, sebuah negara yang telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memerangi DBD.

“Dilihat dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif untuk melawan penyakit yang mengancam jiwa ini. Kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak. Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” ungkapnya, Jumat (20/9).

Baca juga : Pemerintah Jalankan 6 Strategi Nasional Penanggulangan Demam Berdarah

DBD, yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan infeksi lanjutan yang berpotensi lebih parah. World Health Organization (WHO) mencatat, hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian. Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Cek Artikel:  Hukum Coulomb Rumus Gaya Coulomb dan Teladan Soal

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian di tahun 2023. Beban ekonomi DBD juga signifikan, BPJS Kesehatan mencatatkan pembiayaan hingga Rp1,3 triliun pada 2023, meningkat tajam dari Rp626 miliar di tahun sebelumnya.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk terus memerangi DBD melalui langkah preventif yang terintegrasi. “Menonton peningkatan kasus yang terjadi dari 2023 sampai dengan 2024 saat ini, menunjukkan perlunya langkah pencegahan yang lebih efektif dan inovatif. Demi itu, Pemerintah Indonesia mendukung komitmen dengan enam strategi nasional penanggulangan dengue yang mencakup manajemen penguatan vektor aman dan berkesinambungan, peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan-manajemen program, dan kemitraan, dan pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti,” kata dia.

Baca juga : Penurunan Bilangan Stunting Butuh Perhatian Banyak Pihak

“Tetapi tentunya, keberhasilan penanggulangan dengue tidak hanya tergantung pada komitmen pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Kolaborasi sinergis lintas-sektor sangat penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian dengue dapat berjalan efektif di seluruh Indonesia,” sambungnya

Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 memperlihatkan kepemimpinan Indonesia dalam penanggulangan DBD, yang menjadi wujud komitmen dalam mengejawantahkan peta jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 dari WHO, di mana dengue menjadi salah satu penyakit tropis yang perlu dieliminasi pada 2030.

Strategi nasional ini menjadi dasar kolaborasi dan pembuatan strategi preventif DBD. Beberapa program yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia di antaranya mencanangkan langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), serta intervensi inovasi seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia.

Cek Artikel:  Mahalnya Harga Obat Harus Dilihat dari Rantai Produksi dan Distribusi

Baca juga : Revisi UU Imigrasi Ubah Ketentuan soal Pencegahan Orang ke Luar Negeri

Pemerintah juga menjalin berbagai kemitraan multi sektor di antaranya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024. Kemenkes bersama dengan Kaukus Kesehatan DPR RI, dengan didukung oleh Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan para pemangku kepentingan lintas-sektor, juga meluncurkan Koalisi Serempak (KOBAR) Musuh Dengue pada 2023 guna merumuskan penanggulangan DBD yang lebih menyeluruh di Indonesia.

Komitmen kuat untuk mencegah DBD, tidak hanya datang dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari program percontohan yang digagas oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk memvaksinasi 9.800 anak-anak usia sekolah dasar di kota Balikpapan yang kemudian dilanjutkan ke kota Samarinda.

Selain itu, baru-baru ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa yang menyasar anak Sekolah Dasar dan MI, didanai murni oleh APBD. Kabupaten Probolinggo merupakan kabupaten dengan kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur (2309 kasus hingga Agustus 2024), sementara Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan dengan kasus DBD tertinggi kedua nasional.

Baca juga : Miris! Hotline Layanan Pencegahan Bunuh Diri Konkretnya Tak Selalu Tersedia

Sasaran pemberian vaksinasi DBD kepada 1.120 siswa Sekolah Dasar dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton, sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Kab. Probolinggo.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menyampaikan semua pihak perlu berperan aktif dalam mencegah DBD untuk membuat perubahan.

“Pencegahan adalah kunci melawan DBD. Eksis tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan terakhir memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin DBD. Serempak-sama kita bisa membuat perbedaan. Takeda di Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam melawan DBD melalui pencegahan inovatif kami dan lebih dari itu. Kami bekerja sama dengan seluruh jajaran pemerintah dan pemangku kepentingan swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia,” tegasnya.

Cek Artikel:  Pansus Haji 2024 Terdapat Orang Dapat Berangkat dengan Masa Tunggu 0 Mengertin

Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam mengatakan masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala dengue. Eksis tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan pemulihan.

Fase kritis ditandai dengan turunnya demam. Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah atau gelisah; harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial. Upaya ini harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga. Gerakan 3M Plus dan vaksinasi adalah langkah penting untuk melindungi keluarga kita dari ancaman dengue. Tetapi, untuk mencapai perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis vaksin dengue sesuai yang direkomendasikan dokter. Dengan begitu, risiko keparahan dan rawat inap akibat dengue dapat berkurang secara signifikan. Meskipun anak adalah yang paling rentan terjangkit, tetapi remaja dan dewasa tetap perlu perlindungan karena penyebaran virus dengue tidak terbatas usia, di mana seseorang tinggal, serta gaya hidup mereka,” jelasnya. (S-1)

Mungkin Anda Menyukai