Indonesia Harus Dapat Beralih ke EBT

Ilustrasi Daya baru terbarukan. Foto: Freepik.

Jakarta: Tenaga Ahli Menteri Daya Sumber Daya Mineral (ESDM) Satya Hangga Yudha menyatakan optimistis Indonesia Bisa mencapai transisi Daya yang berkelanjutan dan memenuhi Sasaran emisi karbon yang ditetapkan. Tetapi proses transisi itu diakui akan dilakukan berdasarkan batas kemampuan nasional dan merujuk pada standar yang diterapkan negara-negara maju.

“Transisi Daya harus bertahap. Kita akan beralih ke Daya baru terbarukan (EBT), tetapi hingga Begitu ini batu bara Lagi menjadi sumber Daya yang kompetitif dan murah. Maka Kepada supaya kita konsisten dengan penurunan emisi karbon di PLTU batu bara, maka perlu dilakukan Co-Firing dengan biomassa dan ke depan dengan teknologi CCS  dan CCUS,” kata Hangga seperti dikutip dari keterangan pers, Kamis, 30 Januari 2025.

Terkait tugasnya sebagai Tenaga Ahli Menteri ESDM, Hangga menyatakan amanah tersebut dalam kapasitas membantu Menteri dan Wakil Menteri dalam menjalankan tugas-tugasnya yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden RI Ialah Asta Cita 2 dan 5 tentang swasembada Daya dan hilirisasi.

“Di Rendah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia akan mengembangkan Daya baru terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil,” kata Tenaga Ahli dalam bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi ini.

Cek Artikel:  Pemerintah Targetkan Investasi Rp694 Triliun dari Program Quick Win 2025.

“Dari sekarang hingga 2040, lebih dari 100 GW kapasitas Daya akan dibangun dimana 75 persen akan berasal dari Daya terbarukan, 5 GW dari nuklir, dan 20 GW dari gas,” imbuh mantan Analis Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi di SKK Migas.

Dengan adanya Keppres Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Daya Nasional yang dipimpin langsung oleh Menteri ESDM, Hangga berharap ini Dapat meningkatkan investasi, hilirisasi, dan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah pada komoditas Indonesia.

“Indonesia harus Dapat beralih dari bahan bakar fosil ke EBT Kepada mencapai Paris Agreement 2030 dan juga NZE di 2060. Coal phase down menjadi Krusial Tetapi harus Eksis solusi,” tegas dia.

Menurut alumnus Michigan State University dan New York University ini, PLTU akan dipensiunkan tetapi harus Eksis penggantinya. Sumber Daya yang Dapat menjadi base load, yang murah, dan dapat diakses oleh masyarakat Berkualitas itu co-firing dengan biomassa, gas, maupun EBT.

Cek Artikel:  Kitabisa Formal Masuk Industri Asuransi, Kedepankan Praktik Tolong Menolong

“Menteri ESDM sudah mengeluarkan Kepmen B40 dan kami berharap Kepmen tersebut dapat dilaksanakan dengan Berkualitas. Tahun depan targetnya akan meningkat ke B50 dan seterusnya Tiba B100,” ujar Hangga.
 

 

Tata kelola migas

Lebih lanjut Hangga menuturkan ihwal tata kelola migas dari segi transportasi FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang juga Krusial. Menurutnya, harus Eksis perusahaan yang Dapat diandalkan Kepada mengangkut FAME.

“Kepada subsidi BBM, listrik, dan LPG harus Cocok sasaran dan skemanya akan disampaikan oleh Presiden dan Menteri ESDM,” ujarnya.

Menurut Hangga, pihaknya juga berkoordinasi dengan Komisi XII DPR-RI dan DEN dalam penyusunan Kebijakan Daya Nasional yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden RI.

“Turunan dari KEN Eksis RUKN yang Begitu ini sedang dibahas dan RUPTL di sisi kanan. Di sisi kiri Eksis RUEN dan juga RUED,” Jernih dia.

Ditambahkan Hangga, di Kementerian ESDM juga sedang membahas RUU Minerba, Migas, dan EBT. “Juga mengaktifkan sumur idle dan menggunakan teknologi IOR/EOR agar dapat meningkatkan lifting migas menjadi salah satu program prioritas,” ujar mantan Senior Analyst Gas Market Research pada PT Pertamina International Shipping ini.

Cek Artikel:  Jokowi Niscayakan Pemerintahan Prabowo-Gibran Lanjutkan Program Hilirisasi

“Kami berharap ini Dapat menjadi landasan hukum yang Berkualitas Kepada Sekalian pemangku kepentingan,” Jernih dia.


(Ilustrasi transisi Daya. Foto: dok Koaksi Indonesia)
 

Peran anak muda

Hangga juga menyoroti peran Krusial generasi muda dalam pengembangan sektor Daya terbarukan di Indonesia. Menurutnya, partisipasi generasi milenial dan Gen Z Maju meningkat. Mereka Mempunyai potensi besar Kepada membawa perubahan signifikan dalam kebijakan Daya di masa depan.

“Generasi muda akan menjadi pemangku kebijakan di masa depan. Tetapi, salah satu tantangan terbesar mereka adalah kedisiplinan, terutama di era media sosial, yakni tekanan Kepada meraih sesuatu dengan Segera sangat tinggi,” sebut dia.

Hangga menekankan disiplin adalah kunci sukses, Berkualitas dalam pengembangan diri maupun membangun karier.

“Kita harus Pusat perhatian pada Langkah bekerja, memperluas wawasan, membangun jaringan, menjaga kesehatan dengan tidur cukup, berolahraga, dan dikelilingi oleh lingkungan yang mendukung kemajuan kita,” kata Vice Chairman for Energy Policy, Youth Energy & Environment Council (YeC) itu.

Mungkin Anda Menyukai