Indonesia Disebut Bisa Hadapi Tarif Resiprokal Trump

Menlu Sugiono foto Serempak pemimpin dunia di KTT BRICS. Foto: Instagram

Jakarta: Indonesia diyakini Bisa menghadapi kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden Amerika Perkumpulan (AS) Donald Trump. Kemampuan itu karena pemerintah telah mengambil langkah strategis melalui penguatan diplomasi ekonomi dan kebijakan makro yang solid.

Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa Indonesia Bisa karena telah mengambil langkah strategis Demi menghadapi ketidakpastian perdagangan Mendunia seperti kebijakan Trump.

“Kita sudah menjadi Member BRICS sehingga Dapat memudahkan diplomasi ekonomi Indonesia dalam rangka Demi memperkuat penetrasi market bagi produk-produk kita Demi diekspor ke negara-negara Member BRICS tersebut. Seperti itu, kita sudah antisipasi,” kata Nafan yang dikutip, Jumat, 4 April 2025.

Cek Artikel:  Mentan Ancam Cabut Izin Distributor yang Permainkan Pupuk Subsidi

Nafan menilai bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS—yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—memberi ruang lebih besar Demi membangun aliansi dagang non-tradisional di tengah tekanan Mendunia.

Baca juga: Sikapi Tarif Trump, Pemerintah Kirim Tim Lobi Tingkat Tinggi ke AS

Ia menambahkan, kekuatan Esensial makroekonomi Indonesia menjadi modal Primer dalam menghadapi perang dagang. Salah satu langkah Krusial yang diambil Presiden RI Prabowo Subianto adalah mewajibkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Sumber Daya Alam (SDA) Demi disimpan di dalam negeri selama 12 bulan penuh.

“Terlihat dari cadangan devisa kita. Memang Kalau cadangan devisa kita Dapat ditargetkan di kisaran 165 miliar dolar AS. Sejak penerapan kebijakan devisa hasil ekspor sumber daya alam kita, yang memang telah diterapkan 1 Maret pada waktu itu, ya memang semestinya Dapat memperkuat cadangan devisa kita ke depannya,” ucap Nafan.

Cek Artikel:  Garuda Siapkan 68 Penerbangan Tambahan Ketika Long Weekend

Dengan cadangan devisa yang semakin solid, menurutnya, posisi Indonesia Demi ini jauh lebih kuat dibandingkan masa krisis moneter dahulu, Demi cadangan devisa hanya Sekeliling 15 miliar dolar AS.

“Jadi Mekanis resiliensi kita juga relatif lebih kuat kalau menurut saya dalam rangka menghadapi ketidakpastian Mendunia dan memang salah satunya adalah terkait dengan trade fragmentation yang diterapkan oleh Donald Trump,” kata dia.

Ia juga menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara seperti Tiongkok dan India yang Lagi tinggi menjadi Kesempatan bagi Indonesia Demi memperluas pasar ekspor. Kedua negara itu berpeluang pertumbuhan ekonominya Dapat di atas 5 persen.

“Jadi memang jauh lebih tinggi juga dibandingkan AS yang hanya Sekeliling 2%. Jadi memang kita Dapat memaksimalkan potensi tersebut dan memperkuat kapasitas dan kapabilitas ekspor kita,” Terang dia.

Cek Artikel:  ASEAN Bersatu Hadapi Perang Tarif Trump

Menurutnya, Indonesia telah mengambil Kesempatan tersebut. Yang dibutuhkan Demi ini adalah penguatan strategi diplomasi ekonomi yang adaptif dengan tetap menjunjung prinsip politik luar negeri bebas aktif.

“Sebenarnya peluangnya sudah kita ambil. Tinggal kita memaksimalkan diplomasi ekonomi kita yang memang lebih adaptif. Karena kita juga menerapkan prinsip politik luar negeri bebas dan aktif,” tutupnya.

Mungkin Anda Menyukai