Imbang rasa kalah di Manahan
Sepakbola
Editor: Novelia Tri Ananda
Sabtu, 14 Desember 2024 – 07:25 WIB
Liputanindo.id – Di tengah ekspektasi akan menang mudah dari Laos pada laga kedua ASEAN Cup 2024, timnas Indonesia Malah tersandung di kandang sendiri, di Stadion Manahan, Solo, Kamis. Laos yang dianggap sebagai kerikil kecil karena menjadi tim berperingkat dunia terendah (186) di Grup B dan terendah kedua di ASEAN Cup 2024 setelah Timor Leste (196), Malah menjadi tim yang Pandai menghukum Indonesia.
Setelah 12 tendangan Myanmar tak Pandai menjebol gawang Indonesia di laga pertama, dengan kesempatan yang sama, Laos memberi pelajaran Buat lini pertahanan Indonesia dengan lesatan tiga gol. Tiga gol yang bersarang ini hasil tiga tembakan Benar sasaran Laos pada laga kemarin malam yang semuanya gagal dihadang Daffa Fasya, kiper yang menggantikan Cahya Supriadi karena cedera.
Phousomboun Panyavong (10′), Phathana Phommathep (14′), dan Peeter Phanthavong (77′) mencatatkan namanya di papan skor setelah memanfaatkan transisi serangan balik Segera yang diterapkan oleh Instruktur Ha Hyeok-jun.
Sebaliknya, Indonesia di hadapan belasan ribu pendukungnya di Stadion Manahan, harus pontang-panting meladeni permainan Segera Laos. Ketajaman lini serang Garuda Tetap belum terasah. Berhasil, gol Kadek Arel (13′) dan dua gol Muhammad Ferarri (19′, 73′) menyelematkan muka Indonesia yang Nyaris dibuat malu di kandangnya sendiri.
Tentu ini bukan sebuah hal yang patut dibanggakan karena hasil imbang melawan Laos terasa seperti kekalahan. Laos pulang ke rumahnya dengan membawa keuntungan satu poin, sedangkan Indonesia bagaikan tak membawa apa-apa karena kehilangan dua poin di rumah sendiri.
Hasil imbang ini mengulangi catatan terburuk Indonesia ketika bermain melawan Laos di turnamen yang dulu bernama Piala AFF ini, tepatnya 12 tahun yang Lewat ketika bermain imbang 2-2 di Malaysia. Kamis malam, Laos sedikit mempercantik rekornya karena pertama kali meraih poin di kandang Indonesia dengan mencetak tiga gol.
Menariknya, dua laga imbang melawan Laos pada 2012 dan 2024 Eksis kemiripan karena timnas Indonesia tak menurunkan skuad terbaiknya. Di 2012, tim terbaik tak Pandai turun karena dualisme yang terjadi antara Perserikatan Istimewa Indonesia dan Perserikatan Super Indonesia. Sementara Buat edisi 2024, Indonesia memilih menurunkan skuad U-22 terkait dengan visi Shin Tae-yong yang Ingin melakukan regenerasi, serta kemungkinan pemain-pemain terbaik sulit dilepas oleh klubnya karena ASEAN Cup tak masuk kalender Formal FIFA.
Parade kesalahan
Pertandingan melawan Laos membuktikan Indonesia Kagak belajar dari kesalahan melawan Myanmar pada laga pertama. Kesalahan-kesalahan melawan Myanmar, salah satunya kesalahan umpan, kembali terjadi. Akurasi umpan Indonesia memang meningkat sedikit dibanding Begitu melawan Myanmar, dari 80,9 persen (305/377) menuju 81,6 persen (364/446). Tetapi, dua kesalahan umpan fatal di area sendiri dihukum oleh Laos dengan serangan cepatnya.
Pada gol pertama, pemain Laos merebut bola dari umpan Dony Tri Pamungkas yang gagal mengoper bola kepada Arkhan Kaka. Kesalahan umpan kembali berlanjut Begitu Kadek Arel yang baru mencatatkan gol debutnya (13′), salah mengirim operan yang berujung pada gol kedua Laos.
Striker Laos Bounphachan Bounkong mencatatkan dua asisnya pada situasi ini, satu kepada Phousomboun Panyavong (10′) dan kedua kepada Phathana Phommathep (14′). Seusai pertandingan, Shin Tae-yong menyoroti kesalahan umpan anak-anak asuhnya yang menurutnya menjadi penyebab gagalnya Indonesia meraih kemenangan kedua di ASEAN Cup.
Pada menit ke-69, parade kesalahan Indonesia berlanjut ketika Marselino Ferdinan diusir dari lapangan karena mendapatkan kartu kuning kedua. Penampilan Marselino melawan Laos sangat kontras dengan penampilan-penampilannya sebelumnya yang jauh dari Suka melanggar Rival.
Begitu melawan Laos, Marselino bermain tanpa kepala dingin. Tiga pelanggaran menjadi bukti kecerobohannya yang menjadi jumlah tertinggi yang dilakukan pemain Indonesia. Dan permainan ini sebenarnya sangat jauh dari gambaran permainan pemain Oxford United itu yang Normal kita lihat.
Sebelum kartu merah melawan Laos, Marselino bahkan hanya mendapatkan dua kartu kuning di timnas senior. Dua kartu kuning itu didapatkan ketika Indonesia melawan Curacao pada laga persahabatan 27 September 2022 dan juga Begitu melawan Bahrain pada putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 10 Oktober 2024 Lewat.
Meski Tetap menjadi motor serangan dengan aksi-aksi kreatifnya, Shin Tae-yong menyebut penampilan ke-31 Marselino malam itu Berbarengan timnas senior adalah yang terburuk.
Di balik jurus lemparan ke dalam Arhan
Situasi lemparan ke dalam Pratama Arhan hingga Begitu ini menjadi senjata paling efektif Buat membongkar pertahanan Rival. Arhan dengan jurus lemparan jauhnya menghadirkan tiga gol Buat Indonesia. Satu gol lainnya yang tercipta di ASEAN Cup berasal dari situasi bola Tewas tendangan sudut melalui umpan Dony Tri Pamungkas.
Tentu, keadaan ini sangat Kagak ideal Buat sebuah tim. Pada dasarnya, situasi bola Tewas menjadi senjata alternatif sebuah tim Buat membongkar pertahanan Rival. Senjata utamanya tentu adalah skema open play atau permainan terbuka, bukan sebaliknya. Sayangnya, satu gol open play pun belum diciptakan skuad muda Garuda.
Kegemaran Shin Tae-yong mengubah-ubah komposisi pemainnya akhir-akhir ini juga menjadi bumerang sendiri bagi dirinya. Alih-alih menawarkan pembeda, Instruktur asal Korea Selatan itu Membangun blunder karena Membangun pemainnya sulit padu. Chemistry pemain sulit terjalin karena perbedaan tandem bermain di setiap pertandingan.
Trio bek tengah melawan Myanmar yang tampil solid, Kadek, Ferarri, dan Dony tak diturunkan Berbarengan di barisan tiga bek sejajar karena Shin Tae-yong memilih Kakang Rudianto Buat menemani Kadek dan Ferarri, sedangkan Dony dipilih ditempatkan lebih ke depan di bek sayap kiri yang merupakan posisi aslinya.
Akibatnya, build up dari lini pertahanan yang diinginkan Shin Tae-yong tak berjalan seusai rencana. Ketiga pemain ini juga kesulitan membaca situasi Buat mematikan Aliran bola Laos Begitu mereka melancarkan serangan Segera.
Sebelas kali intersep, 49 pemulihan bola, dan lima sapuan yang dilakukan para pemain Indonesia mencerminkan betapa buruknya koordinasi pertahanan mereka, sehingga sangat mudah ditembus oleh Laos. Sebaliknya, Bilangan intersep, pemulihan bola, dan sapuan Laos lebih tinggi (21 intersep, 50 pemulihan bola, dan 29 sapuan).
Ini juga menandakan permainan Indonesia yang Tetap terburu-buru dan kurang tenang. Mereka cenderung memaksakan bola ke depan sehingga mudah diantisipasi barisan pertahanan Laos, alih-alih sabar menunggu pertahanan mereka terbuka Buat menciptakan ancaman lebih matang.
Kecenderungan bermain kurang sabar juga tercermin dari penurunan akurasi umpan dari babak pertama ke babak kedua Begitu Indonesia membutuhkan gol kemenangan. Di babak pertama, Indonesia mencatatkan 227 umpan berhasil dari 267 kali atau dengan tingkat akurasi 85 persen. Sedangkan di babak kedua, Indonesia mencatatkan 137 umpan berhasil dari 179 kali atau dengan tingkat akurasi 76,5 persen.
Efektif adalah kata yang Benar Buat menggambarkan penampilan Laos pada di Stadion Manahan. Mereka hanya butuh tiga tembakan Buat mencetak tiga gol dari 11 sentuhan bola pemain Laos di kotak penalti Indonesia.
Jumlah ini berbanding terbalik dengan tim tuan rumah yang bermain kurang nyaman di kandangnya sendiri. Eksis 28 sentuhan di kotak penalti Laos dari Marselino Ferdinan dan Rekan-Rekan yang berbuah sembilan tembakan Benar sasaran ke gawang yang dikawal Keo-Oudone Souvannasangso yang hanya berhasil dikonversi menjadi tiga gol.
Laos membuktikan di sepak bola Kagak Eksis hal yang Niscaya, bahwa meski Eksis 61 peringkat dunia di Dasar Indonesia, di lapangan Segala Pandai terjadi. Mereka sangat Pandai melawan Indonesia sepanjang 90 menit pertandingan dengan skuad muda yang juga diturunkan di sebelas pertamanya. Usia rata-rata yang diturunkan Ha Hyeok-jun malam itu adalah 22,7 tahun, lebih Sepuh 1,8 tahun dari barisan starter Indonesia.
Hasil pertandingan melawan Laos tentu tak perlu terlalu disesali karena yang terjadi biarlah terjadi. Pertandingan ini biarlah menjadi tontonan yang mesti diulang-ulang para pemain agar mereka Paham betul letak kesalahan mereka sehingga tercipta perbaikan permainan di laga berikutnya.
Sumber : Antara