Ilusi Anggaran Pendidikan 20

Ilusi Anggaran Pendidikan 20%
(MI/Duta)

PERNYATAAN Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait dengan rendahnya gaji dosen dan guru di Indonesia menuai kritik tajam berbagai kalangan. Anehnya, Sri Mulyani yang notabene paham persoalan anggaran malah seakan melempar bola panas soal gaji guru dan dosen yang dianggap Tetap rendah. Alih-alih Meningkatkan gaji guru-dosen, Sri Mulyani meminta partisipasi masyarakat Demi mengatasinya.

Meski pemerintah mengalokasikan Biaya pendidikan Rp757,8 triliun Demi sektor pendidikan, nyatanya 44,2% anggaran pendidikan 2026 dialokasikan Demi makan bergizi gratis (MBG) sebesar Rp335 triliun. Kalau dititik dari proporsi tersebut, anggaran riil Demi operasional dan investasi pendidikan tentu menjadi berkurang Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Idealnya anggaran Demi MBG dipisahkan atau dikeluarkan dari pos anggaran pendidikan.

 

Enggak BERBANDING LURUS DENGAN MUTU

Di atas kertas, anggaran yang fantastis itu menarasikan komitmen penuh negara dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Sayangnya, di balik besarnya Bilangan tersebut, tersembunyi Realita yang memprihatikan. Anggaran yang begitu besar Enggak berbanding lurus dengan potret mutu pendidikan Indonesia yang cenderung jalan di tempat, tertinggal daya saingnya dengan negara lain, dan sarat ketimpangan atau disparitas yang begitu tajam.

Dengan kata lain, proporsi anggaran pendidikan Enggak menavigasi sistem anggaran yang ideal. Alih-alih berdampak pada kualitas, kualitas pendidikan Indonesia kerap menjadi persoalan serius.

Cek Artikel:  Penantian 32 Tahun, Cerminan Sepak Bola Indonesia

Berdasarkan Human Development Report 2025 yang diterbitkan UNDP (2025), rangking indeks pembangunan Insan Indonesia Tetap menempati posisi ke-113 dengan skor 0,728. Rangking itu Tetap di Rendah Thailand di posisi ke-76 dengan skor 0,798, Lewat Malaysia di posisi ke-67 dengan skor 0,819, dan Singapura di posisi ke-13 dengan skor 0,946.

Dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 pun, skor Indonesia juga relatif tertinggal dari negara tetangga. Secara keseluruhan, Indonesia mendapatkan rata-rata skor PISA sebesar 369 poin. Skor itu Tetap di Rendah Thailand dengan skor rata-rata 394, Lewat Malaysia dengan skor rata-rata 404, kemudian Vietnam dengan skor rata-rata 468, dan Singapura dengan skor 560.

Selain itu, indeks makropendidikan di Indonesia Tetap menunjukkan mutu yang relatif rendah dan ketimpangan antarwilayah yang Tetap relatif tinggi. Berdasarkan data BPS RI (2024), Bilangan rata-rata lelet sekolah (RLS) Indonesia sebesar 8,85 atau dapat dikatakan Dekat lulus dengan SMP. Begitu pun dengan Bilangan Cita-cita lelet sekolah (HLS) Indonesia berdasarkan data BPS RI (2024) Tetap sebesar 13,21 atau dapat dikatakan baru Mempunyai Kesempatan menamatkan pendidikan formal setara dengan diploma satu (D-1).

Lebih parah Tengah BPS RI (2024) melansir Bilangan partisipasi kasar perguruan tinggi (APK PT) di Indonesia pada 2024 Tetap begitu rendah, yakni sebesar 32,00. Artinya Dekat dua pertiga dapat dipastikan tiap tahun lulusan SLTA di Indonesia Enggak melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan demikian, data di atas dapat memberikan kesan bahwa anggaran pendidikan yang besar itu Enggak berdampak terhadap kualitas pendidikan yang Berkualitas.

Cek Artikel:  Korupsi Adalah Pelanggaran HAM

 

PRIORITAS YANG KABUR

Dengan demikian, muncul pertanyaan mengapa anggaran yang besar itu belum menghasilkan mutu pendidikan yang Berkualitas? Hal itu disebabkan anggaran yang idealnya menjadi tulang punggung perbaikan kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia Bahkan terjebak dalam hitung-hitungan politis, tata kelola yang lemah, dan prioritas yang kabur.

Pemerintah pusat selalu mengeklaim Taat pada konstitusi dengan mengalokasikan minimal 20% APBN Demi pendidikan. Tetapi, bila diperiksa, sebagian besar anggaran itu Bahkan digunakan Demi membiayai pendidikan kedinasan pada kementerian/lembaga yang secara Terang dikecualikan dalam Pasal 49 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

Di sisi lain, Kemendikdasmen dan Kemendikti-Saintek hanya mengelola sebagian kecil dari Bagian 20% anggaran pendidikan nasional dari APBN sehingga ruang Demi peningkatan kualitas melalui kebijakan strategis menjadi terbatas.

Di samping itu, anggaran pendidikan pun menghadapi beban fiskal yang begitu besar dengan adanya program-program baru dari pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah memperkenalkan sejumlah program baru yang menyedot anggaran besar, tetapi Enggak diarahkan Demi perbaikan mutu pendidikan. Program makan bergizi gratis dan sekolah rakyat misalnya, meski Krusial Demi mengatasi malagizi dan putus sekolah, berpotensi menjadi beban fiskal yang besar tanpa desain kebijakan yang Akurat dan integrasi dengan program pendidikan nasional.

Cek Artikel:  Umur di Tangan Tuhan, Sokongan Hidup Dasar Mesti Dilakukan

 

SOLUSI

Pemerintah dan DPR semestinya menavigasi anggaran pendidikan dengan menggunakan model penganggaran pendidikan selain taat asas pada regulasi, juga memperhatikan berbagai pendekatan seperti evidence based policy, regulatory impact analysis (RIA), corruption risk analysis (crisys), dan mendorong partisipasi publik yang bermakna (meaningful public participation).

Hal itu menjadi Krusial agar pengganggaran pendidikan Enggak berbasis pada tarik ulur kepentingan elite penguasa dan pragmatisme. Oleh karena itu, perlu refocusing peruntukan anggaran pendidikan pada program-program yang berorientasi pada peningkatan kualitas, bukan hanya memperluas akses. Prioritas penggunaan anggaran pendidikan harus mendorong perbaikan mutu secara berkelanjutan.

Selain itu, dibutuhkan political will yang kuat dari Presiden Republik Indonesia Demi membenahi kesengkarutan anggaran pendidikan nasional di Indonesia. Terlebih, Presiden Prabowo Subianto telah berulang kali menunjukkan komitmennya Demi memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Kalau situasi itu dibiarkan, sama saja dengan kita tengah menyusun rancang bangun kegagalan pendidikan nasional secara sistemis sejak awal perencanaan penganggarannya.

Mungkin Anda Menyukai