Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Jakarta: Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkapkan sepanjang Februari ini, tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung meningkat dan berada di titik terendah. Pada Selasa, 11 Februari 2025, IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75 persen ke posisi 6.531,99.
“Posisi tersebut terendah sejak Desember 2021,” tulis analisis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Kamis, 13 Februari 2025.
Ambruknya IHSG disebabkan oleh tekanan terhadap pasar saham Indonesia yang telah terjadi sejak Oktober 2024 Lampau, menjelang penyelenggaraan Pemilu Presiden Amerika Perkumpulan (AS). Dari hasil pemilu tersebut memicu aksi jual yang lebih dalam terhadap pasar saham Indonesia, terutama investor asing.
“Sejak Oktober 2024 hingga 11 Februari 2025, telah terjadi net selling asing Rp42 triliun atau setara USD2,6 miliar,” ungkap analisis itu.
Pasar sempat didorong oleh langkah Bank Indonesia yang di luar ekspektasi menurunkan Etnis Kembang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Januari 2025 Lampau. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai Demi Ketika ini sebenarnya Tetap cukup berisiko Demi menurunkan Etnis Kembang karena Lalu menurunnya ekspektasi pemangkasan Etnis Kembang acuan AS (fed fund rate/ FFR). Ini karena menyusul rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS tadi malam yang lebih tinggi dari ekspektasi, sebesar 3,0 persen.
Kemudian, rilis inflasi AS tersebut juga memicu kenaikan indeks dolar (DXY) dan juga imbal hasil US treasury yield. Imbal hasil US treasury tenor 10 tahun naik ke level 4,63 persen.
Ilustrasi pedagang saham di BEI. Foto: dok MI/Rommy Pujianto
IHSG diprediksi Tetap tertekan
Pada perdagangan Kamis, 13 Februari 2025, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG Tetap tertekan dengan rentang perdagangan di level 6.610 hingga 6.674. Support di level 6.450.
“Kami memperkirakan IHSG hari ini berpotensi Demi kembali tertekan karena Elemen Mendunia tersebut,” tulis dia.
Dihubungi terpisah, analis mata Doku Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut ambruknya IHSG karena sentimen negatif pasar akibat perang dagang, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan pajak universal pada komoditas.
Beberapa emiten, katanya, Eksis yang gagal masuk Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang merupakan indeks saham dan obligasi dari lembaga riset Morgan Stanley yang menjadi salah satu acuan investor.
“Beberapa emiten yang gagal masuk MSCI juga sangat menekan IHSG,” ujar dia.