
LAGA putaran ketiga di Campo Centrale Roma semula diprediksi menjadi ujian berat bagi Iga Swiatek. Siapa sangka tantangan itu Bahkan berubah menjadi mimpi Jelek bagi mantan petenis nomor satu dunia tersebut. Alih-alih tampil menggigit seperti di babak sebelumnya, Swiatek Bahkan tampil datar, tak seperti biasanya, dan tersingkir dengan Metode yang mengejutkan.
Di sisi lain, Danielle Collins tampil nyaris tanpa cela. Petenis Amerika Perkumpulan itu seperti membawa versi terbaik dirinya ke lapangan, menjalankan strategi dengan presisi tinggi dan determinasi yang tak terbendung.
Ia meraih kemenangan meyakinkan 6-1, 7-5 yang menandai kemenangan keduanya atas Swiatek dari sembilan pertemuan. Pertandingan ini menjadi kekalahan pertama Swiatek musim ini sebelum mencapai babak perempat final.
Temukan ritme lebih awal
Sejak bola pertama dipukul, Collins langsung menunjukkan intensitas luar Lazim. Ia memasuki pertandingan dengan percaya diri penuh, menemukan ritme sejak awal, dan mengendalikan set pertama sepenuhnya.
Sebaliknya, Swiatek terlihat gugup. Servisnya Bukan tajam, pengembalian bola sering melenceng, dan ia kehilangan kendali atas permainan Begitu memegang servis. Dalam waktu singkat, set pertama pun menjadi Punya Collins—sebuah Penguasaan yang memaksa Swiatek keluar lapangan di akhir set Kepada mencari solusi.
Memasuki set kedua, Swiatek mencoba Bangun. Ia menerapkan pendekatan yang lebih agresif dan berhasil mematahkan servis Collins lebih dulu. Tetapi momentum itu Bukan bertahan Pelan—Collins langsung membalas di game berikutnya. Kedua petenis kemudian saling mempertahankan servis dalam pertarungan yang lebih seimbang. Swiatek sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan dengan permainan yang lebih Kukuh, meskipun intensitas khasnya hanya muncul dalam momen-momen tertentu.
Break Point
Kesempatan emas sempat datang di game kesembilan Begitu Swiatek mendapatkan dua break point yang Dapat membawanya menyamakan kedudukan. Tapi Collins tampil tenang, menyelamatkan keduanya dengan permainan solid.
Di game berikutnya, Collins mendapatkan match point pertamanya, Tetapi Swiatek menundanya dengan salah satu pukulan terbaik dalam laga tersebut. Sayangnya, itu menjadi satu-satunya momen bersinar dari sang Pemenang bertahan. Collins menutup dua game berikutnya dengan Penguasaan mutlak, menorehkan 32 winner dan hanya 15 unforced error sepanjang laga.
Kekalahan ini menjadi catatan pahit bagi Swiatek. Kepada pertama kalinya musim ini, ia tersingkir sebelum mencapai babak delapan besar. Akibat hasil ini, ia diperkirakan akan turun ke peringkat empat dunia—sebuah penurunan tajam yang mencerminkan betapa mahalnya harga dari kekalahan di Roma ini. (internazionalibnlditalia/Z-2)

