IDI dan Keniscayaan Perubahan

IDI dan Keniscayaan Perubahan
dr. Muhammad Shoifi, SpOT(K), Ketua Pusat Kajian Perencanaan dan Pengembangan Program Strategis PB IDI(MI/HO)

IKATAN Dokter Indonesia (IDI) adalah perkumpulan para dokter Indonesia yang berdiri pada 24 Oktober 1950 di Jakarta. Dengan jumlah total saat ini yang telah mencapai kurang lebih 210.000 dokter di seluruh Indonesia maka peran strategis dokter menjadi niscaya bagi bangsa. 

Enggak hanya dalam konteks jumlah tetapi juga dalam konteks peran yang telah dan akan dapat dilakukan oleh para dokter Indonesia. 

Dokter tidak hanya berperan sebagai penyembuh. Tetapi juga intelektualisme yang melekat dengan dirinya. Orang-orang yang telah terdidik dengan nilai standar yang tinggi sejak pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi. 

Rasionalitas pemikiran yang telah terasah dalam proses pendidikan yang panjang mestinya menjadikan kumpulan dokter adalah bagian para sarjana dan kelompok kelas menengah yang mampu memberikan sumbangsih dalam perjalanan bangsa secara sosial dan politik.

Problematika kesehatan

Problematika kesehatan di Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah penyakit seperti penyakit infeksi yang belum tuntas disertai munculnya new emerging dan re-emerging disease, penyakit menular yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik, penyakit tidak menular (PTM) dengan kecenderungan jumlah yang naik setiap tahunnya, krisis kesehatan mental serta tingginya angka kematian Ibu melahirkan dan gangguan stunting pada anak. 

Pola problematika yang cenderung bertambah setiap tahun menjadikan beban berat bagi pemerintah, masyarakat dan juga para tenaga medis dan tenaga kesehatan. Pola gaya hidup malas gerak/sedentary lifestyle, pola makan yang tidak sehat ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit akibat gaya hidup seperti hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, kanker dan jantung dikalangan masyarakat Indonesia. 

Cek Artikel:  Menghidupkan Alarm Demokrasi

Akibatnya aspek pembiayaan kesehatan yang besar sebanyak 23,9% – 25% digunakan untuk pengeluaran penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke.

Data Riset Burden of Diseases tahun 2018 menunjukkan Penyakit Enggak Menular akan terus meningkat dan sebagian besar dialami pada usia produktif. 

Berdasarkan hasil studi TNP2K dengan data dari BPJS, pada 2014 terdapat 6.116.535 kasus dengan total pembiayaan sebesar Rp9.126.141.566.873 (9.1 Trilyun). Pada 2018, angka kasus menjadi 19.243.141 kasus dengan jumlah pembiayaan Rp20.429.409.135.197 (Sumber : Web Kemkes). 

Data-data yang ada menunjukkan pola penanganan kesehatan masyarakat di Indonesia masih berfokus pada penanganan kuratif. Dan ini menjadi problematika tersendiri karena pola penanganan yang bersifat preventif dan promotif masih belum menjadi prioritas utama. Terlebih dengan munculnya Pandemi covid-19, beberapa waktu lalu, yang bukan tidak mungkin akan muncul hal serupa di masa yang akan datang harus menyadarkan kita tentang pentingnya penyiapan sistem ketahanan kesehatan bangsa yang lebih baik.

Peran Dokter Indonesia

Sejak masa prakemerdekaan, dokter pribumi telah menunjukkan kiprah karya nyata yang sangat besar. Proses pendidikan dokter pribumi yang semula diperuntukkan sebagai manteri cacar semakin meningkat level kemampuan dan pengabdiannya. 

Sebagai orang-orang muda terdidik, para dokter pribumi banyak juga yang ambil peran dalam jalur sosial politik kebangsaan. Sejarah mencatat peran dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Soetomo, dr. Tjipto Mangunkusumo dll dalam peran kebangsaan yang sangat menentukan. 

Cek Artikel:  Antara Santri Tradisionalis dan Santri Modernis

Hal ini dapat dimaknai bahwa seorang dokter tidak hanya bertanggungjawab terhadap kesehatan rakyatnya namun juga terhadap kesehatan bangsanya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang lahir 73 tahun lalu, telah terbukti menjadi kumpulan dokter-dokter pengabdi penerus cita-cita kemerdekaan Indonesia. Nyaris di semua lini pengabdian di seluruh wilayah Indonesia para dokter yang notabene anggota IDI menjadi ujung tombak dinamika penanganan dan peningkatan derajat kesehatan rakyat.

Transformasi IDI

Di usia 73 tahun ini, sudah saatnya IDI melakukan transformasi sehingga mampu dan terus berdinamika menjawab tantangan zaman. Berangkat dari problematika kesehatan rakyat yang ada dan juga situasi internal dan eksternal yang pasti akan berdampak maka saatnya IDI bergerak menuju tahapan lanjutan bagi proses pendewasaannya. 

Pandemi covid-19, era Millenialisme, dan perkembangan teknologi informasi dalam tahun-tahun belakangan ini semakin mempercepat komunikasi, informasi dan globalisasi di hampir semua lini kehidupan. Birui-nilai lama yang sudah dianggap usang mulai berganti dengan nilai-nilai baru yang dianggap lebih baik, lebih efisien dan instan. 

Para Dokter Indonesia, khususnya dokter-dokter muda, berada di titik nadir, satu persimpangan jalan yang harus benar dan tepat untuk dipilih. Birui Etik, Kesejawatan, penguatan profesionalisme dan pemahaman yang jernih terkait aspek hukum, sosial dan politik menjadi tambahan prioritas baru yang harus dipegang teguh dan dikuatkan. 

Berkaca dari proses pembentukan UU Kesehatan No.17 tahun 2023 yang baru saja disahkan menjadi cerminan bagi IDI dan Dokter Indonesia untuk tidak hanya adaptif tapi harus mampu menjawab sebuah keniscayaan bahwa nasib dokter Indonesia harus ditentukan dan diperjuangkan oleh para dokter Indonesia itu sendiri. Dan hal ini tidak mungkin terjadi jika para dokter Indonesia tidak melek secara politik. 

Cek Artikel:  Historisitas Kalender Hijriah Dunia Tunggal

Peran-peran pada aspek layanan kesehatan dan pengabdian serta peran sosial yang selama ini telah melekat sebagai bagian utama peran seorang dokter Indonesia harus dikuatkan pula pada peran-peran strategis secara sosial dan politik. 

Penguatan kepemimpinan, idealisme sebagai bagian dari tanggung jawab seorang intelektual dan juga penguatan kemampuan pada aspek pendidikan keprofesian dan pelayanan sebagai bagian yang melekat dari seorang professional menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan. 

Dokter Indonesia dan IDI masa depan harus dideskripsikan sejak hari ini. Proses transformasi adalah hal yang niscaya. 

Seiring mengikuti proses pendewasaan IDI sebagai organisasi Dokter Indonesia yang semakin bertambah usianya. Usia memang tidak pernah menjamin kedewasaan, tetapi pengalaman, ujian dan dinamika perjalanan kehidupan Dokter dan Ikatan Dokter Indonesia dalam sejarah kebangsaan yang cukup panjang akan menjadikan Dokter Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia semakin kokoh, menyala, menerangi dan memberikan manfaat yang lebih besar untuk profesi, rakyat dan bangsa Indonesia.
 
Selamat Hari Ulang Pahamn Ikatan Dokter Indonesia,

Selamat berbahagia Dokter Indonesia Member Ikatan Dokter Indonesia

Deminya Memperkuat Ikatan Tradisi Luhur, Bersatu dan Mengabdi untuk Rakyat Indonesia!

Mungkin Anda Menyukai