Ide format museum demi gaet minat Gen Z, ruang ini Dapat jadi Teladan

Jakarta (ANTARA) – Peneliti sekaligus sejarawan lulusan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Christopher Reinhart mencontohkan Bilik Pangeran Diponegoro di Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) sebagai Teladan format museum yang disarankan Kepada menarik minat Generasi Z berkunjung ke sana.

“Jadi begitu masuk, kita langsung disuguhi oleh lukisan menceritakan yang paling terkenal dari situ, kemudian Terdapat timeline, setelah itu Terdapat surat Diponegoro pada anaknya,” ujar dia dalam sebuah Percakapan publik di Jakarta, Kamis.

Bilik ini dulunya merupakan ruang tahanan Pangeran Diponegoro. Reinhart yang pernah terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tahun 2019 itu mengatakan hal-hal yang sebelumnya tak diketahui sebagian orang tersaji di sana, dengan narasi yang relatif sedikit Tetapi sudah menggambarkan keseluruhan perang Jawa.

Cek Artikel:  KLA Project dan Ghea Indrawari Meriahkan Puncak Perayaan 1 Sepuluh tahun JSI Resort Megamendung

“Dengan space yang kecil, jadi kita enggak Jenuh,” kata dia.

Reinhart berpendapat museum-museum lain khususnya di Jakarta seperti Museum Nasional, Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Berdikari sudah cukup bagus.

Lebih lanjut, agar museum di Indonesia Bisa menarik minat Gen Z berkunjung, dia menyebut tentang adanya perangkat audio dan visual. Tetapi, ini perlu mempertimbangkan sejumlah hal antara lain keamanan dan Anggaran.

“Museum UPI di Bandung berniat Kepada semuanya digital. Tapi Anggaran dan bagaimana merawat benda-bendanya yang jadi masalah. Keamanan juga jadi masalah. Kalau kita Menurunkan LCD segala Jenis, bagaimana kalau nanti dibobol orang,” ujar dia yang Mempunyai ketertarikan mendalam pada sejarah Indonesia khususnya sejarah Klasik itu.

Cek Artikel:  5 Rekomendasi Hotel Terbaik untuk Liburan di Hokkaido

Menurut Reinhart, Gen Z suka dengan sesuatu yang anti-mainstream. Narasi-narasi sejarah yang sudah mainstream, imbuh dia, sulit diterima tetapi berbeda halnya dengan sesuatu berbau kontroversial seperti tentang Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels yang dikabarkan membayar upah pekerja rodi Anyer-Panarukan.

Baca juga: Ide Dirjen Kebudayaan agar museum lebih ramai dikunjungi

Baca juga: Sejarawan sarankan pemasangan panel informasi sejarah di tempat publik

Mungkin Anda Menyukai