Hyderabad Geng 2019: Pemerkosaan Dokter Hewan India Berujung Pelaku Sengaja Ditembak Tewas?

Liputanindo.id – Kasus pemerkosaan sekaligus pembunuhan dokter hewan tahun 2019 di India masih menjadi misteri. Empat pelaku diduga sengaja ditembak mati oleh aparat kepolisian.

Kejadian ini berawal pada 27 November 2019 ketika seorang dokter hewan bernama Priyanka Reddy menjadi korban penipuan oleh sekelompok geng di daerah Tondupally di Shamshabad, Telangana, Hyderabad. Empat pelaku menipu korban dengan cara memberikan keterangan palsu soal kondisi ban dari kendaraan yang dikemudikan korban.

Keempat pelaku itu adalah Mohammed Arif, Chintakunta Chennakeshavulu, Jollu Shiva dan Jollu Naveen, yang dengan sadis memperkosa korban dan membakar tubuhnya. Dokter itu dicekik dan diperkosa di dekat truk para pelaku yang diparkir beberapa meter dari pintu tol.

Pemerkosaan dokter hewan India (Era.id/Luthfia)
Pemerkosaan dokter hewan India (Era.id/Luthfia)

Setelah korban tewas, para pelaku membawa jasad korban ke Shadnagar dan membakarnya di sebuah jalan bawah tanah di jalan raya Hyderabad-Bangalore, demikian laporan NDTV.

Pada 29 November di tahun yang sama, keempat pelaku ditangkap karena diduga memperkosa dan membunuh dokter hewan itu. Kejadian ini pun memicu kemarahan di seluruh penjuru dan mengingatkan kejadian pemerkosaan massal pada Desember 2016 lalu di India.

Cek Artikel:  Tiga Hari Pasca Tumpahan Minyak, Otoritas Singapura Mulai Bersihkan Area Pantai Pulau Sentosa

Kemudian pada 6 Desmeber, kepolisian membawa keempat terdakwa menuju Chattapally, sekitar 30 kilometer dari Hyderabad yang merupakan tempat kejadian perkara. Ketika itu, polisi membawa mereka dalam kondisi yang masih gelap demi menghindari konfrontasi dari publik.

Selama perjalanan itu, polisi mengklaim para pelaku mencoba merampas pistol mereka dan tewas selama baku tembak. Komisaris Polisi Cyberabad V C Sajjanar mengatakan baku tembak dalam kegelapan berlangsung sekitar 10 menit.

Ketika itu Sajjanar mengklaim bahwa keempat pelaku yang berusia 20 tahun itu berusaha mengelabui petugas saat akan melakukan rekonstruksi adegan. Pelaku tidak memberi tahu petugas soal keberadaan sejumlah barang bukti penting milik korban seperti ponsel, power bank, dan jam tangan.

Sajjanar mengklaim terdakwa melempari polisi dengan batu, tongkat, dan material lainnya. Sayangnya kasus ini tidak begitu saja dipercaya oleh publik. Bahkan Mahkamah Akbar membuka kasus ini dan melakukan penyelidikan atas kematian para pelaku itu.

Mahkamah Akbar menunjuk komisi yang beranggotakan tiga orang, yang mencakup mantan hakim Pengadilan Tinggi Bombay Rekha Sondur Baldota dan mantan direktur CBI D R Karthikeyan. Komisi itu mendesak agar 10 polisi yang terlibat dalam kejadian itu untuk segera diadili atas pembunuhan.

Cek Artikel:  Mantan Konselor Singapura Didakwa Kasus Rekam Remaja Telanjang di Pemandian Biasa Jepang

“Menurut pendapat kami, para terdakwa sengaja ditembaki dengan maksud untuk menyebabkan kematian mereka dan dengan pengetahuan bahwa penembakan itu pasti akan mengakibatkan kematian tersangka yang telah meninggal,” kata laporan tersebut.

Bukan hanya itu saja, laporan tersebut menambahkan bahwa tiga dari terdakwa adalah anak di bawah umur, berbeda dengan versi polisi yang mengatakan bahwa mereka berusia 20 tahun.

“Kami berpendapat bahwa pada saat yang relevan, Jolu Shiva, Jolu Naveen, dan Chintakunta Chennakeshavulu masih di bawah umur,” imbuhnya.

Komite tersebut juga mengatakan bahwa versi polisi yang mengklaim bahwa terdakwa merampas pistol dan mencoba melarikan diri tidak dapat dipercaya dan tidak didukung oleh bukti. Komisi itu pun memindahkan kasus ini ke Pengadilan Tinggi Telangana untuk tindakan lebih lanjut. 

Panel Sirpurkar dibentuk pada 12 Desember 2019 untuk menyelidiki keadaan yang menyebabkan pertemuan tersebut dan akan menyerahkan laporan dalam waktu enam bulan.

Tetapi Pengadilan tinggi, pada tanggal 3 Agustus 2021, telah memberikan perpanjangan enam bulan kepada Komisi, yang dipimpin oleh mantan hakim pengadilan tinggi VS Sirpurkar, untuk mengajukan laporan akhir tentang pembunuhan empat terdakwa dalam kasus pemerkosaan berkelompok dan pembunuhan dokter hewan.

Cek Artikel:  Jadwal Tur Paus Fransiskus Selama di Indonesia hingga Singapura

Pada bulan Januari 2022, Komisi Kehakiman Sirpurkar yang dibentuk oleh Mahkamah Akbar untuk menyelidiki pertemuan tersebut telah menyerahkan laporannya dalam sampul tertutup ke pengadilan tertinggi.

Akan tetapi, sebuah majelis hakim yang terdiri dari Ketua Mahkamah Akbar NV Ramana dan Hakim Surya Kant dan Hima Kohli tidak setuju dengan pernyataan advokat senior Shyam Divan bahwa laporan tersebut disimpan di bawah sampul tertutup.

“Ini terkait dengan kasus pemerkosaan berkelompok. Kagak ada yang perlu disimpan di sini. Komisi telah menemukan seseorang bersalah. Kami ingin mengirim masalah ini ke pengadilan tinggi,” kata majelis hakim.

Kasus pemerkosaan di India sejauh ini masih tergolong tinggi. Kasus terbaru melibatkan seorang dokter yang ditemukan tewas di ruang seminar Rumah Sakit RG Kar di kota Kalkuta, India.

Polisi telah menangkap seorang tersangka dalam kasus tersebut, Sanjoy Roy, seorang relawan sipil yang sering mengunjungi RG Kar Medical College dan rumah sakit itu.

Mungkin Anda Menyukai