![Harmonisasi Keberagaman Etnis Tetap Terjaga di Tengah Penambangan Timah Di Babel](https://mediaindonesia.gumlet.io/news/2025/02/04/1738656423_0c9b49122f3294598d55.jpg?w=800&q=80&format=webp)
BANGKA Belitung penghasil timah terbesar Indonesia Enggak hanya kaya akan sumber daya alam, juga Mempunyai sejarah peradaban Tionghoa yang panjang dan Berbagai Ragam.
Sejak abad ke 18 orang Tionghoa telah datang ke Bangka Belitung Demi bekerja sebagai penambang timah, dan sejak itu mereka telah meninggalkan jejak peradaban.
Menurut Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Dato Akhmad Elvian DPMP, kedatangan penambang timah Tionghoa ke Bangka Belitung pada tahun 1722 karena Sultan Ratu Anom Komaruddin menandatangani kontrak perdagangan Timah dengan VOC yang menyebabkan Sultan harus meningkatkan produksi Timah sebesar 30 ribu pikul setahun.
Dan Demi meningkatkan produksi Timah tersebut Sultan Mahmud Badaruddin I Jayowikromo, tahun 1724 mendatangkan pekerja tambang orang – orang Tionghoa dari Vietnam, Laos, Kamboja, Pattani, Johor dan Semenanjung Malaka.
“Pekerja tambang didatangkan dari china dikarenakan jumlah timah yang harus disediakan cukup banyak,” ujarnya.
Selain menambah jumlah tenaga kerja kata Elvian, kedatangan pekerja China juga Demi memperkenalkan teknologi baru Adalah teknologi kulit dan kulong kulit.
“Orang Tionghoa menjadi pekerja tambang di Pulau Bangka Demi memperkenalkan teknologi baru. Teknologi ini menyebabkan orang Tionghoa harus tinggal di Sekeliling tambang karena proses pembukaan lapisan tanah cukup lelet Sekeliling 7 hingga 8 bulan Tiba timah ditemukan dan ditambang,” katanya.
Di sisi lain, PT Timah sebagai perusahaan yang menjadi penerus kesinambungan historisitas pengelolaan Timah di Indonesia sebagai kelanjutan dari BTW, GMB, NV. SITEM, dan PN Timah dalam praktik perusahaan tetap mempertahankan dan mempekerjakan orang Tionghoa Bangka maupun peranakan pada parit – parit penambangan Timah dengan keahliannya yang kita kenal dengan istilah Kepala Parit (parittew).
Pada bagian akulturasi dan asimilasi orang Tionghoa di Bangka Belitung, Elvian mengungkapkan bahwasanya PT Timah perlu keahlian orang Tionghoa.
“Pada industri Pewter misalnya keahlian orang Tionghoa Bangka sangat diperlukan oleh PT Timah. Akulturasi dan Asimilasi antara orang Cina dengan bumiputera Bangka melahirkan orang – orang peranakan Bangka, menjadi bagian yang diperhatikan dalam berbagai aktivitas perusahaan termasuk CSR, walaupun aktivitasnya Enggak bersentuhan Kembali dengan pertambangan timah,” ungkapnya.
Dalam menjaga keberagaman dan harmonisasai antar SARA di Bangka Belitung, ke depan ia berharap agar lebih ditingkatkan Kembali terutama pada program – program yang menyentuh langsung pada bidang ekonomi, keagamaan, sosial dan kebudayaan.
“Saya harap, PT Timah ke depan Lalu bermitra dalam menjaga harmonisasi antar SARA di Bangka Belitung. Sehingga kebutuhan dasar atau basic need serta lingkaran keintiman masyarakat akan Lalu terjalin dengan Bagus dan erat,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya mengatakan, etnis oTionghoa menjadi bagian yang terpisahkan dari penambangan timah di Bangka Belitung.
Bambang Patijaya mengatakan dalam sejarahnya, para pekerja dari China didatangkan ke Bangka Belitung Demi menjadi penambang timah. Meski Ketika ini Enggak semuanya bekerja di sektor tambang.
“Dulu kan masyarakat Tionghoa didatangkan Demi bekerja di sektor Pertimahan. Jadi punya Rekanan yang erat antara etnis Tionghoa. Meski Ketika ini Enggak Sekalian bekerja di sektor pertimahan, tapi Terdapat nilai sejarah seperti itu saya pikir punya history yang Bagus,” ucapnya sembari menambahkan Ketika ini industri pertambangan timah Tetap menjadi tulang punggung ekonomi Babel.