Hari Pustakawan Indonesia 7 Juli 2025 Pustakawan sebagai Research Librarian di Era Digital

Hari Pustakawan Indonesia 7 Juli 2025 Pustakawan sebagai Research Librarian di Era Digital
(MI/Duta)

PADA era revolusi informasi seperti Ketika ini, peran pustakawan jangan dibayangkan sekadar menata Kitab koleksi dan melayani pengunjung perpustakaan. Agar tetap Bisa bertahan dan eksis, pustakawan perlu Lalu mengembangkan extended roles, tak terkecuali berpartisipasi dalam penelitian. Kita Paham bahwa lebih daripada sekadar pengelola koleksi pustaka, pustakawan kini Mempunyai andil besar dalam penyediaan dan penyebaran informasi, bahkan berperan dalam meningkatkan kualitas penelitian.

Menurut UNESCO, selain aktif dalam pengajaran dan pembelajaran, perguruan tinggi Mempunyai peran dalam mengembangkan transfer pengetahuan serta memajukan penelitian. Demi memastikan agar penelitian yang dihasilkan dan dideseminasikan perguruan tinggi Cocok-Cocok berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat, andil pustakawan di sini menjadi sangat Krusial.

Sebagai sebuah profesi yang Mempunyai kompetensi mengelola informasi, pustakawan Niscaya akan memberikan kontribusi yang besar dalam mendukung peningkatan kualitas penelitian. Masalahnya ialah apa saja peran yang dapat ditawarkan pustakawan Demi mendukung kinerja perguruan tinggi menghasilkan penelitian yang berkualitas? Pertanyaan itulah yang perlu dikaji dan menarik dibahas lebih lanjut di Hari Pustakawan Indonesia.

 

PILIHAN PERAN

Ketika ini, berapa jumlah pustakawan di Indonesia belum Eksis data yang Niscaya. Tetapi, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menyatakan Indonesia Tetap kekurangan jumlah pustakawan sebanyak 439.680 pustakawan (Media Indonesia, 5/4/2023). Jumlah tersebut meliputi Sekalian jenis perpustakaan di Indonesia, Berkualitas perpustakaan Lazim, Spesifik, sekolah Berkualitas negeri maupun swasta, dan perguruan tinggi.

Spesifik Demi pustakawan di perguruan tinggi, sudah tentu jumlahnya lebih sedikit. Kalau berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 13 Tahun 2017, rasio ideal pustakawan di perguruan tinggi ialah setiap 500 mahasiswa paling sedikit terdapat satu pustakawan. Peraturan itu menjadi acuan dalam menghitung kebutuhan jumlah pustakawan di perguruan tinggi.

Cek Artikel:  Reformulasi KUHAP Menuju Sistem Hukum yang Berasaskan Pancasila

Tetapi, kekuatan anggaran tiap perguruan tinggi tentu berbeda-beda sehingga Dapat saja terjadi sebuah perguruan tinggi Mempunyai pustakawan yang memadai, tetapi di perguruan tinggi lain bukan Bukan mungkin Tetap kekurangan.

Terlepas soal apakah rasio pustakawan dan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi Ketika ini telah memadai atau Bukan, secara garis besar Eksis beberapa peran yang dapat dipilih pustakawan Demi mendukung peningkatan kualitas penelitian di perguruan tinggi. Peran-peran tersebut ialah berikut ini.

Pertama, supporting research and publication. Di sini pustakawan Mempunyai peran Spesifik membantu dalam penelitian dan publikasi ilmiah mahasiswa, dosen dan peneliti (Torrisi-Stelle et al, 2015; Mantora, 2015; Sugihartati, 2025). Peran yang dikembangkan pustakawan dalam posisi itu mencakup membantu pencarian literatur, mengelola data penelitian, dan menawarkan panduan tentang proses publikasi ilmiah.

Kedua, conducting research. Seperti juga para dosen dan peneliti, sebenarnya pustakawan dapat melakukan penelitian mereka sendiri (Sorensen & DeLong, 2016; Duffield et al, 2018; Mizrachi, 2018). Di berbagai kampus terkenal di negara-negara maju, para pustakawan biasanya berpartisipasi aktif dalam proyek-proyek penelitian di bidang keilmuan mereka, yakni library and information sciences. Para pustakawan yang memilih peran itu biasanya akan berkontribusi dalam publikasi ilmiah dan acap kali terlibat dalam kegiatan seminar ilmiah atau konferensi Demi mendiseminasikan hasil penelitian mereka.

Ketiga, data management and curation. Pustakawan terlibat dalam manajemen data dan kurasi (Ashiq & Warraich, 2023; Amanullah & Abrizah, 2023). Termasuk di sini, yang dikembangkan pustakawan ialah terlibat dalam pengorganisasian, pelestarian, dan penyediaan akses ke data penelitian. Tim peneliti di berbagai kampus sering kali mengandalkan dan bahkan bergantung pada sumbangan dan pasokan data dari pustakawan.

Cek Artikel:  Mengintip Visi Anies Baswedan-Muhaimin

Keempat, training and education. Pustakawan memainkan peran Krusial dalam mendidik/memberi pelatihan kepada komunitas akademis tentang literasi informasi, metode pencarian informasi, dan penggunaan alat digital penunjang penelitian dan publikasi ilmiah (Sewell & Kingsley, 2017).

Dalam aktivitas sehari-hari, pustakawan tipe itu sering menyelenggarakan lokakarya, sesi pelatihan, dan konsultasi Demi meningkatkan keterampilan yang menunjang penelitian dan publikasi ilmiah bagi dosen, mahasiswa, dan peneliti.

Kelima, collaboration and partnership. Pustakawan bekerja sama dengan fakultas dan peneliti Demi terlibat berkolaborasi dalam proyek interdisipliner (Hart, 2018). Di sini pustakawan biasanya akan banyak terlibat dalam siklus penelitian dengan peneliti/dosen. Pustakawan dapat mengisi keterlibatan pada salah satu atau lebih tahapan penelitian.

Demi memastikan peran mana yang akan diambil dan bagaimana sivitas akademika menghargai kontribusi pustakawan, selain perlu meningkatkan branding, promosi dan bargaining position berkaitan dengan kapasitas di bidang research, para pustakawan Eksis baiknya juga Lalu mengasah kemampuan dalam melakukan penelitian dan kemudian mendiseminasikannya. Pustakawan Bukan mungkin hanya berdiam diri dan menuntut peran mereka dihargai, sementara pada Ketika yang sama Bukan Eksis produk berkualitas yang dihasilkan mereka di bidang pengelolaan informasi.

 

Cita-cita

Memasuki era digital, diakui atau Bukan, tantangan yang dihadapi para pustakawan menjadi makin rumit dan kompetitif. Ketika ini para pustakawan dihadapkan pada kehadiran artificial intelligence (AI). Di atas kertas memang teknologi AI Mempunyai potensi Demi meningkatkan efisiensi aktivitas penelitian, dengan salah satunya ialah akurasi pencarian informasi. AI Bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tanpa peneliti bersusah payah mencari rujukan sumber informasinya secara manual di perpustakaan.

Cek Artikel:  Pendidikan tanpa Sekat Gender

Meskipun di Indonesia penggunaan teknologi AI Tetap belum berkembang masif, yang perlu dipastikan ialah bagaimana agar kehadiran AI nanti Bukan memengaruhi, apalagi menggantikan, eksistensi pustakawan, terutama peran mereka dalam penelitian sebagai research librarian.

Memang di satu sisi AI berpotensi secara signifikan mengotomatisasi tugas-tugas rutin dan memersonalisasi layanan pengguna, tetapi di sisi lain yang perlu didorong perkembangannya ke depan ialah bagaimana kerja pustakawan Bukan tergantikan oleh AI.

Kunci Demi memastikan penggunaan AI bagaimana pun tetap Eksis pada manusianya. Hal itu disebabkan keakuratan kerja AI Tetap ditentukan salah satunya oleh kerja machine learning. Pengalaman selama ini, kebutuhan informasi atau data yang dibutuhkan peneliti sebagian memang dapat dipenuhi AI. Dengan bertanya di Chat-GPT, misalnya, peneliti akan dapat memperoleh masukan informasi yang dibutuhkan.

Tetapi, harus diakui bahwa informasi yang disajikan AI umumnya hanya menyentuh penjelasan ringkas, dengan dukungan rujukan yang terbatas dan bahkan tak jarang pula kurang Presisi.

Kedalaman informasi yang dibutuhan peneliti, sering kali Bukan Dapat dipenuhi AI. Dalam konteks itu, Niscaya dibutuhkan Sokongan pustakawan Demi memastikan kedalaman dan keakuratan informasi melalui metode pencarian informasi.

Kolaborasi antara peneliti dan pustakawan sebagai research librarian bagaimanapun tetap perlu dikembangkan, terutama Demi memastikan agar akurasi data dan hasil penelitian Cocok-Cocok dapat dijamin kualitasnya.

Mungkin Anda Menyukai