DOSEN, mahasiswa dan tenaga kependidikan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), serempak melakukan uji coba lima destinasi wisata lingkungan (eco tourism) dan Letak pusat kegiatan komunitas-komunitas lokal, Jumat (31/1).
Kegiatan itu digelar Pas pada acara hari ulang tahun ke-21 SBM ITB.
Salah satu program yang diusung adalah Susur Gang Hijau (SurGa Hijau), yang diikuti 100 orang sivitas akademika SBM ITB dan 50 orang Personil komunitas Circular Dago. Mereka menempuh jarak 5,9 kilometer menyusuri gang-gang kecil tempat komunitas lokal beraktivitas.
Kegiatan dilaksanakan di area Dago dan Babakan Siliwangi Demi Menonton bentuk kolaborasi antara fakultas termuda di ITB ini dengan komunitas Pokja Eling, Tanggulan Hejo, Dabaresih, Kampung Tjibarani, Kampung Serlok, dan Sanggar Olah Seni. Segala komunitas ini tergabung dalam Circular Dago, komunitas yang sama-sama Mempunyai tujuan membentuk ekonomi sirkuler di Bandung.
Dekan SBM ITB, Prof Ignatius Pulung Nurprasetio, mengekspresi keinginan ini Demi dapat Lalu berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal, Membikin kerja sama yang kontinu antara akademisi dan masyarakat. “Ini sesuai dengan visi SBM ITB yang bergerak Lalu ke arah sustainability.”
Sementara itu Rektor ITB Prof Tatacipta Dirgantara yang hadir pada acara tersebut mengatakan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan tujuan ITB. “Saya Ingin ITB menjadi universitas yang unggul dan berdampak dan SBM ITB menjalankan apa yang menjadi Asa kita Serempak.”
Kampus pertama
Melia Famiola, Dosen SBM ITB sebagai Ketua Panitia menambahkan SBM ITB merupakan kampus pertama dalam menginisiasi dan menghubungkan komunitas di Circular Dago. Pihaknya mengintegrasikan dengan perkuliahan mahasiwa, pendidikan, pengabdian masyarakat dan riset.
“Lampau ditutup dengan Pesta Rakyat, pertunjukan seni tradisional dan modern oleh anak-anak murid sanggar seni di Sekeliling kampus ITB. Kemeriahan perayaan HUT SBM ITB bukan hanya sebuah perayaan, melainkan juga usaha SBM ITB dalam menebar Akibat positif di lingkungan Sekeliling,” ungkapnya.
Menurut Melia, salah satu komunitas yang dikunjungi ialah Bank Sampah Dabaresih, tempat Anggota Dago Barat mengumpulkan dan memilah sampah Demi didaur ulang dan dijadikan pakan maggot BSF. Enggak hanya mengumpulkan sampah, Dabaresih juga mengedukasi Anggota Sekeliling Demi selalu sadar sampah melalui sosialisasi dan pelatihan.
“Komunitas ini dipilih sebagai salah satu tujuan SurGa Hijau, karena dampaknya yang besar bagi masyarakat Sekeliling. Rangkaian SurGa Hijau diakhiri di Kampung Serlok dengan melepas ikan endemik Jawa Barat,” lanjut Melia.
Dekan SBM ITB beserta jajarannya juga melepas 250 ekor ikan Nilem yang telah punah dari Sungai Cikapundung serta pelepasan burung endemik di kawasan hutan kota Tahura. Rektor ITB dan Dekan SBM ITB turut menanam 5 bibit pohon karet di belakang Sanggar Olah Seni. Pohon karet dipilih karena sifatnya yang dapat mencegah erosi, melestarikan air tanah, dan menurunkan suhu.