Ilustrasi emas. Foto: Unplash
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) melanjutkan penguatannya pada hari ini. Emas diperdagangkan mendekati level USD2.750 dengan kenaikan Dekat satu persen dan diproyeksikan Tetap berada dalam tren bullish.
Kenaikan ini didorong oleh arus masuk aset safe haven di tengah ketidakpastian Mendunia, setelah Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi niatnya Kepada menerapkan tarif 25 persen pada Kanada dan Meksiko mulai Februari. Kebijakan ini juga mencakup tarif pada emas dan perak, meskipun Tiongkok Kagak termasuk dalam kebijakan tersebut.
“Langkah ini mengejutkan pasar dan meningkatkan permintaan emas sebagai aset pelindung,” kata Analisis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, dalam keterangannya, Rabu, 22 Januari 2025.
Berdasarkan analisis teknikal, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average Demi ini menunjukkan Penguasaan tren bullish pada XAU/USD.
“Harga emas berpotensi naik hingga level USD2.760 sebagai Sasaran bullish hari ini. Tetapi, Apabila terjadi pembalikan arah (reversal), harga dapat terkoreksi hingga ke level support terdekat di USD2.720,” Jernih dia.
Dengan pergerakan volatilitas yang tinggi, pedagang disarankan Kepada berhati-hati terhadap potensi koreksi di tengah momentum kenaikan ini.
Ilustrasi emas. Foto: Freepik
Harga emas naik karena imbal hasil obligasi AS turun
Kenaikan harga emas juga didukung oleh turunnya imbal hasil obligasi AS. Benchmark imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun tajam ke level 4,527 persen selama perdagangan Asia pada Selasa, setelah pasar obligasi tutup pada Hari Martin Luther King.
“Penurunan ini memperkuat daya tarik emas, yang Kagak memberikan imbal hasil tetapi dianggap lebih Terjamin dalam situasi ketidakpastian ekonomi,” tutur dia.
Komentar Presiden Trump pada sesi penandatanganan perintah eksekutif pertama tahun ini menambah tekanan pada pasar keuangan Mendunia. Trump menyebutkan tarif universal Kepada Segala impor ke AS sedang dipertimbangkan dan kemungkinan diterapkan pada tahap berikutnya.
Elemen tambahan yang mendukung kenaikan harga emas adalah pengumuman Biaya Investasi Pertambangan Arab Saudi yang akan membeli saham di proyek Reko Diq di Pakistan, salah satu tambang tembaga terbesar di dunia.
Hal ini menandakan meningkatnya minat terhadap sektor logam mulia sebagai investasi strategis.
“Kombinasi ketidakpastian kebijakan tarif AS, turunnya imbal hasil obligasi, dan sentimen risk-off di pasar Mendunia Maju menopang harga emas,” Jernih dia.