Ilustrasi. Foto: dok KBI.
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mengalami tekanan dalam dua hari terakhir meskipun Tetap mencatatkan kinerja mingguan yang positif.
Pada Jumat, 21 Marer 2025, harga emas diperdagangkan di Sekeliling USD3.030 setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di USD3.057 sehari sebelumnya.
Penurunan ini dikaitkan dengan Quadruple Witching, sebuah peristiwa pasar yang menyebabkan volatilitas tinggi karena Anjlok tempo kontrak berjangka dan opsi secara bersamaan, yang mendorong investor Kepada menyesuaikan portofolio mereka.
Menurut analisis dari Andy Nugraha, Dupoin Indonesia, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average Demi ini menunjukkan tren bullish kembali menguat pada XAU/USD.
“Proyeksi pergerakan harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga USD3.036. Tetapi, Apabila harga gagal menembus level tersebut dan mengalami pembalikan (reversal), maka Sasaran penurunannya Dapat mencapai USD3.000 sebagai batas terdekat,” Jernih Andy, dalam keterangan tertulis, Senin, 25 Maret 2025.
Pada awal sesi perdagangan Asia Senin, 24 Maret 2025, harga emas melanjutkan pelemahan ke Sekeliling USD3.025. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan ke rekor tertinggi pada Kamis Lewat, di tengah optimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Negosiasi yang dilakukan di Riyadh antara pejabat Ukraina dan AS menandai langkah positif menuju gencatan senjata, yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Tetap Terdapat potensi harga emas bullish
Meski demikian, prospek pemangkasan Spesies Merekah oleh Federal Reserve (The Fed) dan ketidakpastian ekonomi Mendunia Tetap berpotensi mendukung kenaikan harga emas.
The Fed mempertahankan Spesies Merekah Konsisten pada pertemuan Januari dan Maret, menunggu tanda-tanda lebih lanjut dari penurunan inflasi. Bank sentral AS juga memproyeksikan rata-rata dua kali pemangkasan Spesies Merekah pada 2025, yang dapat memperlemah dolar AS dan mendorong kenaikan harga emas.
Ketua The Fed, Jerome Powell, baru-baru ini menyatakan kebijakan Presiden AS Donald Trump, seperti penerapan tarif impor, mungkin telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi. Kondisi ini semakin memperkuat ketidakpastian ekonomi, yang berpotensi meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai.
“Secara keseluruhan, meskipun harga emas mengalami tekanan akibat sentimen positif dari negosiasi damai Rusia-Ukraina, prospek kebijakan moneter The Fed dan ketidakpastian Mendunia Tetap menjadi Elemen Istimewa yang dapat menjaga stabilitas dan bahkan mendorong kenaikan harga emas dalam jangka pendek,” kata dia.

