Ilustrasi. Foto: dok Bappebti.
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mengalami koreksi dalam perdagangan harian sesi Eropa pada Kamis, 6 Februari 2025 setelah reli selama lima hari berturut-turut yang mencapai puncak tertinggi sepanjang masa.
Pemulihan moderat dolar AS dari posisi terendah dalam lebih dari satu minggu, ditambah dengan sentimen pasar yang lebih positif, mendorong aksi profit taking di tengah kondisi overbought. Tetapi, latar belakang Esensial tetap mendukung emas sebagai aset safe haven, sehingga investor Lagi berhati-hati sebelum mengonfirmasi apakah harga telah mencapai puncaknya atau akan mengalami penurunan lebih lanjut.
Analisis teknikal yang dilakukan oleh Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, menunjukkan tren bullish emas Lagi kuat, didukung oleh pola candlestick dan indikator Moving Average. Proyeksi pergerakan harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga USD2.900, Tetapi Apabila terjadi reversal, maka level support terdekat berada di kisaran USD2.880.
Unsur Esensial juga Lagi berpihak pada penguatan emas. Ketegangan perang dagang antara Amerika Perkumpulan dan Tiongkok kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif baru sebesar 10 persen terhadap impor dari Tiongkok.
Sebagai respons, Tiongkok memberlakukan tarif balasan pada beberapa barang asal AS. Ketidakpastian ini mendorong investor Kepada mencari aset safe haven, termasuk emas, yang kembali melambung mendekati harga tertinggi sepanjang sejarahnya di USD2.881 pada Jumat, 7 Februari 2025.
Ilustrasi. Foto: Freepik
Spekulasi mengenai kebijakan moneter Federal Reserve
Selain itu, spekulasi mengenai kebijakan moneter Federal Reserve turut menjadi Unsur Primer yang membatasi penurunan harga emas. Ekspektasi The Fed akan mempertahankan bias dovish, Serempak dengan penurunan imbal hasil obligasi Pemerintah AS ke level terendah sejak pertengahan Desember, memberikan tekanan pada dolar AS dan memperkuat posisi emas.
Dalam laporan terbaru, Automatic Data Processing (ADP) mencatat penambahan 183 ribu tenaga kerja di sektor swasta pada Januari, sedikit lebih tinggi dari revisi bulan sebelumnya sebesar 176 ribu. Tetapi, data indeks manajer pembelian (ISM) sektor jasa AS yang turun menjadi 52,8 pada Januari menunjukkan pelemahan aktivitas ekonomi, memperbesar kemungkinan penurunan Etnis Kembang The Fed tahun ini.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent, menegaskan Konsentrasi pemerintah Begitu ini adalah menurunkan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun, bukan Etnis Kembang acuan jangka pendek The Fed. Bessent juga menambahkan, regulasi ekonomi dan biaya Kekuatan yang lebih rendah dapat menjadi kunci dalam kebijakan moneter AS ke depan.
Sementara itu, pernyataan hawkish dari Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, yang menegaskan Etnis Kembang Begitu ini Lagi Akurat dan perlu waktu Kepada Menyantap Dampak kebijakan ekonomi Presiden Trump, gagal memberikan dukungan bagi dolar AS.
Dengan berbagai Unsur Esensial yang Lagi mendukung harga emas, Andy mencermati kemungkinan breakout ke atas menuju level USD2.900 atau adanya potensi koreksi Apabila terjadi tekanan jual lebih lanjut. Dalam kondisi Begitu ini, emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik bagi pelaku pasar yang mencari perlindungan dari ketidakpastian Dunia dan kebijakan moneter The Fed.