Harga Emas dalam Tekanan, Pusat perhatian Pasar Tertuju pada Data Ini

Jakarta: Harga emas Jumat, 4 Oktober 2024 terpantau lebih rendah, diperdagangkan di kisaran USD2.640 per troy ons.

Harga ini berada di bawah rekor tertinggi USD2.685 yang diraih minggu lalu, menunjukkan adanya tekanan jual yang masih mendominasi pasar.

Berdasarkan analis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, kondisi ini dipengaruhi oleh memudarnya ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan penurunan suku bunga secara agresif di Amerika Perkumpulan. Perubahan ini secara langsung mengurangi daya tarik emas, yang dikenal sebagai aset tanpa bunga.

Penurunan harga emas sebagian besar dikarenakan rilis data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Hal ini menurunkan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 basis poin pada November, dari sekitar 60 persen pekan lalu menjadi sekitar 30 persen minggu ini.

Kondisi ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi ini, yang ditunjukkan oleh peningkatan pada sektor Jasa, telah mendorong penguatan dolar AS.

Cek Artikel:  Rupiah Tergelincir 0,42% di Kamis Sore

“Dolar yang lebih kuat memberi tekanan tambahan pada emas, yang mayoritas diperdagangkan dalam mata uang ini,” tulis dia dalam analisis hariannya, dikutip Jumat, 4 Oktober 2024.

Tetapi, meski berada dalam tekanan, Nugraha mencatat bahwa dari segi teknikal, emas masih memiliki peluang untuk kembali bergerak naik.

Berdasarkan kombinasi indikator Moving Average yang terbentuk, tren bullish kembali menguat untuk XAU/USD.

Nugraha pun memproyeksikan, dalam skenario bullish, harga emas berpotensi naik kembali ke level tertingginya di USD2.685. Tetapi, apabila gagal melewati resistensi tersebut, kemungkinan besar akan terjadi pembalikan harga (reversal) dengan target penurunan terdekat di US2.640.
 


Ilustrasi. Foto: Bappebti

 

Selain faktor teknikal, ada dua faktor eksternal yang mendukung potensi kenaikan emas. Pertama, ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang masih memanas, yang menciptakan permintaan akan safe haven seperti emas. Pada hari Jumat, 4 Oktober 2024, emas kembali naik di atas USD2.650 karena kekhawatiran ini.

Cek Artikel:  FWD Insurance-OCBC Perkuat Kemitraan Bisnis Bancassurance

Konflik yang semakin memanas di wilayah tersebut menyebabkan aliran modal ke aset-aset aman, termasuk emas, sehingga harga logam mulia ini tetap bertahan di level tinggi meski terdapat tekanan dari kebijakan moneter AS.

Kedua, tren global terkait penurunan suku bunga oleh bank sentral di berbagai negara, meskipun The Fed bersikap lebih berhati-hati, terus mendukung daya tarik emas bagi investor.

Dengan suku bunga yang cenderung lebih rendah secara global, emas tetap dipandang sebagai instrumen investasi yang menarik bagi mereka yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi.

Pusat perhatian pasar saat ini adalah rilis laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang dijadwalkan keluar hari ini Jumat, 19.30 WIB. Data ini sangat penting karena akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pasar tenaga kerja di Amerika Perkumpulan.

Cek Artikel:  Muhammadiyah-Panin Dubai Syariah Teken Kerja Sama Layanan Perbankan

“Apabila data ini menunjukkan penguatan lebih lanjut dalam lapangan kerja, maka kemungkinan besar dolar akan terus menguat, yang berpotensi menekan harga emas,” ucap dia.

Sebaliknya, lanjut dia, jika data NFP menunjukkan kelemahan, ini bisa memperbaharui spekulasi tentang penurunan suku bunga oleh The Fed, yang akan memberikan dorongan baru bagi emas.

Tetapi, Nugraha juga memperingatkan bahwa kenaikan harga emas mungkin tetap terbatas karena pasar masih mencermati arah kebijakan moneter AS. Data ekonomi yang kuat, seperti Indeks Manajer Pembelian (IMP) Jasa ISM AS yang naik dari 51,5 pada Agustus menjadi 54,9 pada September, mengisyaratkan bahwa sektor jasa di AS terus tumbuh dan ekonomi masih dalam kondisi baik.

Hal ini akan mempersulit The Fed untuk terus menurunkan suku bunga secara agresif, yang berarti tekanan pada emas bisa bertahan dalam jangka pendek.

Mungkin Anda Menyukai