KABINET menggemuk, Tetapi keseimbangan gender di kabinet Indonesia, turun. Presiden Prabowo Subianto telah melantik para menteri dan wakil menteri di Kabinet Merah Putih, Senin (21/10) di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sesuai dengan nama-nama yang telah diumkan pada sehari sebelumnya, Kabinet Prabowo – Gibran itu menggemuk dengan adanya 14 kementerian baru, termasuk 4 kementerian koordinator baru, sehingga total menjadi 48 kementerian. Dari jumlah tersebut Terdapat 5 menteri Perempuan, mereka adalah:
1. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan
2. Meutya Viada Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital
3. Rini Widyantini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
4. Widiyanti Putri, Menteri Pariwisata
5. Arifatul Choiri Fauzi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Itu berarti terjadi penurunan keterwakilan Perempuan dalam kabinet. Di era pemerintahan Presiden Jokowi, sempat terdapat 9 Perempuan menjadi menteri sehingga menjadi jumlah partisipasi Perempuan terbesar.
Dengan hanya 5 menteri Perempuan, Indonesia semakin ketinggalan dari negara-negara lain di dunia dalam mengupayakan keseimbangan gender dalam kabinet.
Berdasarkan data UN Women 2019, sudah banyak negara yang jumlah Perempuan bahkan dominan di kabinet. Spanyol menjadi negara teratas jumlah Perempuan dalam kabinet, yakni mencapai 64,7%. Nicaragua (55,6%), Swedia (54,4%), Albania (53,3%), Kolombia (52,9%), Costa Rica (51,9%), dan Rwanda (51,9%) juga Mempunyai menteri Perempuan lebih banyak di kabinetnya. Sementara Kanada dan Prancis Mempunyai persentase yang imbang antara menteri lelaki dan menteri Perempuan.
Sedangkan, Indonesia dengan 5 menteri Perempuan berarti hanya Sekeliling 10,41% partisipasi Perempuan di pucuk-pucuk kementerian. Memang Lagi Terdapat Tengah 9 Perempuan menjadi wakil menteri, Tetapi jumlah pria yang menjadi wakil menteri di Kabinet Merah – Putih lebih banyak Tengah.
UN Women menyebut keterwakilan dan partisipasi Perempuan sangat Krusial dalam kepemimpinan maupun dalam kehidupan masyarakat secara Lumrah. Partisipasi itu Krusial Kepada mencapai berbagai tyjuan terkait kesejahteraan hidup. Salah satu tujuan yang Konkret yang juga membutuhkan partisipasi Perempuan adalah Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030.
Dengan partisipasi Perempuan maka kebijakan yang dilahirkan akan Mempunyai spektrum yang lebih luas dan lengkap. Perempuan Kagak hanya Mempunyai pandangan yang mewakili gendernya saja melainkan peran yang besar, termasuk bagi keluarga dan masyarakat luas. (M-1)