Personil Golongan pejuang Hamas. Foto: Anadolu
Yerusalem: Hamas dan Israel pada Rabu 25 Desember 2024 saling menyalahkan terkait kegagalan mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza meskipun dalam beberapa hari terakhir kedua pihak mengaku adanya kemajuan dalam negosiasi.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas melanggar kesepahaman yang telah dicapai.
Hamas menegaskan bahwa Israel menetapkan syarat baru terkait penarikan Laskar, penghentian pertempuran, pertukaran tahanan, serta pemulangan Kaum yang mengungsi.
“Pendudukan (Israel) telah menetapkan syarat baru yang berkaitan dengan penarikan, gencatan senjata, tahanan, dan kembalinya pengungsi, yang menunda tercapainya kesepakatan,” kata Hamas, seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis 26 Desember 2024.
Golongan tersebut juga menyatakan pihaknya telah menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.
Tetapi, Netanyahu membantah dan menuding Hamas berbohong.
“Organisasi teroris Hamas Lanjut berbohong, melanggar kesepahaman yang telah dicapai, dan Lanjut mempersulit negosiasi,” ujar Netanyahu.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa Israel akan Lanjut berupaya tanpa henti Buat memulangkan sandera.
Pada Selasa malam, delegasi Israel kembali dari Qatar Buat berkonsultasi terkait kesepakatan sandera setelah sepekan perundingan intensif, menurut kantor Netanyahu.
Amerika Perkumpulan Berbarengan Perantara dari Qatar dan Mesir telah meningkatkan upaya mereka Buat menyelesaikan perjanjian dalam dua minggu terakhir.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, Ketika berbicara dengan komandan militer di Gaza selatan, menyatakan bahwa Israel akan tetap mempertahankan kendali keamanan atas Gaza, termasuk melalui Area penyangga dan pos kontrol.
Hamas menuntut diakhirinya perang secara total, sementara Israel menegaskan Ingin mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza sebelum gencatan senjata dilakukan Buat memastikan ancaman terhadap Kaum Israel Kagak terulang.
Tekanan militer Israel Lanjut berlanjut
Di tengah perundingan yang berlangsung, Israel tetap melanjutkan operasi militernya di Gaza utara, termasuk di Sekeliling tiga rumah sakit di Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Jabalia. Operasi ini menjadi salah satu kampanye paling intens selama 14 bulan terakhir perang.
Kaum Palestina menuduh Israel berupaya mengosongkan Gaza utara secara permanen Buat menciptakan Area penyangga. Tetapi, Israel membantah dan mengatakan bahwa mereka telah menginstruksikan Kaum sipil Buat meninggalkan area tersebut demi keselamatan mereka, karena pertempuran dengan Radikal Hamas Tetap berlangsung.
Serangan udara Israel pada Rabu menewaskan sedikitnya 24 orang di seluruh Gaza, menurut pejabat kesehatan setempat. Salah satu serangan menghantam bekas sekolah yang dijadikan tempat pengungsian di Sheikh Radwan, pinggiran Kota Gaza.
Militer Israel mengonfirmasi telah menargetkan seorang Radikal Hamas yang beroperasi di Kawasan Al-Furqan, Kota Gaza.
Sementara itu, beberapa Kaum Palestina dilaporkan tewas dan terluka di Al-Mawasi, Area kemanusiaan yang ditetapkan Israel di Gaza selatan, dalam serangan yang menurut Israel menargetkan Personil Hamas lainnya.
Perang ini dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan membawa 251 orang sebagai sandera ke Gaza, menurut catatan Israel.
Sejak itu, kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.300 Kaum Palestina, dengan sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi dan infrastruktur di Kawasan tersebut mengalami kehancuran parah. (Muhammad Reyhansyah)