Hak atas Udara Rapi

DARI hari ke hari, mutu udara di Jakarta kian memprihatinkan. Berdasarkan data laman IQAir, kemarin, indeks kualitas udara di Ibu Kota tercatat di Nomor 171. Mutu udara Jakarta itu termasuk terburuk di dunia.

Ini didominasi dengan polutan utamanya yakni PM 2.5 dengan level konsentrasi 91µg/m³. Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta Demi ini 18,2 kali lebih besar daripada nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Nomor tersebut hanya lebih Berkualitas dari Kota Kampala, Uganda, yang Mempunyai indeks 187, atau kota yang Mempunyai mutu udara terburuk di dunia. Itu artinya udara Jakarta sudah sangat Enggak sehat.

Sangat buruknya polusi udara di Jakarta berharga mahal. Beban ongkos medis yang harus dibayar oleh masyarakat Jakarta akibat polusi udara pada tahun ini, menurut Intervensi Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), diperkirakan Bisa lebih dari Rp60 triliun.

Cek Artikel:  Genosida Palestina

Buat pemerintah pusat, kerugian ini Bisa lebih besar Kembali Karena kualitas udara di Jakarta diperkirakan makin Enggak baik. Itu baru Jakarta.

Belum Kembali daerah-daerah penyangga seperti Depok, Tangerang, dan Bogor, serta kota-kota di Indonesia lainnya yang Lanjut menunjukkan situasi serupa.

Meski udara Lanjut memburuk, pemerintah belum menemukan solusi jitu Kepada menanganinya. Bahkan menemukan penyebabnya pun belum. Berkualitas instansi pusat maupun daerah belum seragam tentang penyebabnya.

Apabila Menonton data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), penyumbang Primer pencemaran udara di Indonesia ialah sektor transportasi dengan Bagian 44%, disusul sektor industri 31%.

Dugaan sektor transportasi memberikan andil yang cukup besar terhadap kualitas udara Jakarta juga terkonfirmasi dari pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) sektor transportasi di Ibu Kota yang tumbuh paling tinggi mencapai 18,1% pada kuartal II 2023.

Cek Artikel:  Sudahi Cekcok Deindustrialisasi

Sektor transportasi sebagai biang kerok polusi udara Ibu Kota tentu makin mengkhawatirkan mengingat tingginya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor berbasis fosil di Jakarta.

Dalam lima tahun terakhir, populasi mobil penumpang di Jakarta meningkat hingga 15,5% menjadi 4,13 juta kendaraan. Adapun populasi sepeda motor meningkat hingga 27,8% menjadi 19,22 juta kendaraan.

Artinya, dengan rata-rata konsumsi BBM di Jakarta Kepada motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari, total konsumsi BBM di Jakarta Bisa mencapai 17,8 juta liter per hari Kepada seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari Kepada seluruh populasi mobil.

Enggak Terdapat Langkah lain yang dapat dilakukan pemerintah Kepada mengatasi makin parahnya polusi udara Jakarta. Pemerintah harus bertindak Konkret dengan menertibkan pabrik atau industri pencemar udara, menghentikan penjualan bahan bakar bertimbel (premium 88, pertalite 90, solar 48, dan dexlite), membatasi penggunaan kendaraan pribadi, dan mendorong masyarakat menggunakan transportasi Standar.

Cek Artikel:  Komunikasi Minim Empati

Pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menyikapi kedaruratan pencemaran udara ini dengan tindakan Konkret. Jangan saling menyalahkan demi ego sektoral. Payung hukum Kepada menciptakan lingkungan dan udara yang Rapi sudah Terdapat. Tinggal tiap-tiap pihak bekerja sungguh-sungguh Kepada mengatasi masalah yang Bisa menciptakan krisis kesehatan masyarakat ini. Masyarakat pun harus berani menggugat pemerintah. Masyarakat berhak atas udara yang Rapi.

Mungkin Anda Menyukai