INDONESIA sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, bergantung pada petani kecil untuk 41% produksinya, yang secara signifikan berkontribusi terhadap pangsa pasar global negara ini sebesar 59%.
Dengan berkembangnya peraturan dan standar yang ditujukan untuk mengatasi perubahan iklim dan pembukaan hutan, meningkatnya keadaan mendesak bagi perusahaan dan pemerintah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang perlu diambil sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan ini.
PT Rea Kaltim Plantations (Rea) dan mitra perusahaannya menyadari bahwa petani mandiri menghadapi tantangan yang cukup besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari merekasembari berusaha untuk meningkatkan hasil panen dan juga mematuhi peraturan yang semakin ketat.
Akibatnya, petani mandiri dapat dibayangkan semakin terpinggirkan dari rantai pasok minyak kelapa sawit dikarenakan kurangnya kapasitas dan sumber daya untuk mematuhi peraturan yang akan datang, sehingga mengakibatkan produktivitas dan keuntungan mereka semakin menurun.
Menanggapi masalah ini, Rea dan mitranya meluncurkan program baru yaitu Shines (Small Holder Inclusion for Ethical Sourcing), yang akan dilaksanakan di tahun 2025 hingga 2027.
Program Shines bertujuan untuk mendorong perubahan dalam industri minyak kelapa sawit dengan merangkul tanggung jawab bersama dan mendorong inklusivitas di seluruh rantai nilai.
Melalui kolaborasi antara Rea dan mitra perusahaannya, Shines berkomitmen untuk memberdayakan petani mandiri dengan mengadopsi pendekatan inklusif untuk mencapai kepatuhan terhadap peraturan dan memenuhi persyaratan pasar seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Program ini akan mencakup pelatihan teknis, transfer pengetahuan, dan peningkatan kapasitas dan keterampilan untuk meningkatkan praktik perkebunan yang baik dan pengelolaan terbaik yang berkelanjutan sesuai dengan peraturan dan standar terkait.
“Bagi petani swadaya, kepatuhan terhadap peraturan dapat dilihat sebagai tantanganyang sangat berat. Shines mengatasi hal ini dengan membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan yang terus berkembang, seperti EUDR RSPO dengan bangga mendukung inisiatif seperti Shines yang mengemban tanggung jawab bersama dalam mencapai visi produksi minyak sawit berkelanjutan, sekaligus menjaga penghidupan petani mandiri serta meningkatkan peran mereka dalam rantaipasok,” kata CEO RSPO Joseph D’Cruz.
Program ini menargetkan untuk melibatkan pemangku kepentingan terkait di sepanjang rantai pasok Rea, mulai dari petani mandiri dan pengolah TBS (oleh Rea) hingga perusahaan penyulingan dan perusahaan yang memproduksi barang kebutuhan sehari-hari (FMCG), untuk memastikan bahwa setidaknya 600 petani mandiri di sekitar perkebunan Rea di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memenuhi kepatuhan EUDR dan sertifikasi RSPO, secara bertahap hingga tahun 2027.
Program Shines lebih dari sekedar memenuhi kepatuhanr egulasi dengan mengambil pendekatan holistik. Program ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan hutan di sekitarnya, melindungi ekosistem alami, dan meningkatkan konektivitas keanekaragaman hayati di bentang alam.
Hal ini dapat dicapai dengan mempromosikan praktik perkebunan berkelanjutan. Upaya bersama Rea dan mitra perusahaannya juga akan bekerja untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat melalui premi yang mereka terima dari hasil penjualan tandan buah kelapa sawit.
“Keterlibatan petani mandiri adalah kunci pembangunan berkelanjutan. Shines membawa contoh bisnis yang kuatyang dapat menyatukan para pemangku kepentingan untuk mendorong perubahan positif di seluruh rantai nilai,” kata Direktur Esensial Rea Urusan Keberlanjutan, Bremen.
Shines memiliki empat fokus area utama, yakni memastikan kepatuhan EUDR dan sertifikasi RSPO untuk 600 petani swadaya, berkolaborasi dengan masyarakat-petani kecil untuk melindungi hutan sekitar 10.000 hektare di luar konsesi Rea, dan melaksanakan program mata pencaharian alternatif bagi masyarakat di enam desa sasaran. (J-3)