Hadapi Ancaman, Indonesia-AS Sepakati Kerja Sama Keamanan Siber

Penandatanganan nota kesepahaman Kedubes AS-BSSN. Foto: Kedubes AS

Jakarta: Duta Besar Amerika Perkumpulan Kepada Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir dan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian pada 4 Desember menandatangani nota kesepahaman bilateral baru Kepada memperkuat kerja sama di bidang siber.

Amerika Perkumpulan telah menyediakan Donasi keamanan siber Sekeliling USD4 juta  atau Sekeliling Rp63,4 miliar kepada Indonesia sejak 2022 dan telah bekerja sama erat dengan BSSN selama dua tahun terakhir ini Kepada memperkuat kemitraan bilateral melalui pelatihan keamanan siber yang difokuskan pada penanggulangan ancaman Berbarengan, pengembangan kemitraan dengan industri AS, dan pengembangan proyek keamanan siber.

“Amerika Perkumpulan berkomitmen penuh Kepada berkolaborasi di bidang keamanan siber, karena kita menghadapi ancaman dan tantangan Berbarengan yang hanya dapat diatasi dengan bekerja sama,” kata Duta Besar Kamala, seperti dikutip dari keterangan tertulis Kedutaan Besar AS di Jakarta, Kamis 5 Desember 2024.

Cek Artikel:  Amerika Perkumpulan Selidiki Dugaan Pelanggaran HAM Israel ke Tahanan Palestina, Terdapat Penyiksaan hingga Pemerkosaan

“Dengan penandatanganan nota kesepahaman ini, kami siap Kepada melaksanakan program pelatihan Primer, termasuk pelatihan pusat data, dan kami telah merencanakan kegiatan-kegiatan Kepada tahun mendatang,” imbuh Dubes Kamala.

Ancaman siber di Indonesia Maju berkembang seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital di berbagai sektor. Ancaman ini mencakup berbagai jenis serangan yang dapat berdampak besar pada individu, organisasi, dan pemerintah. Berikut adalah gambaran mengenai ancaman siber terkini di Indonesia:

Serangan Ransomware

Ransomware menjadi salah satu ancaman Primer. Penyerang mengenkripsi data Punya korban dan meminta tebusan Kepada mengembalikannya. Sektor-sektor yang paling rentan termasuk layanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan. Kasus serangan ransomware meningkat karena banyak organisasi belum Mempunyai sistem keamanan yang memadai.

Cek Artikel:  Putin: Vietnam Kawan Kami yang Dapat Diandalkan

Phishing dan Social Engineering

Phishing Lagi menjadi metode Terkenal Kepada mencuri informasi sensitif seperti kata sandi dan data kartu kredit. Penyerang sering memanfaatkan e-mail, SMS, atau pesan media sosial Kepada menyamar sebagai pihak terpercaya. Di Indonesia, serangan ini sering terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan praktik keamanan digital.

Penipuan Digital (Online Fraud)

Penipuan online seperti scam investasi Palsu, jual beli barang fiktif, hingga aplikasi pinjaman ilegal semakin marak. Dengan meningkatnya adopsi layanan fintech di Indonesia, ancaman ini menjadi lebih serius.

Pencurian Data (Data Breaches)

Insiden kebocoran data sering terjadi di Indonesia, Bagus yang melibatkan perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah. Data pribadi pengguna, seperti nomor KTP, alamat, hingga informasi finansial, sering menjadi Sasaran dan diperjualbelikan di pasar gelap (dark web).

Cek Artikel:  Profil Elaine Low, Dapat Hibah Absaham 100 Triliun dari Sang Orang tua

Serangan pada Infrastruktur Kritis

Infrastruktur Krusial seperti transportasi, Daya, dan telekomunikasi menjadi Sasaran serangan siber yang dapat mengganggu layanan publik. Serangan semacam ini dapat memanfaatkan sistem yang belum diperbarui atau celah keamanan yang Eksis.

Disinformasi dan Propaganda Digital

Ancaman ini mencakup penyebaran Informasi Palsu (hoaks) dan manipulasi informasi di media sosial, yang dapat menciptakan ketidakstabilan sosial atau politik. Disinformasi sering digunakan oleh aktor negara dan non-negara Kepada mempengaruhi opini publik.

Mungkin Anda Menyukai