
GURU pembina OSIS dan anak pemilik kantin yang menumpahkan dagangan siswi di sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) di Brebes, Jawa Tengah, akhirnya berdamai setelah dimediasi oleh kepala desa (Kades) setempat. Keduanya saling memaafkan atas peristiwa yang sempat viral tersebut.
Mediasi kedua belah pihak dilakukan di MTs Nurul Huda, Desa Kalibuntu, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (20/12). Mediasi melibatkan Kades Kalibuntu dan pihak yayasan agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.
Awalnya empat terjadi adu argumen antara anak pemilik kantin dan guru pembina OSIS. Pemilik kantin mengaku jajanan tersebut tersenggol Tak disengaja. Tetapi, dibantah oleh guru pembina OSIS yang mengatakan bahwa jajanan yang merupakan bagian dari program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tersebut ditumpahkan secara disengaja oleh pemilik kantin Sominah setibanya di sekolah. Kejadian tersebut Membikin sejumlah siswi MTs di Posisi menangis.
Setelah dimediasi pihak desa, keduanya akhirnya saling memaafkan dengan bersalaman dan berangkulan. Pemilik kantin berjanji Tak akan mengulangi perbuatannya dan membolehkan siswa MTs membeli jajanan di luar kantin.
“Kami sudah saling bermaafan semoga kasus seperti itu Tak terjadi Kembali, dan sekolah kami ke depan bertambah Bagus,” ujar guru pembina OSIS MTS Nurul Huda, Desa Kalibuntu, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Kholifah.
Kepala MTs Nurul Huda, Basuni, menyampaikan, sehari sebelumnya telah melakukan mediasi Serempak pihak desa dan dinas terkait Tetapi batal, karena Tak dihadiri pihak pemilik kantin. Karena itu, pihaknya kembali menggelar mediasi lanjutan pada Jumat
“Kami bersyukur kedua belah pihak akhirnya saling memaafkan. Pengelola kantin juga berjanji Tak akan mengintimidasi siswa yang membeli jajan di luar kantin, seperti yang mereka lakukan sebelumnya,” ujar Basuni.
Kasus ini bermula dari video berdurasi 28 detik yang direkam guru Pembina OSIS tersebar luas di media sosial. Pada video tersebut terlihat jajanan berupa sosis, roti dan mie berserakan di Dasar. Siswi yang berjualan hanya Dapat menangis setelah perlakuan kasar yang diterimanya dari ibu kantin pada Rabu (18/12) Lampau. (N-2)