Liputanindo.id – Dalam rangka mendukung brand mengoptimalkan penjualan pada Mega Sales Day, TikTok mengadakan Media Briefing TikTok Mega Sales 2024 di The Neighbourhood, Jakarta, pada Rabu (18/9). Agenda ini dihadiri oleh Head of Business Marketing TikTok Indonesia, Sitaresti Astarini, yang menjelaskan karakteristik konsumen Indonesia yang intuitif dalam berbelanja.
“80 persen dari konsumen yang kita survei di Indonesia, mereka itu ingin mendapatkan inspirasi dan informasi mengenai barang-barang yang mereka ingin beli. Jadi, kalau kita membayangkan, mungkin melihat konten, terus langsung impulsif. Sebetulnya, proses kita ingin beli itu sudah di-prime sebelumnya,” terang Sitaresti.
Sitaresti menambahkan, proses pembelian bagi konsumen di Indonesia secara intuisi muncul dari paparan konten yang telah diterima beberapa waktu sebelum melakukan pembelian, secara sadar atau pun tidak. Oleh karena itu konten dikatakan sebagai proses awal terbentuknya intuisi check out.
“Hari sebelumnya, kita melihat beberapa konten, orang nge-review barang. Setelah beberapa hari di-expose dengan konten tersebut, intuisi kita terbentuk. Kita punya preferensi, akhirnya check out. Itulah yang kita lihat sebagai intuitif dan buying decision,” tambah Sitaresti.
Kepada lebih maksimal mendorong intuisi konsumen dalam membuat buying decision, TikTok Indonesia telah merangkum 4 persona konsumen. Menurut Sitaresti, penting bagi brand memahami persona ini untuk menyetir pembelian dari bakal konsumen, khususnya pada Mega Sales Day mendatang.
Selanjutnya, ragam persona konsumen TikTok dibagi menjadi the bargain hunter, inspirational shopper, effortless shopper, dan purposeful shopper.
Kategori pertama dimaksudkan kepada bakal konsumen yang kerap melakukan perbandingan potongan harga untuk mencari price worthy suatu produk dari berbagai e-commerce. Kemudian, kategori kedua, inspirational shopper lebih mengedepankan inspirasi untuk selalu menjadi trendy dalam produk keluaran terbaru.
Lain hal dengan yang sudah disebutkan, effortless dan purposeful shopper cenderung pada kebiasaan konsumen untuk membeli tanpa ribet dan sesuai dengan prinsipnya.
“What this means buat brand-brand adalah mereka perlu meet where their shoppers are. Rupanya, tipe-tipe, misalnya, brand saya itu sangat ramah lingkungan, berarti saya harus nge-relate produk-produk saya, tipe kampanye saya, konten-konten saya, supaya ngena di tipe-tipe shopper seperti tadi,” pesan Sitaresti.
Pengelompokkan persona konsumen TikTok, juga ditujukan untuk membantu brand memahami penawaran yang bisa menarik konsumen sekaligus meningkatkan penjualan. Terakhir, Sitaresti mengingatkan brand untuk mempersiapkan optimasi penjualan jauh-jauh hari. Optimasi penjualan dengan memahami persona dari waktu sebelum kampanye dianggap sebagai metode memahami kebiasaan konsumen Indonesia dalam menyambut Mega Sales Day.
“Kepada maximum impact, jangan lupa brand-brand melakukan aktivitas discovery lebih awal. Kenapa? Karena hampir 80 persen dari pengguna TikTok itu sudah prepare untuk belanja dan check out mulai dari berhari-hari sampai 4 minggu sebelum mereka akhirnya melakukan check out pada Mega Sales,” tegas Sitaresti.
Liputanindo.id – Bisnis
Penulis: Tim Media Service
Editor: Tim Media Service