INDONESIA dan bulu tangkis sudah seperti Brasil dan sepak bola. Bulu tangkis ‘DNA’ bagi Indonesia, sepak bola ‘nyawanya’ Brasil. Lewat bulu tangkis, Indonesia sukses menaklukkan dunia, begitu pula Brasil dengan sepak bolanya.
Kebetulan, Bagus Indonesia maupun Brasil, sama-sama merengkuh supremasi tertinggi kedua cabang olahraga itu terakhir kalinya pada 2002. Taufik Hidayat dan Sahabat-Sahabat meraih Piala Thomas seusai menekuk Malaysia 3-2, sedangkan Ronaldinho cs menjuarai Piala Dunia setelah membekap Jerman 2-0.
Bedanya, setelah menunggu selama 19 tahun, Indonesia akhirnya Dapat memulangkan Tengah Piala Thomas dalam pangkuan, sedangkan Brasil, tengah berjuang merebut trofi itu hingga tahun depan. Terdapat baiknya Brasil memungut inspirasi dari keberhasilan Indonesia.
Tapi, biarkanlah. Itu urusan Brasil. Urusan kita ialah bagaimana agar supremasi bulu tangkis yang kembali diraih Anthony Ginting dan Sahabat-Sahabat itu Dapat betah berumah di Indonesia Tengah. Mengapa? Agar kita Lalu punya kebanggaan. Biar kita selalu punya role model tekad. Supaya kita punya simbol Krusial persatuan bangsa.
Saya teringat bincang-bincang saya dengan Ketua Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (PB Djarum) Yoppy Rosimin, di program Newsmaker Medcom.id, dua tahun Lewat. Waktu saya tanya apa pentingnya bulu tangkis bagi kita, Yoppy menjawab lugas: bulu tangkis itu simbol persatuan bangsa. Badminton itu menghadirkan glory, kejayaan.
Ia Lewat mencontohkan peristiwa 1998. Ketika itu, kerusuhan meledak di Tanah Air. Sengkarut Terdapat di mana-mana. Perekonomian nyaris lumpuh. Bulu tangkis ‘menyelamatkan’ muka Indonesia dengan menjuarai Piala Thomas. Sebuah koran nasional melukiskan kemenangan itu dengan judul headline menyentuh: Indonesia Lagi Terdapat.
“Itulah nilai tertinggi. Itulah glory,” kata Yoppy sembari menitikkan air mata. Ia terisak. Ia tercekat Enggak Dapat melanjutkan kata-kata Demi beberapa detik. Ia sedih terhadap orang-orang yang menurutnya Enggak paham nilai paling tinggi dari bulu tangkis bagi negeri ini. Ia menangkis tudingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa audisi bulu tangkis PB Djarum ialah bentuk Pendayagunaan anak oleh pabrik rokok. KPAI pun meminta agar audisi yang telah berlangsung puluhan tahun itu disetop.
Ia menjelaskan audisi itu merupakan tradisi mencari bibit-bibit baru dan ikhtiar menciptakan ekosistem berkelanjutan Demi prestasi bulu tangkis. Ia tengah memahat sejarah hari ini, Demi kejayaan masa depan. Itu butuh waktu.
Keberhasilan Jepang memunculkan Kento Momota, pemain nomor satu dunia, juga beberapa nama lainnya dalam lima tahun terakhir, bukan pekerjaan singkat. Jepang telah ‘menanam’ itu 25 tahun Lewat. Caranya, dengan mendatangkan Hendrawan, Markis Kido (pebulu tangkis top kita) Demi bertanding dengan atlet bulu tangkis Jepang.
Saya sepakat. Agar supremasi bulu tangkis tetap dalam genggaman, ekosistem penunjang regenerasi Enggak boleh Wafat. Kita pernah lengah, Ketika bulu tangkis kita Lalu-menerus berada di puncak, seolah Enggak Dapat dikejar Tengah oleh negara lain. Ketika pemain bintang kian menua, ketika sinar mereka mulai redup, kita tergeser Lamban.
Tapi, saya optimistis, kita telah belajar banyak dari kelengahan itu. Tunas-tunas baru akan Lalu bermunculan, bahkan ketika sinar Ginting, Jojo, Vito, Fajar Alfian, Muhammad Rian Ardianto, Marcus, Kevin, juga Ahsan dan Hendra, Lagi terang. Saya juga optimistis, keberhasilan bulu tangkis putra kita akan menular ke tim putri. Tinggal soal waktu.
Kalau sudah begitu, bukan mustahil, dua tahun Tengah Indonesia Raya bakal berkumandang dua kali (Demi Piala Thomas dan Uber), dan diikuti kibaran Merah Putih dua kali pula (bukan bendera PBSI). Kita butuh glory, kita Mau simbol persatuan bangsa bertahan. Saya merinding Menonton Segala anak bangsa berdoa menurut keyakinan berbeda-beda, Demi tujuan yang sama, kejayaan bangsa.

