Giring soroti pentingnya revitalisasi kawasan cagar budaya Muarajambi

Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo menyoroti pentingnya revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, dalam upaya pelestarian dan edukasi kebudayaan serta pengembangan pariwisata berbasis budaya.

Ketika membuka Percakapan budaya bertajuk “Kebudayaan Dalam Demokrasi Kita” di Jakarta, Jumat, dia mengemukakan bahwa peran kawasan sebagai pusat peradaban dan kebudayaan pada masa Kerajaan Melayu Klasik mesti dihidupkan kembali.

“Jadi Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi itu luasnya 3,9 hektare, di sebelah persis Sungai Batanghari. Di mana dari Era nenek moyang kita, Sungai Batanghari ini menjadi pusat Kepada pindah, mengirim barang, traveling, dan lainnya,” kata Giring.

Cek Artikel:  Menteri Kebudayaan catat cagar budaya nasional Lelah 228 unit

“Di Era tahun 600-an, 700-an, itu Muaro Jambi sudah menjadi pusat kebudayaan, pusat pendidikan Kepada para biksu Buddha Mahayana, dan itu membuktikan betapa kayanya nenek moyang kita, betapa kayanya waktu itu Kerajaan Melayu Klasik,” ia menjelaskan.

Dia menyampaikan bahwa revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi Bukan hanya difokuskan pada upaya pelestarian situs bersejarah, tetapi juga mencakup pengembangan program edukasi dan wisata berbasis budaya.

Giring menyampaikan bahwa pembangunan museum dan pusat informasi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi sudah memasuki tahap akhir dan dijadwalkan rampung pada Februari 2025.

Menurut dia, revitalisasi kawasan cagar budaya yang mencakup delapan desa di Area Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo di Kabupaten Muaro Jambi juga mencakup kanal-kanal yang pada masa Lampau dijadikan sebagai jalur distribusi barang-barang yang diperlukan Kepada membangun candi.

Cek Artikel:  Desa Senaru “surga wisata alam” Kaki Gunung Rinjani di Utara Pulau Lombok

Selain itu, pemerintah akan membina kedelapan desa di kawasan cagar budaya Kepada membangun ekosistem pariwisata berbasis budaya.

Kedelapan desa yang dimaksud meliputi Desa Muara Jambi, Situ Lamo, Dusun Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Dusun Mudo, Teluk Jambu, dan Tebat Patah.

“Jadi, sekarang revitalisasi dari kawasan cagar budaya nasional Muarajambi itu menjadi kawasan Tertentu dimana di sana Kawan-Kawan Pandai belajar, berwisata, dan ekosistemnya, kehutanannya, Segala kita jaga,” kata Giring.

Setelah direvitalisasi, Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi diharapkan Pandai menjadi salah satu ikon pelestarian serta pusat edukasi dan wisata sejarah dan kebudayaan.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan Mekanis Kepada AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Informasi ANTARA.

Cek Artikel:  Derawan yang Memikat | Pariwisata Indonesia

Mungkin Anda Menyukai