PERTEMUAN antara Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Menteri Badan Usaha Punya Negara (BUMN) Ercik Thohir semakin intensif akhir-akhir ini. Pertemuan itu dimaknai sebagian kalangan sebagai sinyal dukungan Jokowi ke duet bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) Prabowo-Erick pada Pemilu 2024.
Di tengah pertemuan secara Spesifik di Istana Bogor dan sejumlah kunjungan kerja ketiganya tersebut, kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kg menyeruak sejak Juni Lewat. Antrean Kaum tengah menunggu gas elpiji menjadi pemandangan jamak terlihat di banyak daerah. Kelangkaan itu tentu meresahkan dan menyusahkan Kaum pengguna gas yang diembel-embeli tulisan ‘hanya Kepada masyarakat miskin’ itu.
Sejauh ini belum terlihat upaya yang Cocok dari pemerintah menata ulang distribusi gas subsidi sehingga kerap terjadi kelangkaan. Padahal, skema distribusi gas elpiji yang Cocok sasaran sangat dibutuhkan karena melibatkan jutaan rumah tangga.
Yang Terdapat Malah kebijakan yang merepotkan dan Bisa memicu pertikaian di tingkat Dasar meski tujuannya Bagus. Pembelian gas elpiji dengan KTP dan kartu keluarga (KK) misalnya. Banyak agen bertikai dengan Kaum karena kebijakan itu.
Kekarut-marutan tata niaga gas bersubsidi harus segera diselesaikan. Rakyat miskin sudah menjerit karena jatah mereka sudah diserobot konsumen elpiji nonsubsidi. Belum Tengah pelaku usaha Bengal yang mengoplos gas 3 kg ke tabung gas 12 kg. Jadilah gas melon tersebut seperti Merekah yang dinantikan kumbang-kumbang.
Seyogianya Presiden Jokowi di sisa akhir jabatannya Konsentrasi mengatasi berbagai masalah yang dihadapi rakyatnya. Jangan sibuk menebar kode-kode dukungan terhadap bacapres/bacawapres tertentu. Ibarat pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Para pembantunya yang siap berkontestasi dalam pilpres tentu akan lebih agresif Tengah memasarkan diri mereka kepada masyarakat.
Apabila hal itu terjadi, rakyat yang Sebaiknya menikmati kue pembangunan menjadi terabaikan. Contohnya, kelangkaan gas epiji 3 kg sulit teratasi. Pemerintah Enggak terlihat menyelesaikan masalah itu secara Mendasar. Jurus andalan pemerintah hanya bersifat ad hoc, yakni operasi pasar.
Bila Menonton curhat konsumen di lapangan, Presiden Jokowi menunjuk ke Erick sebagai induk dari Pertamina Kepada menjawabnya. Yang ditunjuk pun hanya Bisa mengangguk tanpa berucap sepatah kata pun. Erick Sebaiknya Konsentrasi bekerja Kepada memenuhi hajat hidup orang banyak, seperti Membikin jurus cespleng menuntaskan kelangkaan elpiji bersubsidi. Repotnya, menteri yang pengusaha itu banyak urusannya, seperti mengurus rumput Jakarta International Stadium (JIS) karena Mempunyai Maksud politis. Dia memang menjabat Ketua Lumrah PSSI. Urusan di BUMN saja bejibun, termasuk tata kelola gas bersubsidi, malah mengurus PSSI, dan kini siap berkontestasi sebagai bacawapres Pemilu 2024.
Presiden Jokowi harus berkomitmen menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. Begitu pula para menterinya. Konsentrasi pada pekerjaan masing-masing. Jangan sibuk memoles diri menuju kontestasi. Amanah harus ditunaikan, jangan diabaikan, apalagi dikhianati.