DI acara 2nd Roundtable Ganoderma Management telah disepakati untuk dilakukan gerakan terpadu dalam hal pengendalian Ganoderma terpadu di seluruh pelaku perkebunan kelapa sawit.
Gerakan yang bersifat sporadis tidak akan bisa mengatasi masalah nasional ini, karena di samping penularan melalui kontak akar di dalam tanah, jamur ganoderma juga menular dengan spora yang disebarkan melalui perantaraan air hujan, angin, kumbang ataupun binatang.
Sesuaiisasi gerakan pengendalian Ganoderma menghadapi hambatan yang besar karena jumlah petani sawit yang terlibat dari luasan 6,7 juta hektare dengan kepemilikan rata-rata 2-4 hektare per petani amat sangat banyak, dengan berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan, budaya dan kondisi ekonomi.
Baca juga : Biodiesel Sawit dan Ancaman Deforestasi
Di lain pihak jumlah penyuluh yang khusus menangani kelapa sawit amat sangat sedikit.
Safari Ganoderma 3 telah berhasil dilakukan di dua tempat yaitu di Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara dan di Indragiri Hilir, Riau, yang dimulai dari 27 hingga 31 Agustus 2024.
Tujuan dari kegiatan yang mendapatkan dukungan dari Badan Pengelola Biaya Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini di antaranya adalah meningkatkan kapasitas petani dalam mengenal, mengetahui cara penularan dan menanggulangi ganoderma, meningkatkan kewaspadaan bagi seluruh petani kelapa sawit dan pemangku kepentingan lainnya atas besarnya ancaman Ganoderma, dan ikut serta dalam membangun keberlanjutan industri kelapa sawit Indonesia.
Baca juga : Bahan Bakar B100 Diprediksi Pandai Geser Biodiesel
Pengenalan tanda dan gejala serangan dan pengendalian penyakit busuk pangkal batang dilakukan melalui presentasi dan praktik di lapangan.
Penunjukan video penyebaran spora yang terjadi secara masif dari tubuh buah Ganoderma membuat para peserta baik di Labuhan Batu Utara maupun di Indragiri Hilir merasa takjub dan meyakini bahwa ancaman serangan Ganoderma itu sangat amat nyata.
Teknologi pengendalian Ganoderma melalui pendekatan terpadu pada saat ini sudah ditemukan, di mana pada saat kegiatan disosialisasikan kepada para petani.
Ketiga komponen pengendalian terpadu tersebut terdiri dari peremajaan akar, aplikasi pupuk organik, dan bio fungisida yang di dalamnya mengandung isolat trichoderma terpilih yaitu DT38 dan DT39.
Baca juga : Banyak Adonan Tangan Bikin Peremajaan Sawit Rakyat Terkendala
Peremajaan akar dilakukan dengan cara memutus sistem perakaran dengan menggali tanah di tepi piringan selebar 20 cm dengan kedalaman 25 sampai dengan 30 cm.
Ke depan pembuatan parit peremajaan akar akan dibantu dengan peralatan mekanis dalam sistem robotik. Terkait bahan organik yang diaplikasikan, petani lebih memilih berupa produk yang sudah jadi di mana mereka tidak perlu untuk mencari-cari sendiri.
Berkualitas di Labuhan Batu Utara maupun di Indragiri Hlir, petani menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada MAKSI dan BPDPKS karena acara-acara seperti ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan mereka mengharapkan sosialisasi dapat dilakukan untuk praktik best agricultural practices yang lain.
Baca juga : Didukung Ribuan Petani Plasma, PT BGR Sukses Mitigasi Karhutla
“Dalam berperang melawan Ganoderma, setiap pelaku usaha sawit harus mengenali musuh kita bersama ini. Terima kasih atas dukungan dari BPDPKS untuk pelaksanaan acara ini,” kata Ketum Masyakat Perkelapasawitan Indonesia Darmono Taniwiryono.
Pada setiap pelaksanaan Safari Ganoderma, MAKSI melibatkan 2 sampai 3 pendamping lapang agar mereka dapat meneruskan kegiatan sosialisasi serupa di desa atau wilayah lain, khususnya di Riau.
MAKSI juga mengharapkan agar seluruh peserta kegiatan Safari Ganoderma dapat menyampaikan pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya kepada petani-petani kelapa sawit yang lain. (Z-1)