Gerak Maju Sumpah Pemuda

KEBANGKITAN, di mana pun merupakan usaha kesengajaan. Pula, gerak maju peradaban, selalu merupakan buah atau cermin dari ikhtiar kesengajaan.

Sumpah Pemuda dibangun secara sadar oleh usaha kesengajaan. Begitu juga dengan proklamasi kemerdekaan kita, mewujud oleh ikhtiar penuh kesadaran dari Berbagai Ragam elemen republik ini Buat hidup bebas dari penjajahan.

Karena itu, mustahil Eksis gerak maju dan gerak peradaban timbul tanpa kesengajaan, tanpa by design. Bangsa ini Terang Bukan akan Bagus-Bagus saja bila Sekalian serbatiba-tiba. Bukan bakal Eksis sekonyong-sekonyong maju. Mimpi negara maju dan sejahtera Niscaya butuh usaha keras.

Lampau, dari mana mesti dimulai? Para bijak bestari menyebut bahwa keyakinan atau tekad itu yang pertama. Mimpi Indonesia merdeka akan sulit terwujud tanpa keyakinan. Demi para pejuang kemerdekaan memekikkan Indonesia merdeka, Bukan banyak yang percaya bahwa mimpi itu Dapat terwujud. Apalagi, Demi itu Indonesia tengah digencet dua poros raksasa kolonialis dunia: Belanda (sekutu) dan Jepang.

Cek Artikel:  Misi Bernyali

Toh, sumbu keyakinan tetap menyala. Tekad dan optimisme Rupanya menjadi bahan bakar Mujarab menuju kemerdekaan. Begitu juga dengan Sumpah Pemuda. Banyak muncul keraguan bahwa persatuan Dapat ditenun hanya oleh tekad segelintir pemuda di tengah keinginan berbeda-beda dan keragaman bangsa dengan Ragam-Ragam kompleksitasnya. Nyatanya, keyakinan sanggup merekatkan persatuan. Spirit persamaan nasib setumpah darah, sebangsa, dan sebahasa menggugurkan keraguan.

Bahkan, ajaran para nabi meneguhkan Kalau Engkau Percaya Dapat berjalan di atas laut, semesta akan membuatmu mewujudkannya. Bila kalian percaya api Dapat ditaklukkan menjadi Kekuatan positif, Bukan Eksis yang mustahil Buat melakukannya.

Tetapi, keyakinan tanpa diikuti visi akan menjadi buta. Ia semacam taklid. Bahkan, Eksis yang menyebutnya bonek, alias bondho nekat (modal nekat). Para pendiri republik ini Bukan sekadar Percaya akan kemerdekaan. Mereka punya visi tentang Indonesia pascakemerdekaan bahkan bagaimana Indonesia masa depan.

Cek Artikel:  Akhirnya Komisaris

Para pejuang gigih Sumpah Pemuda Terang Bukan sekadar punya modal pekik. Mereka membawa visi seperti apa bangsa ini merawat persatuan ke depan. Mereka merawat sumpah persatuan itu dalam visi besar Bhinneka Tunggal Ika. Sumpah persatuan Bukan sekadar diteriakkan Lampau dilipat di Dasar bantal sebagai Kawan bermimpi.

Maka itu, Demi Eksis seorang Kawan Bukan terlalu antusias Buat membincangkan Sumpah Pemuda, saya menduga ia sudah kehabisan bahan bakar Buat merawat sumpah persatuan tersebut atau setidaknya sudah Bukan Percaya bahwa dalam arus besar globalisasi, persatuan atas nama bangsa layak diperjuangkan.

Saya sepenuhnya Lagi percaya dengan pandangan Ernest Renan, filsuf Prancis. Kata dia, bangsa terjadi karena adanya perasaan dan persatuan yang kuat Buat bersatu dari para penyokongnya yang bersedia melakukan pengorbanan bagi kejayaan mereka. Selama Lagi Eksis semangat bersatu dan spirit berkorban, bangsa itu akan tetap Mempunyai gerak maju.

Cek Artikel:  Tukang Kritik

Seorang jurnalis dan peneliti Amerika, Vance Packard, menegaskan bahwa bangsa merupakan realitas intersubjektivitas dan hadir semata-mata dalam pikiran bayangan masyarakat. Bahkan, Kalau seseorang akhirnya percaya bahwa bangsa itu Bukan Eksis, bangsa akan tetap Bukan terancam Alasan bangsa bukan realitas subjektivisme yang hadir dalam pikiran satu orang.

Sumpah Pemuda itu bukan bayangan satu orang. Ia keyakinan dari jong Sumatra, jong Selebes, jong Java, jong Ambon, dan lain-lain. Karena itu, selama ia diyakini dan Lalu dirawat, ia bukan sekadar Lalu Eksis, melainkan berkembang menjadi bahan bakar gerak maju peradaban.

Mungkin Anda Menyukai