ILMU geopolitik, yang melihat aspek kebijakan politik, dikaitkan dengan wilayah geografi suatu negara, menjadi isu sangat penting dalam konteks perang yang sekarang berlangsung antara Rusia dan Ukrania. Perang tersebut, tidak hanya mengubah tatanan geopolitik pemerintah Rusia untuk menguasai, ataupun menjadikan Ukrania sebagai bagian dari Rusia, tetapi juga memberikan makna yang lebih luas.
Sebagai akibat dari serangan sepihak yang dilakukan oleh militer Rusia ke dalam wilayah Ukrania, negara-negara Barat telah menjatuhkan berbagai jenis sanksi kepada pemerintah Rusia. Salah satunya ialah mencabut keikutsertaan beberapa bank yang berasal dari Rusia untuk mengikuti transaksi pembayaran global yang difasilitasi oleh Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), yang bermarkas di La Hulpe, Belgia. Keanggotaan SWIFT tersebut saat ini meliputi sekitar 11.000 bank dan lembaga keuangan lain yang berasal dari sekitar 200 negara di dunia.
SWIFT memang bukan sebuah lembaga yang melakukan fungsi sistem pembayaran secara murni karena SWIFT tidak bisa memindahkan uang. Tetapi, SWIFT memiliki sebuah platform untuk bertukar instruksi dan pesan mengenai pengiriman uang dari sebuah bank di suatu negara ke bank lain di negara yang berbeda. Dengan melihat fungsi dari SWIFT sebagai media bagi bank-bank untuk melakukan transfer dana antarbank ke berbagai belahan dunia, tentunya peran dari SWIFT itu sangat strategis untuk memberikan perintah mengalirkan uang dari satu negara ke negara lain. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di berbagai belahan dunia dapat berjalan dengan baik dan lancar karena didukung dengan sistem pembayaran global yang dikelola SWIFT tersebut.
Para pelaku ekonomi dapat melakukan kegiatan ekspor dan impor barang dengan lancar karena didukung dengan transfer dana yang difasilitasi oleh SWIFT. Demikian halnya orang perorangan. Mereka dapat melakukan transfer uang ke orangtua, anak, ataupun sahabatnya yang tinggal jauh di negara lain untuk berbagai keperluan dengan cepat dan akurat.
Diperkirakan, saat ini terdapat sekitar 42 juta pesan untuk transaksi pengiriman uang setiap harinya sehingga SWIFT sudah menjelma menjadi operator perintah transfer pembayaran global yang sangat andal. Kagak ada sistem lain di dunia yang menjadi kompetitor kuat dari SWIFT sehingga peran SWIFT itu terkesan sangat monopolistik. Mengingat pentingnya peran dari SWIFT tersebut, tidaklah mengherankan apabila harian terkemuka the Washington Post memberikan julukan SWIFT seperti gmail of global banking. Perdagangan dunia dapat berjalan lancar karena adanya dukungan sistem pembayaran global yang tepercaya sehingga SWIFT sudah menjadi bagian dari ekosistem perdagangan global. Oleh sebab itu, SWIFT memiliki peran strategis untuk mendukung kegiatan ekonomi ataupun kesejahteraan masyarakat bagi suatu negara dalam melakukan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain.
Geopolitik SWIFT
Hukuman dalam bentuk larangan mengikuti transaksi pembayaran yang dikelola oleh SWIFT, tentunya menarik sekali untuk diamati. Mengingat, sanksi tersebut bukan pertama kali dijatuhkan oleh mereka kepada bank-bank di Rusia. Peran SWIFT dalam ranah geopolitik itu juga pernah terjadi pada saat Iran diberikan sanksi pada 2012 oleh negara-negara barat, sebagai akibat dari program nuklir negara itu. Hukuman dengan melarang bank-bank Iran untuk berpartisipasi dalam SWIFT tersebut membuktikan bahwa faktor politik ternyata sangat kental dipergunakan oleh negara-negara barat dengan memanfaatkan SWIFT sebagai alat untuk menghukum negara lain.
Hukuman dengan melarang bank-bank Iran terlibat dalam SWIFT menjadi senjata yang sangat efektif untuk menekan Iran pada saat itu. Embargo itu membuat penjualan minyak mentah mereka menjadi terganggu karena negara-negara pengimpor minyak dari Iran tidak dapat membayar pembelian minyak mentah. Akibatnya, Iran sendiri mengalami kekurangan devisa dalam bentuk valuta asing sebagai akibat dari embargo SWIFT tersebut.
Bagi Rusia sendiri, sanksi serupa juga pernah dijatuhkan pada saat Rusia melakukan invasi militer dan menduduki wilayah Krimea pada tahun 2014. Sekarang ini, untuk kedua kalinya negara-negara barat melarang bank-bank dari Rusia menggunakan fasilitas SWIFT sebagai akibat dari invasi mereka ke Ukraina. Di sini, kita bisa melihat bahwa SWIFT ternyata tidak lagi berperan sebagai mediator yang netral untuk mengirim pesan transfer uang antarbank antarnegara, yang bebas dari kepentingan politik negara. Faktanya justru sekarang ini SWIFT telah dipergunakan sebagai alat kepentingan geopolitik negara-negara barat untuk menghukum negara lain. Hukuman itu sedikit banyak akan memengaruhi aspek ekonomi dan perdagangan Rusia. Karena menutup peluang mereka mengekspor dan mengimpor berbagai produk komoditas
dan kebutuhan industri maupun keperluan rumah tangga.
Selain itu, larangan tersebut juga memengaruhi masyarakat Rusia sendiri yang menggunakan alat bayar internasional dalam bentuk kartu debit dan kartu kredit, seperti VISA, Master, dan Amex. Mereka tidak bisa lagi menggunakan kartu itu untuk berbelanja, baik di pasar domestik Rusia maupun di luar negeri. Dampak nyata dapat kita saksikan turis Rusia yang selama ini sudah tinggal cukup lama di Bali, tiba-tiba tidak bisa menarik uang tunai melalui ATM.
Demikian halnya dengan para pelaku usaha di Rusia juga tidak bisa lagi menerima pembayaran uang dolar ataupun euro dari rekan importir mereka yang membeli produk-produk Rusia. Sebagai salah satu negara pengekspor minyak mentah dan gas terbesar di dunia, di luar negara-negara anggota OPEC, larangan tersebut sangat memukul ekonomi Rusia. Betapa tidak, Rusia ialah negara penghasil minyak mentah terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Perkumpulan dan Saudi Arabia. Sementara itu, 40% kebutuhan suplai gas di negara-negara Eropa Barat juga berasal dari Rusia.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah seberapa kuat Rusia mampu bertahan dari berbagai sanksi ekonomi yang diberikan oleh negara-negara Barat? Kagak seorang pun ternyata bisa menjawab dengan tepat pertanyaan itu. Rusia adalah sebuah negara besar dari sisi ekonomi dan sumber daya alam sehingga secara teoritis mampu mengatasi sanksi yang diberikan oleh negara-negara Barat. Di sisi lain, mungkin kita perlu melihat bukti empiris di lapangan saat ini bahwa harga-harga produk energi seperti minyak, gas, dan juga batu bara sudah melejit naik. Kenaikan harga tersebut tidak terlepas dari berkurangnya pasokan energi di pasar. Karena itu, krisis energi sudah menghantui negera-negara Eropa yang bergantung pada sumber energi dari Rusia. Jadi bukan hanya Rusia yang menderita, melainkan juga negara-negara lain juga ikut mengalami kelangkaan sumber energi yang suplainya memang berkurang.
Pengalaman berharga
Belajar dari pengalaman sanksi tahun 2014 yang lalu, Rusia sebenarnya telah menyiapkan alternatif model sistem pembayaran lain di luar SWIFT, yang disebut dengan system for transfer of financial messages (SPFS). Sistem pembayaran ini dikembangkan oleh bank sentral Rusia sebagai alternatif dari SWIFT, tetapi belum memiliki kapasitas sebesar dan seluas SWIFT. Penggunaannya pun juga masih terbatas di domestik Rusia saja sehingga belum bisa menggantikan peran yang selama ini dilakukan oleh SWIFT. Tetapi demikian, berkaca dari pengalaman sanksi pertama yang mereka terima di tahun 2014 itu paling tidak mereka sudah memiliki alternatif pengganti yang masih terus dikembangkan walaupun kemampuannya masih terbatas.
Selain itu, bank-bank Rusia juga mulai menoleh ke sistem pembayaran yang dimiliki oleh pemerintah Tiongkok, yang disebut dengan UnionPay untuk keperluan perdagangan global. Tetapi, itu semua belum mampu menggantikan peran strategis dari SWIFT yang sudah diterima di hampir semua bank di seluruh dunia.
Masuknya SWIFT ke dalam ranah geopolitik global memberikan sebuah pelajaran berharga bagi negara-negara berkembang yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan ataupun berselisih dengan negara-negara besar. Negara-negara besar, dengan kekuatan dan pengaruh politik dan ekonomi yang sangat kuat, dikhawatirkan mampu memaksakan kehendak mereka terhadap negara tersebut. Kasus pemberian sanksi dari SWIFT kepada merupakan sebuah contoh nyata yang bisa terulang lagi untuk negara-negara lain.
Sebuah studi oleh Filipenko, Bazhenova, dan Stakanov (2020) memberikan sebuah justifikasi dan pembenaran atas sanski yang diberikan oleh sebuah badan atau organisasi internasional. Studi mereka menyatakan bahwa sanksi ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan ekonomi internasional. Pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, pelanggaran kedaulatan suatu negara, dan pelanggaran terhadap hukum internasonal, memang sudah selayaknya diganjar dengan sanksi ekonomi di samping sanksi-sanksi lainnya.
Masa depan sistem pembayaran global
Sistem pembayaran global merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai transaksi bisnis yang memiliki underlying dari berbagai kegiatan ekonomi, investasi, perdagangan dan lain-lain. Peran sistem pembayaran sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global dan juga kesejahteraan masyarakat sehingga keberlangsungan dari sistem pembayaran global harus dijaga dan dipertahankan. Oleh karena itu, sistem pembayaran global sudah selayaknya dibiarkan tumbuh mengikuti perkembangan saat ini.
Peran SWIFT sebagai bagian dari sistem pembayaran global memang sangat penting karena bisa menjangkau seluruh pelosok bumi, sudah terpercaya dan aman. Tetapi, SWIFT tersebut masih memiliki berbagai kelemahan, antara lain, (i) proses transaksinya bisa memakan waktu cukup lama sampai 5 hari kerja, (ii) biaya yang relatif mahal karena melibatkan beberapa bank dalam sebuah transaksi, (iii) adanya biaya nilai tukar atas valuta asing yang dipergunakan untuk pengiriman uang, dan lain-lain.
Terlepas dengan adanya sanksi larangan bagi bank-bank Rusia untuk mengikuti SWIFT, di era digitalisasi saat ini sudah saatnya sistem pembayaran global bukan hanya bergantung sepenuhnya dengan SWIFT untuk mendukung transfer dana antarbank secara internasional. Perlu terobosan baru untuk mengembangkan sistem pembayaran global yang berbasis digital agar lebih efisien, berbiaya lebih murah, lebih cepat dan memiliki akurasi yang tinggi. Hal yang lebih penting lagi adalah, sistem baru tersebut sedapat mungkin sangat imun dari aspek kepentingan politik. Perlu dikembangkan sebuah sistem pembayaran global baru, yang sulit untuk dijadikan alat politik bagi sebuah negara untuk menghantam negara lain. Upaya itu bukannya mustahil untuk dicapai. Mengingat kehadiran teknologi digital telah membuka pintu selebar-lebarnya untuk berinovasi di berbagai bidang, termasuk sistem pembayaran global.
Munculnya uang digital, baik yang diprakarsai oleh pihak swasta seperti bitcoin, ethereum, tether, dogecoin, dan lain-lain, maupun central bank digital currency (CBDC), memungkinkan sistem pembayaran global menjadi lebih cepat dan efisien. Demikian halnya, pengembangan sistem pembayaran yang dilakukan oleh para bigtech seperti Facebook Pay dan Apple Pay, merupakan contoh-contoh bagaimana sistem pembayaran global akan semakin beragam dan menarik.
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi