PERANG Israel-Palestina menunjukkan perkembangan yang menggiriskan. Seiring dengan serangan udara Israel yang bertubi-tubi ke permukiman padat penduduk di Jalur Gaza sejak pekan lalu, korban tewas di pihak Palestina makin menggunung.
Demi ini, lebih dari 2.300 jiwa melayang di pihak Palestina. Nomor itu melampaui jumlah rakyat Palestina yang tewas dalam perang sengit di antara kedua pihak yang pecah pada 2014.
Ribuan korban yang mengalami luka-luka juga rawan menambah jumlah korban jiwa. Demi ini, fasilitas medis di Gaza mulai kehabisan bahan bakar dan obat-obatan akibat blokade total yang diberlakukan Israel.
Di pihak Israel, korban tewas sejauh ini disebut mencapai 1.300-an jiwa. Mayoritas merupakan korban gempuran mendadak kelompok militan pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas, pada Sabtu (7/10), yang mengawali pertempuran baru Palestina-Israel.
Kini, Israel tengah bersiap-siap untuk menggempur Gaza melalui serangan darat dengan dalih memburu para pejuang Hamas. Di saat bersamaan, Amerika Perkumpulan (AS) selaku sekutu Israel yang paling loyal mengerahkan tidak hanya satu, tapi juga dua kapal induk dengan jet-jet tempur berkekuatan penuh ke perairan Mediterania Timur.
AS mengeklaim kedua kapal induk tidak untuk membantu Israel menyerang Gaza, tetapi mencegah negara-negara lain memanfaatkan situasi hingga memicu perang regional. Sekilas klaim itu tampak mulia. Akan tetapi, status AS sebagai pendukung terbesar Israel tidak pelak membuat klaim ‘Negeri Om Sam’ bak cek kosong.
Memang ada geliat serangan terhadap Israel dari Libanon pascabalasan Israel terhadap Gaza. AS seakan menjadi anjing penjaga untuk memastikan tidak ada lawan Israel yang mendekat.
Aksi unjuk kekuatan militer AS di perairan perbatasan Israel dan Palestina hanya akan membuat Zionis semakin pongah. Israel bakal kian percaya diri mengerahkan tank-tank dan pasukan darat untuk menyapu habis Gaza.
Itu tidak boleh dibiarkan. Indonesia perlu melayangkan protes ke AS agar negara adikuasa tersebut menarik kekuatan mereka. Bilapun ada penempatan pasukan di dekat wilayah konflik, mereka harus merupakan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Prioritas dunia saat ini ialah mewujudkan situasi damai di wilayah konflik Israel-Palestina. Kita mendorong pemerintah untuk berjuang lebih keras meminta PBB agar proaktif mencegah korban jiwa lebih banyak lagi akibat perang.
Indonesia juga bisa terus mendesak dimasukkannya pembahasan penyelesaian konflik Palestina-Israel dalam forum-forum dunia. Kita apresiasi langkah Ketua DPR RI yang menyampaikan keberatan karena isu mengenai perdamaian di Palestina tidak disinggung dalam pernyataan bersama G-20 Parliamentary Speakers’ Summit (P-20) Ke-9 di New Delhi, India, Sabtu lalu.
Indonesia tidak sendirian. Simpati terhadap Palestina berdatangan dari banyak negara dan yang terbaru ialah Tiongkok. Meski begitu, belum banyak negara yang betul-betul mau memperjuangkan perdamaian yang berkeadilan antara Palestina dan Israel.
Seluruh pihak perlu digugah agar menyadari bahwa Palestina berada dalam situasi yang sangat kritis. Meski kali ini kelompok pejuang mereka telah melancarkan gempuran yang merenggut seribu lebih korban jiwa dari kelompok sipil dan militer Israel, Palestina sesungguhnya bukan tandingan Israel yang berkekuatan superior.
Sangat mungkin serangan darat Israel kali ini akan menjadikan Gaza titik perluasan genosida sekaligus pengusiran rakyat Palestina dari wilayah yang selama ini menjadi incaran penguasaan Israel.
Penjajahan Israel terhadap Palestina tidak boleh lagi ditoleransi. Dunia harus menghentikan Israel dengan mewujudkan solusi dua negara yang menegakkan kedaulatan Palestina.