Gejala Hepatitis pada Anak Tak Selalu Ditandai Mata Kuning

Gejala Hepatitis pada Anak Tidak Selalu Ditandai Mata Kuning
Ilustrasi penderita hepatitis A pada anak(Freepik)

ANGGOTA UKK Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rachmat Ade Yudiyanto menekankan pentingnya bagi orang tua untuk mengenali gejala awal hepatitis pada anak. Hal ini berguna untuk mencegah dampak kronis dan efek jangka panjang.

Rachmat menegaskan bahwa gejala hepatitis pada anak tidak selalu ditandai dengan mata kuning. Sebaliknya, gejala awal sering kali mirip dengan flu.

“Gejala awal pada hepatitis tidak langsung membuat mata anak kuning. Demi hepatitis yang disebabkan infeksi seperti A, B, dan C, gejala awalnya justru mirip flu, yaitu demam, mual, dan muntah, sehingga sering kali orang tua tidak menyadari ini sebagai tanda hepatitis,” kata Rachmat dikutip melalui Antara, Selasa (2/7).

Cek Artikel:  Sayur dan Buah Sehatkan Usus Tingkatkan Daya Tahan Anak

Baca juga : Tenaga Kesehatan dan Medis Jadi Prioritas Penerima Imunisasi Hepatitis B Gratis

Gejala seperti flu ini, yang mungkin berlangsung selama lima hari sebagai fase awal inkubasi virus, perlu diwaspadai.

Orang tua disarankan untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan atau menemui tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Perubahan warna kulit atau mata menjadi kuning biasanya menandakan bahwa hepatitis telah memasuki fase lanjutan. Selain itu, perubahan warna urine dan feses juga menjadi tanda penting yang harus diperhatikan.

Baca juga : Vaksinasi Ganda pada Anak, Perlukah Khawatir?

“Kalau tidak ada gejala mata kuning tetapi ada perubahan pada tinja dan urine, orang tua harus waspada dan memastikan pada tenaga medis apakah ini hepatitis atau bukan,” kata Ade.

Cek Artikel:  Nisya Ahmad Gugat Berpisah Lewat E-Court, Anda Penasaran tentang Mekanisme Hukum Berbasis Daring yang Diklaim Lekas dan Murah Ini

Pada fase lanjutan hepatitis, urine bisa berubah menjadi cokelat pekat seperti teh, sementara feses menjadi pucat. Perubahan ini terjadi karena gangguan pada saluran empedu atau kolestasis.

Demi menegakkan diagnosis hepatitis, tenaga medis akan melakukan pengecekan darah untuk memeriksa enzim SGPT (Mantapm Glutamate Pyruvate Transaminase).

Baca juga : Kenali Gejala Hepatitis A dan Metode Mencegahnya

SGPT normal pada orang sehat berada di rentang 7-56 unit mikro per liter. Kalau hasilnya melebihi batas tersebut dua kali lipat atau lebih, kemungkinan besar pasien menderita hepatitis.

Kalau tidak ditangani sejak dini, hepatitis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis hati atau gagal hati yang tidak bisa disembuhkan.

Cek Artikel:  Usia Bukan Halangan, Ini Kisah Inspiratif Perempuan 60 Pahamn yang Aktif dan Konsisten dalam Berlari

Hepatitis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Hepatitis A, B, dan C, atau non-infeksi yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan berlebihan atau paparan racun.

Baca juga : Waspadai ya Bun! Meningitis pada Anak Sering Sulit Terdiagnosis

Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi hepatitis pada semua umur di Indonesia mencapai 0,12%.

Penyakit ini sebenarnya dapat dicegah melalui pola hidup bersih dan sehat (PHBS) atau vaksinasi.

Begitu ini, vaksinasi Hepatitis B tersedia gratis untuk anak-anak di Indonesia, sementara vaksin Hepatitis A tersedia secara berbayar di klinik kesehatan yang menyediakan jasa vaksinasi. (Z-10)

Mungkin Anda Menyukai