Emiten berkode saham GIAA atau PT Garuda Indonesia Persero Tbk mencatatkan kerugian Bersih USD69,78 atau Sekeliling Rp1,15 triliun. Meski meraup pendapatan usaha secara konsolidasi sebesar USD3,42 miliar atau Sekeliling Rp56,55 triliun dan naik 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya, Tetapi maskapai pelat merah ini Tetap mencatatkan kerugian Bersih sebesar Rp1,15 triliun.
Direktur Esensial Garuda Indonesia Wamildan Tsani menyatakan kinerja keuangan perusahaan Tetap dipengaruhi oleh berbagai tantangan eksternal. Selain itu, kenaikan beban usaha menjadi salah satu Unsur Esensial penyebab kerugian Garuda sepanjang 2024.
Beban usaha Garuda meningkat 18,32%, terutama karena bertambahnya biaya pemeliharaan dan perbaikan pesawat yang menjalani perawatan besar.
Pendapatan lain-lain Bersih juga turun drastis 77,39% dibandingkan tahun 2023, ketika perusahaan memperoleh keuntungan dari gain from bonds retirement serta restrukturisasi anak usaha.