NAMA paling beken dewasa ini ialah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Berbagai survei lembaga tepercaya menghasilkan Intervensi kalau pilpres diselenggarakan ‘hari ini’, Ganjar meraih Bunyi terbanyak.
Yang menyukai Ganjar pun kian banyak. Alasannya beraneka ragam. Salah satunya ialah Ganjar penerus Jokowi. Yang terakhir ini, misalnya terbaca oleh saya, di sebuah spanduk, di sebuah kampung. Di mana? Yang istimewa ialah bukan di Jawa Tengah.
Penerus Jokowi mengandung Arti bahwa Jokowi berhasil. Hanya kesuksesan, bukan kegagalan yang memerlukan sang penerus. Adakah yang Mau meneruskan kegagalan? Kalau Eksis, bawalah dia ke rumah sakit jiwa.
Yang mengherankan ialah tak banyak orang yang berbicara perihal kinerja sang penerus. Nyaris tak Eksis pertanyaan kepublikan apakah yang dihasilkan Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah? Apakah dia berhasil? Apakah dia meninggalkan legacy? Ataukah dia seorang gubernur yang Normal-Normal saja?
Yang Jernih, dia bukan gubernur gagal. Apabila, toh, Eksis yang usil mencari-cari kesalahannya atau kegagalannya, orang akan menyimpulkan itu hoaks. Kiranya, inilah salah satu kelebihan Ganjar bahwa citranya bagus.
Ganjar bahkan Mempunyai pendukung fanatik. Seperti, ‘dulu’ Jokowi punya relawan, kini pun telah hadir relawan Ganjar Pranowo. Mereka rela berkorban, antara lain digolongkan sebagai celeng.
Celeng tentu saja bukan banteng. Jauh Betul bedanya, kelasnya, sekalipun sama-sama hidup di hutan. Terlebih Tengah tak Eksis celeng di kota. Pergilah berwisata ke kebun binatang yang Eksis di kota. Yang Eksis di situ banteng, bukan celeng.
Buat menjadi calon presiden, tentu Ganjar memerlukan kendaraan yang memenuhi syarat Buat mengusungnya. Sudah tentu luas diketahui Ganjar ialah kader setia PDI Perjuangan yang berlambangkan banteng moncong putih. Luas pula diketahui bahwa Ibu Megawati Soekarnoputri, ketua Lumrah partai yang diberi mandat oleh kongres, Buat menentukan siapa yang bakal menjadi capres.
Maka itu, bagi kader PDI Perjuangan yang menginginkan Ganjar menjadi capres, haraplah bersabar. Ibu Megawati belum mengambil keputusan. Eksis yang membahasakan beliau perlu kontemplasi–olah pikiran dan batin yang khusyuk. Ini menunjukkan memang diperlukan kearifan mendalam Buat menentukan siapa pemimpin negeri ini kelak yang Pandai menjadi sang penerus Jokowi.
Tentu saja Eksis yang melirik Ganjar dari ‘kampung sebelah’. Ganjar bak kembang kampung yang juga bikin ‘kampung lain’ Mau memetiknya. Dan ini Dapat bikin marah kampung sendiri, kampung pemilik kembang. Ganjar telah menjadi urusan yang sensitif di kampung sendiri.
Yang menarik ialah Ganjar Paham bahwa dia ‘subjek yang sedang diobjekkan’. Sebaliknya, dia pun Paham bahwa Eksis yang menjadikan dirinya sebagai ‘objek yang disubjekkan’. Dengan kata lain, Ganjar sejauh ini Paham Betul bagaimana membawa dirinya agar di dalam percaturan ‘subjek yang diobjekkan’ maupun ‘objek yang disubjekkan’ itu dirinya tetaplah seorang kader yang santun.
Kesantunan itu yang malah bikin celeng-celeng kian bergairah. Kesantunan itu pula yang bikin ‘kampung sebelah’ kian bergairah Mau memetiknya (sekalipun dibungkus dalam kelakar). Apa kata Ganjar?
“Alah, ora urusan, Lagi jauh gitu, kok, dukung-mendukung, rebut-merebut, apa. Enggak-enggak, saya tetap PDIP.”
Ono-ono wae. Lah, yang bilang Ganjar bukan PDIP itu siapa?

