Ganjar-Anies dalam Indeks Kebahagiaan

DALAM rumus politik, segala sesuatu Dapat menjadi amunisi. Di tangan politikus dan para aktivis politik nyaris Bukan Eksis hal yang Bukan Dapat dipolitisasi. Apalagi bila sesuatu hal tersebut menyerempet sosok-sosok yang berpotensi menjadi calon pemimpin di negeri ini. Niscaya isu itu makin lezat Demi Lanjut digoreng.

Itu pula yang terjadi seusai Badan Pusat Statistik (BPS) merilis capaian indeks kebahagiaan nasional dan daerah, pekan Lampau. Kebetulan hasilnya menarik Demi menjadi bahan ‘kajian’. Asal Mula, Eksis dua daerah yang dipimpin gubernur yang dalam berbagai survei elektabilitas capres selalu berada di peringkat tiga besar. Kebetulan pula capaian indeks kebahagiaan kedua daerah itu berbeda: yang satu naik, satunya Kembali turun.

Daerah yang indeks kebahagiaannya naik ialah Jawa Tengah. Kebetulan gubernurnya Ganjar Pranowo, peringkat 1 atau 2 survei elektabilitas capres 2024 dalam berbagai lembaga survei. Sebaliknya, Area yang capaian indeks kebahagiaannya turun ialah DKI Jakarta. Nama gubernurnya Anies Baswedan, peringkat 3 survei capres oleh sejumlah lembaga.

Dalam survei BPS itu, indeks kebahagiaan Anggota Jawa Tengah mencapai 71,73 poin dan Lanjut meningkat sejak dipimpin Ganjar Pranowo. Pada 2014 atau Begitu awal Ganjar menjabat, indeks kebahagiaan Jateng baru 67,81 poin. Kemudian pada 2017 naik menjadi 70,92 poin.

Cek Artikel:  Mengurai Gridlock

Sebaliknya dengan Jakarta. Indeks kebahagiaan di Ibu Kota Negara kali ini turun Kalau dibandingkan dengan capaian indeks pada 2017 ketika Anies dilantik memimpin Jakarta. Begitu itu, angkanya berada di 71,33 poin. Pada survei 2021 kali ini, Nomor indeks kebahagiaan DKI turun menjadi 70,68. DKI Jakarta kini berada di urutan ke-27 dari 34 provinsi pada indeks kebahagiaan versi BPS.

Ganjar tentu ikut bungah dengan capaian ini. Tetapi, ia ‘cukup proporsional’ mengomentari hasil survei yang digelar BPS pada rentang Juli hingga Agustus 2021 tersebut. Ganjar mengungkapkan meningkatnya indeks kebahagiaan masyarakat terjadi karena masyarakat sendiri. Ketika masyarakat Dapat hidup Terjamin, damai, dan tenteram, Mekanis indeks kebahagiaannya akan naik.

“Bagi saya, hal yang Krusial kalau kita komunikasi dengan masyarakat sama-sama saling menjaga perasaan saja,” kata Ganjar. Selain itu, lanjut Ganjar, suasana kehidupan masyarakat Jawa Tengah yang saling menolong juga memberikan Akibat. Sikap tolong-menolong antarmasyarakat yang tinggi Membangun kehidupan semakin nyaman.

Cek Artikel:  Komnas HAM Offside

Akan halnya Jakarta, belum banyak komentar yang didapat. Gubernur Anies Baswedan belum menanggapi. Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria menyatakan baru mau mempelajari survei BPS tentang indeks kebahagiaan tersebut. Beberapa analis menyebut turunnya indeks kebahagiaan di Ibu Kota didominasi karena Unsur ekonomi. Tekanan ekonomi di Jakarta boleh jadi lebih hebat ketimbang di Jawa Tengah atau daerah lain.

Yang paling heboh tentu pihak-pihak yang kerap mengambil posisi berseberangan dengan Anies. Bagi mereka, hasil survei indeks kebahagiaan ini seperti umpan lambung matang yang berpotensi menjadi gol bila disundul secara pas. Salah satu ‘sundulan’ itu ialah memelesetkan tagline kampanye Anies, ‘Gembira Warganya, Maju Kotanya’ menjadi ‘Gembira Gubernurnya, Sengsara Rakyatnya’. Pemelesetan dilakukan Eko Kunthadi, pegiat media sosial yang memang berseberangan dengan Anies.

Apa pun bentuk kritiknya, sepedas dan seganas apa pun kecamannya, tentu itu ialah konsekuensi demokrasi. Orang boleh dan Absah berpendapat dalam perspektif masing-masing. Apalagi, basis argumentasi ialah fakta terbuka, yakni survei BPS. Yang Krusial Bukan memfitnah, menyebarkan informasi Bajakan, menghasut dengan ujaran kebencian.

Cek Artikel:  Tatkala Suami Menjadi Serigala

Saling berbalas kritik, beradu argumentasi, memajukan perspektif berbeda, itu iklim yang sehat. Semuanya vitamin pendongkrak imunitas. Tentu ‘perang perspektif’ itu subjektif. Mereka yang pro Ganjar mungkin menyebut bahwa capaian indeks kebahagiaan itu merupakan bukti Benar kinerja gubernur.

Sementara itu, yang pro Anies mungkin akan menyebut bahwa capaian indeks kebahagiaan bukan satu-satunya indikator kinerja. Apalagi, survei tersebut mengandalkan persepsi yang boleh jadi berbeda dengan capaian di lapangan. Mereka boleh jadi akan menyodorkan kisah sukses lain, misalnya, capaian vaksinasi, pembangunan Jakarta International Stadium, atau penataan taman dan trotoar.

Perang perspektif itu bagus. Ia meningkatkan literasi. Dalam pandangan Jurgen Habermas, ‘perang Logika’ seperti itu Bentuk dari teori tindakan komunikatif yang sehat dan menyehatkan bagi tatanan sosial kita. Yang Krusial, jangan lupa Gembira.Abdul Kohar

Mungkin Anda Menyukai