Game tentang Genocida, Edukasi Acuh Tragedi Kemanusiaan Palestina

Game tentang Genocida, Edukasi Peduli Tragedi Kemanusiaan Palestina
Game bertajuk Until the End(Dok Kemendikbud-Ristek)

PENINDASAN terhadap rakyat Palestina yang dilakukan penjajah tentara zionis Israel telah menarik simpati masyarakat dunia atas tragedi kemanusiaan pada korban yang dikategorikan genocida tersebut.

Simpati atas tragedi kemanusiaan yang terjadi itu menginspirasi mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) yakni Ridho Alfarizi, Wahyu Kurniawan, dan April Azril mengemas permainan game dalam bentuk game 2D. Ketiganya mahasiswa jurusan Multimedia Digital, Fakultas TIK PNJ.

“Kami mengambil tema genocida rakyat Palestina atas aksi penindasan pembantaian oleh tentara zionis Israel itu, karena ini berita tragedi kemanusiaan yang hit saat ini. Jadi kami berusaha mengemas dalam bentuk game dengan berharap kita sadar bahwa hal itu tidak baik ,tidak manusiawi sehingga yang namanya penjajahan harus dihapuskan di atas dunia sebagaimana termaktub pada pembukaan UUD 45 negara kita,” papar Rido Alfarizi mewakili dua rekan nya di sela sela pameran Gamecomm and Animation Expo di Jiexpo Kemayoran Jakarta, pada 13-15 Agustus 2024 

Baca juga : Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Dipastikan Berlanjut

Kegiatan pameran ini turut difasilitasi Kawans DUDI Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbud-Ristek. Melalui keterangan Kawans DUDI tersebut Rido mengutarakan ia bersama kedua rekannya menyusun game yang dirancang dan dirakit menggunakan aplikasi Unity yang dapat dimainkan oleh anak-anak.

Cek Artikel:  7 Smartphone Terbaik 2024 Kombinasi Kamera Canggih, Baterai Besar, dan Performa Gaming Tanpa Batas

Dia menambahkan perancangan game tentang genocida ini targetnya untuk siswa SMP sampai SMA. Siswa jenjang sekolah ini dinilai banyak yang belum mengetahui terjadinya tragedi kemanusiaan atau genocida di Palestina.

“Apabila melalui animasi atau film mereka belum cukup umur maka kami berusaha tampilkan dan mengemas dalam bentuk game 2 Dimensi,” cetus Rido seraya menambahka pembuatan game membutuhkan waktu satu bulan dua minggu.

Baca juga : KIP Kuliah Dipastikan Juga Diperbolehkan untuk Calon Mahasiswa Jalur Sendiri

Diutarakan permainan game tersebut mengangkat tema Until the End mengisahkan anak Palestina yang berjibaku demi membantu kedua orangtua dan keluarganya dalam mendapatkan bantuan atau donasi makanan guna mengatasi ancaman kelaparan akibat serangan dan blokade tentara zionis pada warga Palestina.

Sang anak mesti melewati berbagai tantangan dan rintangan blokade tentara zionis hingga akhirnya berhasil mendapatkan bantuan makanan untuk keluarganya tersebut.

Cek Artikel:  xAI Luncurkan Grok-2, Dapat Hasilkan Gambar

Rido ber harap melalui pameran dan ajang lainnya kalangan. vendor atau industri ada yang tertarik bekerjasama dengan timnyasehingga dapat membantu karya game mereka dapat di publish lebih luas.

Baca juga : Pemerintah tak Merevisi Permendikbud 2/2024, Sebut Perguruan Tinggi Tax Spender

Sehingga dapat mengedukasi lebih luas pula bagi pelajar, tingkat SD, SMP, SMA, juga mahasiswa dan mungkin orang tua.

Edukasi berikutnya supaya anak-anak atau yang memainkan game ini, tergerak hatinya mampu membuat rasa empati terhadap kondisi korban.
“Oh ternyata be gini susahnya untuk dapat bantuan makanan dan minum,setiap saat kehidupan mereka terancam kekerasan juga kematian oleh tentara zionis. Jadi kita mengedukasi bagaimana rasanya menjadi korban genocida,” tuturnya.

Yang paling utama, lanjut dia, semoga kejadian tragedi kemanusiaan di Palestina cepat terjadi perdamaian dan orang yang bermain game ini tergerak hatinya, dapat melakukan aksi kebaikan, donasi atau doa.

Baca juga : Fitur Integritas Akademik Hindari Kecurangan Pembelajaran Kampus di Era AI

“Setidaknya para korban warga Palestina dapat dibantu, dan merasa tidak diabaikan,” ujar Rido seraya menambahkan motivasi tim nya membuat game ini hanya untuk rasa peduli kemanusiaan atas tragedi di Palestina.

Cek Artikel:  Agar Sinyal WiFi Konsisten di Rumah Bertingkat, Pilih Solusi Router Cakap

Pada kesempatan sama, Muhammad Ali Zulfikar mahasiswa Politeknik Negeri Malang(Polinema) bersama timnya turut bergabung dengan Kawans DUDI Ditjen Vokasi Kemendikbud-Ristek pada pameran tersebut.

Mereka menampilkan game Nightwatch at Galery mengisahkan permainan sekuriti atau satpam pada galery yang angker. Sebagai security menghadapi tantangan untuk mampu menenangkan hantu di game ini.Nah disitulah pemain sebagai sekuriti ditantang untuk berbuat baik atau buruk.

“Jadi tergantung pemainnya mau seperti apa, kami memberikan kebebasan kepada pemain, dan itu mempengaruhi dari akhir ceritanya. Kalau baik akan ada pengaruh jenjang dari pemainnya. kalau dia buruk, galerynya akan angker, dan tidak ada kesuksesan, dan pemain akan di hantui,” tukas Ali. Istimewanya game ini memiliki unsur edukasi, mengenalkan budaya lokal Indonesia, ada wayang, ada gamelan juga batik.

Ali dan tim juga menampilkan Game Letter of Factory yang mengajak mengenalkan siswa, mahasiswa dalam mendaur ulang sampah. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai