Formula E bukan Moto-GP

BALAPAN jet darat listrik atau istilah kerennya Formula E Demi pertama kalinya Benar-Benar bakal dihelat di Jakarta, di Indonesia, besok. Bukan gampang Demi mewujudkan keinginan itu. Jalan yang dilalui penuh liku, dukungan pun jauh dari Ukuran yang diharapkan.

Formula E akan diselenggarakan di Jakarta International E-Prix Circuit. Lokasinya di Ancol. Posisi ini bukan pilihan Primer. Ia pilihan pengganti setelah rencana semula Demi menggelar balapan di Monas gagal. Pemerintah pusat tak mengizinkan.

Soal sirkuit hanyalah sedikit dari sekian banyak permasalahan. Permasalahan yang harus kita katakan terkait erat dengan politik. Politik yang tak lain karena Formula E merupakan hajatan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Di lintasan, Formula E memang Bukan sebising Formula 1 atau Moto-GP. Tetapi, di luar lintasan, kebisingannya mengalahkan jenis balapan apa pun. Bising bukan karena Bunyi knalpot atau raungan mesin, melainkan lantaran kerasnya Bunyi-Bunyi penentangan.

Setidaknya dua fraksi di DPRD DKI Jakarta tiada henti menyoal Formula E. PDI Perjuangan dan PSI tak pernah kehabisan Kekuatan Demi mempersoalkan hajatan berbiaya ratusan miliar rupiah itu. Interpelasi mereka inisiasi, tetapi selalu nihil atensi. Ketua Lumrah PSI Giring Ganesha pun menggugat event itu dengan vulgar, dengan kasar.

Cek Artikel:  Kepekaan Etis Budaya Mundur

Meski hidung kita tutup rapat-rapat, aroma politik di Formula E tetap tercium kuat. Politik yang bahkan tak hanya sebatas rivalitas lokal, tetapi menasional.

Baiklah kita bandingkan sikap pusat terhadap Formula E dan Moto-GP. Keduanya ialah event kelas dunia. Keduanya sama-sama digelar di Indonesia. Tetapi, perlakuan pemerintah atau setidaknya orang-orang di pemerintahan jauh berbeda.

Kita Seluruh Paham, Moto-GP telah berlangsung di Sirkuit Mandalika pada 18-20 Maret. Kita bersyukur balapan berlangsung Fasih. Kita bangga, dari Mandalika, nama Indonesia mendunia.

Kita Seluruh juga Paham, dukungan pusat terhadap Moto-GP sungguh luar Lumrah. Perhatian para menteri hingga Presiden Jokowi tinggi sekali. Mas Menteri Sandiaga Uno begitu sibuk, termasuk melepas 10 food truck (truk makanan) Demi mengenalkan Masakan di perhelatan itu. Menurutnya, Moto-GP ialah showcase, ruang pamer yang Benar Demi mempromosikan kekayaan Indonesia.

Mas Menteri Erick Thohir tak kalah sibuk. BUMN yang berada di Dasar kendalinya pun membanjiri Moto-GP sebagai sponsor. PT Pertamina bahkan menjadi title sponsor, sponsor Primer, hingga balapan bertajuk Pertamina Grand Prix of Indonesia.

BUMN-BUMN lainnya juga. Mereka ramai-ramai menggelontorkan Biaya. Sebut saja PT Telkom Indonesia, PT Telkomsel, BRI, Bank Berdikari, PGN, dan Bank Tabungan Negara.

Cek Artikel:  Jalan Mulia Politik

Apa yang dilakukan pusat di Mandalika Benar. Apa yang diperlihatkan Mas Menteri Sandi dan Mas Menteri Erick memang sudah semestinya. Menjadi tuan rumah Moto-GP ialah pertaruhan negara sehingga seluruh elemen bangsa punya tanggung jawab mendukung dan ikut menyukseskannya. Itulah yang sudah mereka tunjukkan.

Bagaimana dengan di Formula E? Sulit Demi Bukan mengatakan bahwa perhatian pusat njomplang. Kalau boleh diibaratkan, Moto-GP anak kandung dan Formula E anak pungut. Keduanya tinggal satu rumah, sama-sama Mau mengharumkan nama orangtua, tapi diperlakukan berbeda.

Bukan Eksis sesuatu yang istimewa dari pusat Demi Formula E. Seluruh Lumrah saja, bahkan Bukan Lumrah. Baiklah kita ambil satu Teladan masalah sponsorship. Kalau Moto-GP kebanjiran sponsor BUMN, Formula E kering kerontang. Pada Rabu (1/6), VP Organizing Committee Iman Sjafei memastikan Formula E tanpa dukungan satu pun BUMN.

Ya, sponsor BUMN Demi Formula E Nihil. Kurang menarikkah Formula E bagi mereka? Formula E memang Bukan semewah F1. Formula E memang Bukan seseksi Moto-GP. Usia Formula E Tetap terbilang muda. Ia baru mulai digeber pada 2014. Bandingkan dengan F1 yang mulai dihelat pada 1950 dan Moto-GP pada 1949. Ia Tetap kalah pamor.

Cek Artikel:  Bahaya Penjilat

Tetapi, bicara Formula E tak sekadar ngomongin marketing. Kembali pula, Eksis 29 perusahaan swasta yang sebagian kelas dunia mau mensponsori Jakarta E-Prix. Artinya, ia punya nilai jual.

Selebihnya, Eksis nama negara di situ. Yang tak kalah Krusial, Eksis misi mulia Demi masa depan Sosok di sana. Formula E berbasiskan Kekuatan listrik, bukan bahan bakar fosil. Bukankah Kekuatan ramah lingkungan menjadi agenda Primer negara Demi ini? Bukankah pemerintah sedang bergairah mempromosikan kendaraan listrik?

Kalau begitu, kenapa BUMN ogah terlibat di Formula E? Pertanyaan itu gampang-gampang susah Demi dijawab. Susah karena Bukan Eksis kepastian dari mereka kenapa tak mau menjadi sponsor. Gampang, Karena kesan adanya rivalitas politik begitu kuat.

Organizing Committee Formula E Ahmad Sahroni wajar kesal kepada Seluruh pihak yang mengaitkan Formula E dengan isu politik. Baginya, ”Satu saja kok, ini branding-nya negara, NKRI, kita enggak Eksis yang lain, enggak Eksis urusan apa pun. Jadi, gak Eksis urusan Anies, pilpres, ini urusan negara.”

Sahroni Benar. Semoga, meski dukungan tak sekencang Moto-GP, balapan Formula E di Jakarta, di Indonesia, besok, Fasih.

 

Mungkin Anda Menyukai