DARI kejauhan, kesan sangar nan anggun mudah dikesan dari sebuah kendaraan roda empat itu. Tak butuh waktu lama untuk menggenalinya. Dengan kekhasan grill bagian depan, cukup mudah menggali memori kembali untuk menggenali kendaraan yang sudah malang-melintang. Lazimnya, mobil miliaran itu cukup mudah mencuri perhatian di jalanan ibu kota. Bagi pencinta mobil dengan daya jelajah tinggi untuk medan-medan ekstrem, tentu tidak asing lagi dengan kendaraan SUV (sport utility vehicle) bermerek Jeep. Anggun sekaligus garang, tegas nan mewah.
Kali itu, kendaraan itu dibawa ke habitat aslinya.
Sekedar untuk membuktikan segala klaim tentangnya Go Anywhere, Do Anything. Eksis berbagai rintangan di arena off-road Jeep Station Indonesia yang harus dilewati si anggun itu. Belum lagi medan berbatu dengan kemiringan yang cukup ektrem, tak pula membendung rodanya untuk tetap menggelinding. Belum lagi ada landasan yang lebih sempit dari ukuran roda yang harus dilewati. Tapakan ban dipaksa untuk tidak keluar jalur. Kalau keluar jalur, bagian bawah mesin berisiko akan tersangkut ke bebatuan. Tanjakan berundak masih harus dilalui, sepaket dengan turunan ekstrem yang berada di balik tanjakan.
Sayangnya, segala hambatan tidak menghentikan laju keempat roda dari Jeep Gladiator dan Jeep Wrangler. Pengendara bisa pergi kemanapun, dan melakukan segala hal yang mereka sukai di alam luar. Sudut kemiringan lebih dari 45 derajat pun sekalipun menjadikannya mundur. Mudah saja baginya.
Tak berhenti di situ, masih ada macam hambatan off-road yang ada di Jeep Station Indonesia menjadi batu uji untuk kendaraan mewah yang baru diluncurkan. Di arena itu, masih ada jalanan lumpur dan genangan yang mampu menenggelamkan sebagian tubuh kendaraan.
Tampakan luar mungkin tidak mencerminkan bagian dalam. Tak demikian bagi Jeep Gladiator dan Jeep Wrangler. Cobalah berdiam dibangku kedua, segala kondisi medan terjal tidak akan membuat penumpang merasa terkocok perut. Bagi yang muka bantal, jangan khawatir, hanya ada goyangan lembut, bahkan saat roda melewat batuan.
Apalagi saat berada di belakang kemudi, ada banyak macam tombol dan tuas pengaktif fitur bakal memancing tangan pengemudi untuk mencoba. Butuh waktu memang untuk mengenal dan terampil mengaktifkan fitur. Tapi itu sebanding dengan didapatnya kenyamanan plus medan ektrem yang menjadi bersahabat.
Tak salah memang jika beranggapan Jeep Gladiator hanya semacam Wrangler yang dimodifikasi dengan bak belakang. Tubuhnya memang mirip dengan tambahan bak di bagian belakang. Chief Operating Officer PT DAS Indonesia Dhani Yahya pun tak menyangkalnya.
“Karena kita memang ada yang melihat bahwa ini adalah Wrangler yang dimodifikasi. Karena memang kita mengetahui bahwa sejarahnya Jeep mempunyai pick-up. Tapi itu sudah lama memang di awal-awal tahun 1960-70an setelah itu tidak ada lagi,” ujar Dhani.
Dhani juga menyebut sempat ada modifikasi dari Jeep Wrangler yang mempunyai the extended dan juga mempunyai bak pick-up yaitu Jeep Brute. Tapi itu hanya modifikasi.
Memang jika dilihat dari kehandalan dan kenyamanan Jeep Gladitor, tak diragukan lagi, kendaraan itu layak mengklaim dirinya sebagai stand out from all other 4×4 SUVs. Pertanyaannya, apa yang menjadikan Jeep begitu percaya diri dengan klaim tersebut?
Dengan mantap, Dhani mengurai jawaban dari filosofi Jeep yang membuatnya berbeda dengan SUV lain yang beredar di pasaran.
“Kita lihat bahwa dari tahun 1941, Jeep hanya mengeluarkan yang namanya adalah off-roader. Jadi kendaraan yang memang diperuntukkan untuk medan yang sangat, katakanlah, bisa dibilang dari mulai ekstrim dan bisa juga untuk jalan raya,” ujarnya.
Titik tekannya ada pada ketangguhan di medan off-road, yang jelas berbeda dengan on-road. Pusat perhatiannya memang tidak di jalan raya beraspal, melainkan di jalanan berkerikil, berpasir, ataupun berlumpur, bahkan berair.
80 tahun berlalu, Jeep tetap bersetia dengan medan off-road. Sekaligus menegaskan dominasinya dengan kehandalan trail rated dan sistem 4×4. Tak diragukan lagi. Meski demikian zaman berubah berubah. Orang tidak lagi setiap saat melewat medan off-road, tetapi dibutuhkan pula kenyamanan di jalanan on-road. Hingga muncullah varian Jeep Wrangler yang lebih modern, lebih eksklusif, dan lebih mewah.
Mobil off-road yang lekat dengan kesan mobil barang dan jauh dari kesan urban menjadi barang yang layak dikoleksi. Perubahan citra dan tanda pada Jeep menjelaskan filosofi yang menjadi dasar untuk mereka mencipta.
Jeep Gladiator mengangkat citra kendaraan pick-up menjadi kendaraan dengan citra elegan. Mobil off-road yang semula dikesan kumuh, Jeep membaliknya. Semakin teguh di medan terjal, semakin tangguh dan garang.
Bagi Jeep, kendaraan off-roader lain boleh mengusung konsep petualang segala medan. Tetapi jangan lupa, Jeep lahir dari off-road lalu ke on-road. Sebaliknya, produsen kendaraan 4×4 lain berangkat dari mobil penumpang lalu menjajal medan off-road. Niscayalah berbeda.
“Jadi di sini sudah dari off-road dibawa ke jalan raya sementara kalau kita lihat dari manufaktur manufaktur yang lainnya, awalnya dari sedan dari passanger. Mereka mencoba membuat kendaraan yang memang diperuntukkan untuk off-road. Jadi filosofinya agak terbalik antara Jeep dengan normal SUV yang ada di market selama ini,” tegas Dhani.
DNA pabrikan adalah suatu yang mendasar. Kalau SUV lain diproduksi oleh pabrikan yang DNA passenger, Jeep dilatari pabrikan dengan DNA off-roader. Jeep tidak mengingkari DNA-nya sebagai produsen kendaraan off-road. Malah menghadirkan off-road yang tidak hanya untuk jalanan kampung dan rawa. Itu mahir melaju di jalan cor, paving-blok, dan jalan aspal.
“Tentunya dengan pengalaman di off-road yang baik, tetap akan dipertahankan karena itu merupakan DNA dari Jeep. Yang menjadi challenge di sini bagaimana bisa juga. Jadi bukan 50-50, 100% can do off-road. Dan di sini juga optimum kenyamanan di on-road,” pungkas Dhani.