Fenomena Bank ASI Lagi Picu Pro dan Kontra, Begini Tanggapan AIMI

Liputanindo.id – Bank ASI merupakan sebuah layanan yang mengumpulkan, meneliti, mengolah dan menyumbangkan ASI (air susu ibu) yang disumbangkan oleh ibu tak secara biologis. Bank ASI menawarkan solusi untuk para ibu yang tak bisa memberikan ASI mereka sendiri kepada anak-anaknya.

Kebiasaanlnya, ibu yang tak bisa memberikan ASI karena ada beberapa alasan. Mulai dari bayi berisiko terkena penyakit dan infeksi dari ibu dengan penyakit tertentu. Bahkan, beberapa negara sudah membuat bank ASI. Tetapi, Indonesia belum melakukannya karena kerap memicu pro dan kontra dari banyak pihak.

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) memberikan tanggapan mengenai fenomena bank ASI. Ia menyebut beberapa negara, seperti Amerika hingga Inggris sudah menerapkan bank ASI.

Cek Artikel:  Pertama Kali di Olimpiade, Ruang Nursery Tersedia untuk Atlet dan Anaknya Selama Pertandingan

Mulai dari Amerika Perkumpulan, Meksiko, dan Kanada. Asosiasi bank ASI telah berdiri pada tahun 1985 dengan nama The Human Milk Banking Association of North America (HMBANA).

Hal ini disampaikan langsung oleh Nia Umar, Ketua Biasa AIMI dalam sesi konferensi pers Pekan Menyusui Dunia 2024 – 17 Pahamn AIMI pada melalui virtual pada Rabu (31/7/2024).

“Negara barat sudah diterapkan contoh Amerika, Inggris. Bank ASI seluruhnya di kumpulin screening dan dicampur semua wadah. Lewat ditempatkan wadah kecil. Eksis resepnya dari bank ASI,” ujar Nia Umar.

Nia Umar menyebut setiap negera berbeda-beda menerapkan metode bank ASI. Menurutnya, peraturan bank ASI dari negara-negara maju tidak sesuai dengan Indonesia.

Cek Artikel:  Waspada Liburan di Jepang pada September hingga November, Cuaca Bakal Lebih Panas dari Kebiasaanlnya

“Taatp negara beda-beda, metode-metode mereka lakukan tidak cocok dengan Indonesia. Karena semua ASI-nya dicampur menjadi satu. Sehingga, kita sulit mengetahui darimana asal ASI tersebut,” katanya.

Selain itu, negara seperti Vietnam dan Singapura sudah ada bank ASI yang menempel dengan fasilitas kesehatan (faskes). Tetapi di Indonesia belum ada hal seperti ini.

“Vietnam, Singapura. Misalnya, saya punya kelebihan, saya donor, suruh screening dan ASI-nya periksa. Jadi, ada namanya dari pendonor. Data-datanya lengkap. Jadi, ibunya nggak kesulitan dan disaranin laktasi mana dari pendonornya, diambil hanya satu ASI,” tutur Nia Umar.

Meski begitu, Nia Umar berharap agar Bank ASI hadir di setiap negara. Terlebih lagi, Bank ASI bertujuan untuk mempermudah bayi mendapatkan ASI yang ibunya tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena alasan tertentu.

Cek Artikel:  Tiga Tantangan Besar Tata Kelola Zakat di Indonesia

“Diharapkan bank ASI setiap negara ada. Banyak negara-negara ada bank asi secara resmi walau setiap negara beda-beda dan punya aturan masing-masing.” tambahnya.

Mungkin Anda Menyukai