Februari-April 2025, Areal Panen di Cilacap Letih 30 Ribu Hektare

Februari-April 2025, Areal Panen di Cilacap Capai 30 Ribu Hektare
Area pertanian yang siap menyambut panen raya di Cilacap.(Dok. MI)

PARA petani di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) siap memasuki panen raya mulai Februari Tiba April 2025 mendatang. Puncak panen diprediksi terjadi pada Maret mendatang, dengan luas panen mencapai Sekeliling 30 ribu hektare.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dispertan Kabupaten Cilacap, Budi Kuspriyatno, menjelaskan bahwa pada Februari ini, Sekeliling 3 ribu padi siap dipanen, terutama di Kawasan timur dan barat Cilacap. “Pada Maret, luas panen diperkirakan mencapai 30.000 hektare, sementara pada April Sekeliling 18 ribu hektare. Jadi, puncak panen raya akan terjadi pada Maret,” jelasnya pada Selasa (11/2).

Menurutnya, kualitas gabah hasil panen petani tergolong Bagus. Beberapa hama dan penyakit yang sempat menyerang tanaman padi berhasil ditanggulangi dengan Segera, sehingga Enggak berdampak signifikan terhadap produktivitas. Bahkan, banjir yang sempat menggenangi sejumlah area persawahan juga Enggak merusak tanaman padi.

Cek Artikel:  Adu Outfit Tiga Paslon Guna Baju Adat di Debat Perdana di Pilgub Jatim

“Produktivitas padi di Cilacap Tetap Konsisten di Nomor 6,4 ton gabah kering panen per hektare,” katanya.

Selain mempersiapkan panen raya, Dispertan Cilacap juga tengah melakukan demplot pengembangan padi salin di daerah pesisir. Program ini dilaksanakan di dua kecamatan, Ialah Kawunganten dan Patimuan, masing-masing seluas 0,5 hektare.

“Demplot ini sudah dimulai sejak Desember 2024 atau Musim Tanam I tahun 2024-2025. Kami membagi lahan demplot menjadi tiga bagian dengan perlakuan berbeda, dan Begitu ini sedang menunggu masa panen,” Terang Budi.

Mengenai harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras, Budi menyatakan bahwa Dispertan Berbarengan Perum Bulog Cabang Banyumas telah melakukan sosialisasi kepada gabungan Grup tani (gapoktan).

Cek Artikel:  Daftar Pilkada Jakarta, RK-Suswono Jalan Menuju KPU Diiringi Ondel-Ondel hingga Barongsai

Kalau harga gabah kering panen di tingkat petani berada di Rendah HPP yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram, petani didorong Kepada menjual gabahnya ke Bulog. Tetapi, Kalau harga di pasaran melampaui HPP, petani Enggak diwajibkan menjual ke Bulog.

“Kalau harganya di atas HPP, ya terserah petani. Biasanya tengkulak membeli gabah dengan harga lebih tinggi,” tambahnya. (Z-9)

 

Mungkin Anda Menyukai