Fait Accompli – Parents Love Paradoks dengan Produktivitas Kerja

Fait Accompli - Parents Love Paradoks dengan Produktivitas Kerja
(Dokpri)

FENOMENA masalah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi sejak lelet, dan bukan menjadi hal yang asing Tengah. Orangtua Begitu ini Mempunyai tantangan Buat dapat memberikan pola asuh yang berbeda dengan sistem pola asuh yang selama ini diyakini mereka sebagai yang relevan.

Generasi milenial, yang juga dikenal sebagai generasi Y, adalah Golongan demografis yang lahir antara tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an. Dilanjutkan dengan generasi zelenials dan generasi Z. 

Gaya komunikasi

Istilah generasi milenial pertama kali digunakan oleh William Strauss dan Neil Howe, para peneliti demografi. Generasi milenial cenderung lebih suka komunikasi digital, Segera, dan informal, dikenal sebagai digital natives, tumbuh di era di mana internet dan teknologi digital semakin meluas. Mereka tumbuh di era digital awal, dan dikenal dengan kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi dan media sosial. Mereka Mempunyai ekspektasi aspirasi ide pendapat mereka Buat didengarkan dalam perspektif mereka. 

Di sisi lain, orang Sepuh menerapkan gaya komunikasi baby boomer cenderung menghargai formalitas, menggunakan bahasa terang, dan komunikasi langsung seperti tatap muka. Generasi baby boomers Menyaksikan dari perspektif pengalaman (jam terbang) dan pengetahuan, serta senang Apabila diberi informasi dan detail latar belakang. Gaya komunikasi baby boomers cenderung lebih suka pendekatan yang Terang, lugas dan menempatkan rasa hormat (respek) dan mendengarkan dengan penuh perhatian. 

Cek Artikel:  Fitrah Keindonesiaan dan Paus Fransiskus

Beberapa Teladan kasus terjadi komunikasi yang Mandek antara orang Sepuh dan anak: orang Sepuh (umumnya gen X atau baby boomer) cenderung mengandalkan komunikasi verbal langsung dan formal. Anak (gen Z) terbiasa dengan komunikasi digital, Segera, dan sering dalam bentuk singkat (chat, emoji, meme). Akibatnya, terjadi miskomunikasi atau kesan bahwa anak Kagak menghargai, dan orang Sepuh dianggap Kagak memahami. 

Memahami perbedaan ini dan menyesuaikan gaya komunikasi dapat meningkatkan keefektifan komunikasi, Bagus di keluarga maupun di organisasi tempat bekerja. Kurangnya waktu berkualitas, misalnya pola hidup modern: orang Sepuh sibuk bekerja, anak sibuk dengan gadget. Interaksi sehari-hari jadi minim, bahkan dalam satu rumah Dapat terasa seperti hidup sendiri-sendiri. 

Kecanduan gadget dan sosial media, misalnya anak lebih nyaman curhat ke media sosial atau Kolega online daripada ke orang Sepuh. Komunikasi digital Dapat menggantikan kedekatan emosional, tapi Kagak membangun empati yang sama seperti komunikasi tatap muka. 

Cek Artikel:  Dari Vinyl ke Streaming Ketika Musik Mengalun, Hak Musisi Menguap

Gaya asuh yang otoriter atau acuh, misalnya: orangtua yang terlalu mengatur atau Malah terlalu cuek menyebabkan anak menarik diri. Anak merasa Kagak dihargai, Kagak didengar dan memilih Tenang atau menghindar. 

Selain itu juga, kurangnya literasi emosional, banyak anak dan orang Sepuh Kagak terbiasa mengekspresikan perasaan secara sehat. Hal ini mengakibatkan Komunikasi yang Kagak baik, anak merasa Kagak dimengerti, menarik diri, stress, sulit konsentrasi, prestasi menurun, konflik keluarga makin parah. 

Solusi dan pendekatan

Solusi dan pendekatan yang Dapat diterapkan bagi orangtua adalah mempraktikkan komunikasi empatik dan terbuka. Mendengarkan tanpa langsung menghakimi atau memberi Petuah, membangun rutinitas ngobrol santai, Kagak harus selalu serius, cukup mulai dari obrolan ringan setiap hari, pahami dunia digital anak. Tetapi, juga bukan berarti menyetujui Sekalian, tapi belajar memahami agar Dapat menjembatani dunia mereka. 

Dalam perspektif anak/anak buah: latih kemampuan mengekspresikan perasaan, misalnya lewat journaling, terapi bicara, atau Obrolan keluarga, kurangi distraksi digital Begitu belajar, atur waktu Guna HP, gunakan teknik belajar seperti pomodoro, berani mengajak bicara orang Sepuh lebih dulu, meski Kagak mudah. Kadang, anak yang memulai membuka komunikasi Dapat membawa perubahan besar. 

Cek Artikel:  Membangun Dialektika Kemerdekaan

Bagi kedua pihak libatkan pihak ketiga Apabila perlu, misalnya: konselor keluarga, psikolog, atau fasilitator komunikasi Dapat membantu menjembatani. 

Konteks situasi gaya komunikasi yang terjadi sebagai konsekuensi perbedaan generasi tersebut di atas rentan menyebabkan kesalahpahaman. Apalagi, situasi terjadi dalam komunikasi di rumah antara orang Sepuh dan anak. Sedangkan dalam konteks di organisasi: antara atasan baby boomers dengan rekan kerja atau tim kerja yang milennials/zelenials. 

Perbedaan tipe gaya komunikasi direpresentasikan dalam iklim pola komunikasi yang terjadi. Iklim komunikasi dapat diupayakan secara optimal guna menghasilkan komunikasi yang memberikan Akibat positif bagi kedua belah pihak. Terdapat tujuh kunci Buat mencapainya, yakni keterbukaan komunikasi, dukungan dari manajemen, kepercayaan, transparansi, saluran komunikasi efektif, umpan balik dan penyelesaian konflik yang sehat.

Kerja sama Media Indonesia Institute dengan Lembaga Manajemen FEB UI.

Mungkin Anda Menyukai