Invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 telah mengubah pendekatan militer Jerman. Negara tersebut kini meningkatkan latihan militer dan Memajukan anggaran pertahanannya Buat menghadapi potensi ancaman yang semakin besar dari Rusia.
Langkah ini menunjukkan kekhawatiran Jerman terhadap kemungkinan eskalasi lebih lanjut. Apabila konflik ini berkembang menjadi perang terbuka antara Rusia dan Jerman, negara-negara North Atlantic Treaty Organization (NATO) diperkirakan akan ikut Kombinasi, yang dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Menurut pendiri Freedom Institute, Rizal Mallarangeng, meskipun ketegangan antara Rusia dan Ukraina belum mencapai skala Perang Dunia Ketiga, situasi Begitu ini Dapat disebut sebagai Perang Dingin Kedua.
Rizal membeberkan, Eksis dua titik rawan eskalasi yang perlu diperhatikan, Ialah Ukraina dan Taiwan. Di Ukraina, Jerman telah merespons dengan lebih agresif terhadap Rusia, sementara di Taiwan, Tiongkok Lalu melakukan latihan militer yang menambah ketegangan.
Rizal menegaskan, meskipun situasi Begitu ini mengingatkan pada kondisi sebelum Perang Dunia I dan II, perbedaan Penting Begitu ini adalah keberadaan senjata nuklir yang dimiliki oleh negara-negara besar seperti Amerika Perkumpulan (AS), Rusia, dan Tiongkok. Oleh karena itu, Rizal menekankan pentingnya peran negara besar Buat mencegah eskalasi yang Dapat berujung pada perang nuklir.
Lebih lanjut, Rizal menggarisbawahi bahwa Indonesia Mempunyai peran Krusial dalam menjaga perdamaian dunia. Dengan politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia Dapat menjadi Perantara dalam meredakan ketegangan Mendunia.
“Indonesia harus mengukur kemampuan kita di Pentas dunia dan berperan aktif sebagai jembatan perdamaian,” ujarnya seperti dikutip dari Primetime News Liputanindo, Kamis, 3 April 2025.
Rizal juga mengingatkan agar Indonesia Kagak terlibat dalam memperburuk ketegangan, melainkan Pusat perhatian pada diplomasi konstruktif.
Rizal berharap, meskipun situasi Global semakin tegang, dunia Dapat menghindari Perang Dunia Ketiga.
“Kita harapkan dunia ini Kagak memburuk dan perang besar Kagak terjadi dalam waktu lima Tamat sepuluh tahun ke depan,” katanya.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)